Pilav ini ternyata menjadi makanan yang selalu menemani dalam kunjungan ke Uzbekistan kali ini,
Saya pertama kali mengenal kuliner nasional Uzbekistan ini dengan nama Plov atau dalam Bahasa Rusia Plob Pa Uzbek bukan di Uzbekistan, melainkan pada kunjungan pertama ke Rusia di tahun 2008. Â Sejak itu saya menyukainya dan Plov atau sering disebut jugaSiang itu, setelah berkunjung ke Chorsu Bazaar, kami langsung mampir ke restoran Pilav paling besar di Asia Tengah dan mungkin juga di dunia yaitu, Besh Qozon Central Asian Pilav Centre. Â Dari stasiun Metro Chorsu, kami menuju ke stasiun Metro Bodomzor dengan dua kali pindah di Alisher Navoi/Paxtakor dan Amir Timur/Yunus Rajabi. Â Dari Bodomzor, lalu berjalan kaki lumyan jauh dan semat melihat Tashkent TV Tower yang menjulang tinggi.
Lumayan elah berjalan kaki, kami tiba di restoran yang sangat menarik. Karena begitu tiba, kami bukannya mencari tempat duduk, melainkan langsung menuju ke  dapur, tempat ribuan porsi pilav dimasak.
Di dapur yang luas ini, koki, tukang masak, pelanggan dan wisatawan bercampur baur dengan kegiatan masing-masing. Semua tampak berjalan lancar tanpa merasa terganggu. Yang menarik adalah sebuah kuali raksasa tempat pilav dimasuk dengan minyak, daging, ptongan wortel diolah di atas api yang panas membara.
Saya juga sempat melihat daging yang sedang dipotong-potong di atas meja yang juga berukuran raksasa.  Menurut Bakhtiyor, restoran ini bisa melayani lebih dari 3000 pelanggan setiap hari dan tidak pernah sepi sejak mulai buka di pukul 10 pagi hingga malam hari.  Tamu datang silih berganti tidak mengenal waktu  siang atau malam.
Di sini kita bisa mempelajari sekilas proses pembuatan pilav.Mula-mula campuran daging sapi dan kambing  yang sudah dipotong-potong dimasukkan ke dalam kuali raksasa yang sudah berisi minyak yang hangat. Minyak yang dipakai adalah minyak bunga matahari. Konon makin banyak minyaknya, pilav akan makin lezat dan perbedaan banyaknya minyak ini juga membedakan Plov Tashkent atau Plov Samarkand dan Bukhara.  Rasanya ini adalah kuali raksasa paling besar di dunia yang pernah saya lihat.Plov
Setelah potongan daging itu berubah warna kuning keemasan, baru potongan wortel dan bawang dimasukkan ke dalam kuali. Â Campuran wortel dan bawang ini disebut dengan zirvak dan menjadi resep dasar untuk plov. Â Konon di restoran ini setiap harinya menghabiskan ratusan kilogram wortel yang harus dipotong---potong di sejak malam sebelumnya. Â Selain itu bahan pembuat pilav juga terdiri dari berbagai bumbu dan kacang-kacangan seperti kismis, kastanye, buah kering dan juga bayam.Â
Kita harus menunggu sekitar 30 menit sebelum semua bahan ini meresap dan baru setelah itu baru nasi dimasukkan dan diolah lagi bersama bumbu tersebut. Â Ketika siap disajikan, barulah plov ditambahkan dengan berbagai makanan sepeti telur puyuh, daging ayam, sosis, atau bahkan daging kuda sesuai selera. Â Wah tampaknya lezat sekali.
Setelah menyaksikan proses membuat pilav, baru kami masuk ke ruangan restoran dan tidak lama kemudian pilav serta beberapa menu kuliner Uzbek yang lezat pun siap di meja. Tentu saja tidak lupa semangka dan minuman yang sedang popular yaitu mojito,
Selesai makan, kami sempatkan berfoto di teras restoran. Tempat ini sangat terkenal karena bertuliskan Besh Qozon Central Asian Pilav Centre dan berhiaskan puluhan piring keramik khas Asia Tengah yang cantik. Â Lalu apakah arti kata Besh Qozon? Â Saya sendiri sudah mengetahui arti kata besg dalam bahasa Turki yang berarti lima dan ternyata kata Besh dalam bahasa Uzbek pun memiliki makna yang sama. Â Sementara kaya Qozon sendiri beratri pot atau belangan yang dalam hal ini adalah kuali raksasa tempat memasak pilav yang sudah kami lihat tadi.
Sayangnya saya tidak sempat menghitung apakah benar di restoran ini terdapat lima buah kuali raksasa? Â Namun ketika memperhatikan dinding tempat berfoto tadi. Ternyata di tengahnya terdapat logo yang memang bergambar lima buah kuali. Â
Nah di restoran ini pula kita dapat sekedar belajar sejarah Plov yang konon berasal dari kata polo dalam bahasa Persia dan sudah ada sejak berabad-abad lamanya di Persia , Asia Tengah dan bahkan sampai ke India dengan berbagai nama. Â Bahkan diceritakan juga ketika Aleksander Agung menaklukkan Samarkand, dia sangat suka dengan Plov dan membawa resepnya kembali ke Macedonia. Â
Plov atau Pilav memang identik dengan Uzbekistan sehingga bukan siang itu saya mampir ke restoran ini. Bahkan ketika rombongan sudah kembali ke tanah air dan saya masih tinggal di Tashkent pun, saya tetap kembali ke Besh Qozon n untuk menikmati plov dengan bumbu yang lain.
Tidak ada hari tanpa Plov di Uzbekistan,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H