Kami kemudian diajak mengunjungi Panggung Taiyanghe tempat diadakan pertunjukan tarian tradisional Indonesia setiap setengah jam sekali. Â Setelah kami duduk di tempat penonton tidak lama kemudian berbagai jenis tarian dari berbagai daerah pun dimainkan dan dipertunjukkan di panggung. Uniknya semua penari adalah orang Hainan asli yang belajar tarian Indonesia. Â Namun kemudian para peserta juga diperbolehkan ikut menyanyi dan menari termasuk ketika lagu jenaka poco-poco dimainkan.
Suasana riang dan gembira sangat terasa. Walau berada di Pulau Hainan, kami merasa berada di tanah air. Â Dan selepas itu kami jalan-jalan menikmati sudut-sudut Desa Bali ini. Â Jika haus, maka kami juga dapat membeli kelapa gading dengan airnya yang sejuk. Â Harganya 10 Yuan satu butir. Kelapa ini hanya dapat dinikmati airnya saja dan tidak seperti di Indonesia di mana dagingnya juga data kita nikmati.
Selama jalan-jalan di Desa Bali, kita sering melihat Perempuan muda dan gadis-gadis cantik yang memakai pakaian tradisional Thailand. Mereka berfoto ria di kawasan ini dan mungkin mengira bahwa pakaian yang mereka pakai adalah pakaian tradisional Bali. Rupanya di sini ada gerai yang menjual dan sekaligus menyewakan pakaian ini. Â Seandainya saja pakaian adat Bali yang dijual dan disewakan, tentunya akan jauh lebih pas suasana Desa Bali.
Waktu terus berjalan, tidak terasa sudah hampir dua jam kami berada si Desa Bali. Tiba waktunya untuk kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan menuju Haikou, kota terbesar sekaligus ibukota provinsi Hainan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H