Memasuki kawasan Desa Bali ini, ada sebuah papan untuk belajar kata-kata dasar Bahasa Indonesia dengan judul Santai Sejenak Belajar Bersama. Â Ada kata terima kasih yang bahasa mandarinnya Xie Xie lalu ada Apa Khabar untuk Ni Hao dan juga Silahkan dan Selamat Datang. Lalu di paling kana nada pedoman ucapannya.
Tidak jauh dari pintu gerbang juga ada sebuah taman kecil dengan air mancur dan juga sebuah patung Baring Bali dengan mata melotot dan gigi taring  yang khas. Seram tapi cantik.  Belum lagi lukisan, mural, dan pernak-pernik budaya Bali.  Menurut pemandu Pak Parjoni, semua hiasan ini dibuat langsung oleh para pengrajin yang didatangkan dari Bali.
Kami kemudian memasuki kawasan dimana terdapat display yang menunjukkan Sejarah singkat Desa Bali di Xinglong yang ternyata tidak dapat dipisahkan dari penggalan Sejarah orang TIonghoa di Indonesia dan Asia Tenggara. Â Pada tahun 1950-dan 1960-an di Indonesia ada peraturan pemerintah yang dikenal dengan nama PP 10 yang melarang orang Tionghoa untuk berdagang di kota kota tingkat kecamatan. Akibatnya banyak yang memilih untuk pulang ke negeri asal mereka di Tiongkok.
Nah demikianlah akhirnya orang-orang Tionghoa ini kemudian ditempatkan oleh pemerintah Tiongkok di Pulau Hainan. Sebuah pulau yang kala itu kurang dimintai penduduk lokal dan dianggap tempat pembuangan. Â
Seiring dengan jalannya waktu mereka yang berasal dari Indonesia banyak yang ditempatkan di Xinglong dan membentuk komunitas tersendiri yang tetap mempertahankan sebagian bahasa dan budaya yang dibawa dari Indonesia. Â Jadi kalau dipikir sangat lucu dan kontradiktif sekali. Ketika di Indonesia mereka menjadi orang Tiongkok, dan ketika pulang ke Tiongkok mereka tetap dianggap sebagai orang dari Indonesia.
Yang lebih menarik lagi adalah suatu gambar berisi foto perdana menteri Zhou En Lai yang memuji lezatnya Kopi Xinglong. PM Zhou berkata bahwa dia telah mencoba berbagai jenis kopi dari segala penjuru dunia, tetapi kopi Xinglong lah yang paling nikmat.  Namun siapa sangka asal usul kopi Xinglong sendiri ternyata dibawa oleh salah seorang Tionghoa Indonesia yang pulang ke Tiongkok pada tahun 1954, yaitu Lin Yongxiang  dengan membawa 20 pound bibit kopi. Bibit ini kemudian dibudidayakan di Hainan dan kemudian menjadi kopi Xinglong yang terkenal.
Diceritakan pula juga bahwa mereka yang kembali ke Tiongkok ini tetap menjaga kebudayaan yang dibawa dari Indonesia termasuk makanan, dan seni budaya seperti lagu dan tarian. Dan tarian serta lagu dan juga makanan khas itu dapat kita nikmati di Desa Bali ini.