Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menembus Garis Batas 17: Bertemu Lyuli di Siyob Bazaar

6 Oktober 2023   14:10 Diperbarui: 6 Oktober 2023   14:14 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain kismis dan manisan aprikot masih banyak kacang-kacangan dan buah kering yang dijajakan di sini. Salah satu yang juga terkenal sangat enak adalah pistachio. Saya sendiri juga sering mencicip pistachio selama di Uzbekistan.  

Di bagian lain pasar, letaknya agak tinggi terdapat bagian khusus yang menjual berbagai jenis roti. Nama bagian ini adalah "Non Maxsulatlari' yang artinya Produk Bakery. Di sini kitab isa melihat berbagai jenis roti Nan dalam berbagai ukuran dan juga rasa. Harganya pun termasuk murah karena roti memang merupakan makanan pokok di Uzbekistan yang wajib ada di meja makan. 

Bagian roti nan: Dokpri
Bagian roti nan: Dokpri

Di bagian lain juga ada gerai yang menjual barang kerajinan, seperti pakaian dan juga peci doppa khas Uzbek. Selain busana Perempuan Uzbek yang umumnya memiliki warna berani dan ngejreng, yang paling menarik adalah barang pecah belah berupa gelas,piring dan cangkir dari keramik dengan hiasan dan gambar yang sangat indah, seindah keramik yang ada di dinding masjid dan madrasah di Registan Square maupun mausoleum Shah-I-Zindah. Sebagian anggota kelompok kami ada yang berbelanja dan saya hanya ikut meramaikan dengan menanyakan harga atau menawar dalam Bahasa Rusia. Asyiknya jadi atau tidak jadi berbelanja, penjualnya tetap ramah dan penuh senyum kehangatan menyambut calon pembeli.

Roti nan: Dokpri
Roti nan: Dokpri

Bosan berkelompok, saya berjalan sendiri ke bagian belakang pasar. Di sini terdapat Hojatxona atau toilet umum dengan membayar 2000 Sum.  Di sini juga banyak toko dan gerai yang menjual bermacam produk.  Namun dalam perjalanan ke  toilet saya dihampiri oleh seorang Perempuan berusia sekitar 25 tahun dengan pakaian agak lusuh dan menggendong anak kecil berusia sekitar dua tahun.  

Dia menegur dalam bahasa yang kurang saya mengerti dan intinya memang meminta uang receh dengan nada yang memelas.  Ketika ditolak dengan halus, Perempuan ini teurs mengikuti dan terkesan sedikit memaksa agar mendapatkan uang. 

Di tempat lain, juga ada seorang lelaki berusia sekitar 50 tahun yang sambil duduk di kursi tampak meminta-minta dengan menegur pengunjung pasar.  Karena dia hanya duduk, tentunya tidak bisa memaksa seperti Perempuan dengan anak kecil tersebut.

Membawa roti di Tashkentkaya Ulitsa: Dokpri
Membawa roti di Tashkentkaya Ulitsa: Dokpri

Menurut mas Agis mereka adalah orang-orang gypsy yang memang suka menjadi pengemis. Saya juga teringat bahwa dalam perjalanan tadi pagi dari hotel, sopir taksi Yandex sempat melewati kawasan pemukiman orang-orang gypsi ini.  Sopir taksi itu juga bercerita sudah lebih  30 tahun menjadi sopir taksi sejak zaman kemerdekaan Uzbekistan selepas runtuhnya SSSR. 

Orang gypsi ini sebenarnya adalah para pengembara atau nomad yang sebagian berprofesi sebagai pengemis. Konon mereka berasal dari India utara dan kemudian  menyebar ke beberapa negara Asia Tengah, Turki, dan Rusia.  Di Uzbekistan dan negara-negara Asia Tengah sendiri mereka disebut dengan Lyuli.  Masih menurut Mas Agus, di Pakistan dan Afghanistan juga banyak dijumpai para Lyuli ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun