Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

4 Alasan Stasiun Kereta Cepat Berada di Padalarang dan Tegal Luar

27 Juni 2023   06:43 Diperbarui: 2 Juli 2023   00:41 25145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Electric Multiple Unit (EMU) Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Dok. PT KAI via KOMPAS.com)

Kereta Cepat Jakarta Bandung sebentar lagi akan beroperasi pada 18 Agustus 2023 setelah dibangun dalam waktu hampir delapan tahun dan sering menuai banyak kontroversi pro dan kontra. Sekarang, masyarakat sudah sering melihat rangkai gerbong yang Bernama EMU dan CIT hilir mudik dari Stasiun Tegal Luar hingga ke Halim dengan kecepatan penuh mulai dari 350 Km per jam hingga mencapai kecepatan teknis maksimal 385 Km per jam.

Seperti biasa, ada yang memuji dan bangga karena Indonesia akan segera memulai era baru transportasi yang merupakan sebuah lompatan teknologi.Namun tidak sedikit pula yang mengkritik karena dianggap menghabiskan uang negara, berhutang, biaya membengkak, dan juga kian membuat Indonesia tergantung atau bahkan terjebak dalam perangkap hutang Tiongkok. Sebuah negeri yang memang selalu dan sering dianggap negatif oleh sebagai golongan masyarakat.

Ketika diumumkan bahwa kereta cepat ini akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menjajalnya selama 90 hari dengan gratis pun, banyak yang antusias ingin mencoba, tetapi banyak pula yang takut mencoba karena menganggap produk Tiongkok kurang bagus dan sering kecelakaan.

Namun yang paling banyak mengundang kritik adalah lokasi jalur kereta dan stasiun yang berada bukan di pusat kota.

Kereta Cepat Halim Padalarang, demikian sebagian masyarakat sering secara skeptis menjuluki Kereta Cepat Indonesia China yang sering juga disebut Kereta Cepat Jakarta Bandung karena memang menghubungkan kedua kota penting di tanah air ini.

Sudah menjadi fakta bahwa sejak awal jalur kereta cepat ini memang bukan menghubungkan Stasiun Gambir dengan Stasiun Bandung yang berada di pusat kota Jakarta dan Bandung melainkan pada awalnya dirancang memiliki emat stasiun, yaitu Halim, Karawang, Walini dan Tegal Luar. Namun dengan alasan praktis, akhirnya stasiun Walini diubah menjadi stasiun Padalarang. 

Yuk kita ulik sekilas beberapa alasan mengapa stasiun-stasiun kereta api cepat ini tidak berada di pusat kota melainkan di pinggiran kota atau bahkan di luar kota seperti Tegal Luar yang jauh dari Bandung. 

1. Biaya

Membangun stasiun kereta cepat dan jalur menuju pusat kota akan memakan biaya yang lebih mahal untuk pembebasan lahan. Tentunya kita tahu bahwa jalur kereta cepat ini sebagian besar menggunakan lahan kosong yang ada di sisi jalan tol dari Halim hingga Tegal Luar.

Dengan rute yang sekarang saja, biaya pembebasan lahan akan membengkak. Saya tidak bisa membayangkan kalau kereta cepat harus masuk sampai Gambir, Manggarai, atau bahkan juga Stasiun Bandung. Berapa biaya, waktu dan juga kemacetan yang akan ditimbulkan dalam proses pembangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun