Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Akankah Kereta Cepat Menjadi Pesaing Pesawat Terbang?

12 Juni 2023   13:35 Diperbarui: 14 Juni 2023   07:45 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kereta cepat di Beijing: Dokpri

Dalam beberapa bulan mendatang,Kereta Cepat Jakarta Bandung akan mulai beroperasi dan menorehkan sejarah baru dalam bidang transportasi di Indonesia.  Jarak Jakarta Bandung yang biasa ditempuh dengan kereta api ekspres Parahyangan dalam waktu sekitar 3 jam kini bisa dipangkas menjadi sekitar 30 menit saja.  

Tentu saja di luar segala kontroversi bahwa lokasi stasiun kereta cepat ini tidak berada di pusat kota melainkan ada di Halim untuk di Jakarta dan di Padalarang atau pun Tegal Luar di Bandung.   

Kereta Cepat Indonesia China yang penuh kontroversi ini pun akhirnya menjadi kenyataan sejarah. Dengan hadirnya kereta cepat in, akan tambah banyak pilihan dan alternatif untuk bepergian antara kawasan Jakarta dan Bandung.  

Siapa yang pernah naik pesawat antara Jakarta dan Bandung?  Mungkin sebagian besar pembaca akan tersenyum dan menganggap bahwa tidak ada pesawat komersial yang terbang dan melayani rute antara Jakarta dan Bandung. Namun kalau kita mau melihat sejenak ke beberapa waktu lampau, ternyata cukup banyak penerbangan antara Jakarta dan Bandung. 

Ketika bandara di Jakarta masih beroperasi di Kemayoran dan Soekarno-Hatta belum ada atau sedang dibangun, ada beberapa penerbangan antara Kemayoran dan Bandung dan slaah satunya dilayani oleh Garuda dengan pesawat Fokker 28.    

Waktu terbang pun sangat singkat yaitu kurang dari 30 menit saja.    Ketika itu selain dengan kereta api, naik kendaraan atau bus ke Bandung boleh dibilang akan memakan waktu jauh lebih lama.   

Bus dari terminal Cililitan bisanya menuju Bandung lewat Jagorawi dan kemudian Puncak serta Cianjur. Waktu tempuh dengan bus sekitar 4 atau 5 jam.   Sementara menggunakan kendaraaan pribadi bisa lebih cepat  yaitu sekitar 3 sampai 4 jam.

Kereta Cepat: KCIC
Kereta Cepat: KCIC

Dengan selesainya Jalan tol Jakarta Cikampek dan kemudian jalan tol Padalenyi, dan kian macetnya kawasan Puncak membuat rute Bandung berubah yaitu via tol Cikampek kemudian melewati jalan Sadang Purwakarta dan kemudian muncul di Padalarang.   Waktu tempuh dengan kendaraan pribadi pun masih lumayan lama yaitu antara 4 hingga 5 jam dan bisa lebih lama tergantung situasi di jalan raya.   

Pada saat itu layanan pesawat terbang antara Jakarta dan Bandung juga masih ada yaitu antara Halim Perdana Kusumah dan dilayani oleh  pesawat Merpati Nusantara dengan menggunakan CN 235.  Saya sendiri juga beberapa kali menggunakan jasa ini jika ingin menghindari berlama-lama di kendaraan.

Namun ketika Jalan tol Cipularang selesai pada sekitar 2005 dan Jakarta Bandung terhubung dengan jalan tol, maka waktu tempuh Jakarta Bandung bisa dipangkas menjadi hanya sekitar 2 jam saja. Secara perlahan tapi pasti layanan pesawat udara antara Jakarta dan Bandung pun mulai kehilangan pelanggan dan tidak bisa bersaing secara komersial. 

Dengan makin ramainya pengguna jalan tol antara Jakarta Bandung, terlebih antara Jakarta Cikampek, maka waktu tempuh Jakarta Bandung via tol pun sekarang menjadi lebih lama dan terkadang bisa melebih 3 jam, tergantung dengan hari dan waktu perjalanan. Karena itu adanya kereta cepat mungkin akan menjadi alternatif yang bisa memberikan solusi walaupun stasiun yang ada bukan di pusat kota Bandung.

Lalu bagaimana prospek persaingan antara kereta cepat dan pesawat terbang di masa depan di Indonesia.  Tentunya persaingan ini tidak akan terjadi kalau Indonesia berhenti membangun kereta cepat hanya sampai Jakarta Bandung saja. 

Tetapi jika jaringan kereta cepat terus diperluas sehingga mencakup banyak kota lain baik di pulau Jawa, Bali atau pun hingga Sumatra dan Kalimantan, tentunya akan banyak hal menarik untuk dipertimbangkan. 

Seandainya kereta cepat dilanjutkan sampai Surabaya dan melewati Yogyakarta dan Solo saja, maka kehadiran kereta cepat sudah bisa menjadi ancaman serius buat penerbangan rute pendek. 

Kereta cepat di Beijing: Dokpri
Kereta cepat di Beijing: Dokpri

Sebagai bahan perbandingan akan kita bahas sedikit mengenai perkembangan kereta cepat di Tiongkok.   Kereta cepat di Tiongkok sendiri baru hadir pada awal abad ini dengan adanya kereta cepat Beijing Tianjin yang pembukaannya bersamaan dengan Olimpiade5yang diadakan pada 2008 lalu.  

Dengan kecepatan puncak  350 km per jam, rute antara Beijing dan Tianjin ini ditempuh dengan waktu 30 menit dengan jarak sekitar 117 kilometer antara kedua kota terbesar di bagian Tiongkok Timur Laut tersebut.   

Saya sendiri pertama kali menjajal kereta cepat ini Dari Tianjin menuju ke Beijing atau tepatnya South Beijing Railway Station pada 2010 dengan ongkos 58 Yuan.   

Kalau itu kurs 1 Yuan sekitar 1800 Rupaih saja, sehingga harga tiketnya tidak sampai 100 Ribu Rupiah.   Ongkos 58 Yuan ini tentu nya sangat ekonomis mengingat ongkos kereta Maglev antara Bandara Pudong dan Stasiun Metro Long Yang Street di Shanghai saja sudah 50 Yuan.   Kereta Maglev dengan kecepatan maksimum 430 km/jam ini sendiri sudah ada beberapa tahun sebelum kereta cepat Beijing Tianjin dan saya pertama kali mencobanya pada 2006.

Namun Tiongkok memang tidak main-main dengan proyek kereta cepat di negeri panda tersebut. Mereka terus mengembangkan teknologi dan jaringan ke seantero pelosok negeri sehingga pada saat ini sudah ada sekitar 50 ribu kilometer jaringannya.  

Nah luasnya jaringan kereta cepat ini lah yang ternyata sudah terbukti menjadi pesaing ketat pesawat udara terutama untuk jarak-jarak pendek di bawah 1000 kilometer. Bahkan untuk jarak yang lebih jauh pun masih lebih praktis naik kereta cepat dibandingkan pesawat terbang. Hal ini mengingat lokasi bandara, persiapan cek ini dan sekuriti yang lebih lama ketika naik pesawat terbang.

Sebagai contoh bila sudah ada kereta cepat Jakarta Surabaya yang jaraknya sekitar 800-900 kilometer, maka dapat ditempuh dengan kereta cepat dengan waktu 3 sampai 4 jam saja.  

Sementara jika kita naik pesawat, walau waktu terbang mungkin hanya sekitar 1 setengah jam tetapi bila naik pesawat minimal harus menyediakan waktu sekitar 4 atau 5 jam.  Atau paling tidak sama dengan waktu menggunakan kereta cepat.  

Bila saja ongkos kereta cepat bisa lebih murah dibandingkan dengan naik pesawat, biasanya naik kereta cepat akan lebih nyaman karena tempat duduk yang lebih luas dan nyaman dibandingkan dengan tempat duduk dan kabin di dalam pesawat udara.   Belum lagi kalau dengan kota -kota lain di pulau Jawa yang jaraknya lebih dekat dibandingkan Surabaya seperti Semarang, Yogyakarta ataupun Solo.

Kesimpulannya, kereta cepat memang hampir dapat dipastikan akan menjadi pesaing serius untuk layanan pesawat udara dengan jarak tempuh yang relatif pendek atau masih di bawah 1000 kilometer. Dan hal ini memang sudah terbukti di negara-negara yang memiliki jaringan kereta cepat terlebih dahulu seperti Tiongkok dan Jepang, Taiwan, Korea dan berbagai negara Eropa.

Mungkinkah dalam waktu sepuluh atau dua puluh tahun mendatang jaringan kereta cepat di Indonesia juga akan merambah ke berbagai kota dan pulau? Yuk kita tunggu dengan hati yang riang gembira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun