Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ini Jumlah Hadiah yang Diterima Pemenang Sayembara Rancangan Masjid Istiqlal

16 April 2023   15:56 Diperbarui: 16 April 2023   16:10 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Istiqlal dilhat dari Pintu Air: Dokpri

Walau sudah beberapa kali bertandang ke Masjid Istiqlal, ajakan untuk berkunjung sekali lagi bersama dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia DPD DKI Jakarta tetap saja menarik untuk dicermati. 

Pak Didi yang bertugas sebagai pemandu wisata di Masjid Istiqlal juga dengan bersemangat mengajak kami ke berbagai sudut Masjid dan menceritakan secara rinci mengenai kisah- kisah yang ada di belakangnya.

Dokpri
Dokpri

Dari kantor yang ada di lantai dasar kami kemudian berjalan melewati kawasan yang sekarang dijadikan gerai untuk menjual berbagai macam buku dan suvenir. Kemudian setelah menaiki tangga, dan menuju ke lantai dua masjid. Melewati koridor menuju ke bangunan utama. Sebuah koridor yang sangat Anggun dengan bentuk arsitektur yang disebut sangat modern, futuristis dan minimalis dalam skala besar dan megah.  

Koridor: DOkpri
Koridor: DOkpri

Di sini Pak Didi menceritakan sedikit mengenai latar belakang pembangunan Masjid Istiqlal sebagai aspirasi rakyat Indonesia yang ingin memiliki sebuah masjid nasional kebanggaan rakyat yang ada di ibu kota.  Karena pada saat itu, sebagai negeri dengan penduduk muslim terbanyak, di ibu kota Jakarta belum ada masjid yang besar.  

Aspirasi ini disampaikan oleh Menteri Agama pada saat itu yaitu K,H. Wahid Hasyim pada tahun 1953 dan kemudian dengan bersama beberapa ulama mendirikan Yayasan Pendirian Masjid Istiqlal pada 1954 yang diketuai oleh H Tjokroaminoto

Monas di Kejauhan: Dokpri
Monas di Kejauhan: Dokpri

Kemudian Bung Karno menyambut hangat ide ini dan kemudian memutuskan bahwa lokasi masjid adalah di tempat yang sekarang ini yang dulunya adalah bekas Taman Wilhemina dam lokasi bekas Benteng  Fredrick Hendrik.   Alasan bung Karno adalah karena di seberang lokasi sudah terdapat gereja Katedral sehingga ingin menunjukkan toleransi beragama di Indonesia.

Uniknya lagi adalah arsitek masjid ini adalah F. Silaban, seorang non muslim yang berhasil memenangkan sayembara dan mendapatkan hadiah sebesar 25 Ribu Rupiah dan 75 gram emas.  Menurut Pak Didi uang 25 Ribu Rupiah pada saat itu merupakan jumlah yang lumayan besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun