Pada Kamis, 13 April 2023, Biro Kreativitas dan Inovasi & Biro Inovasi DPD HPI DKI Jakarta mengadakan acara kunjungan ke Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang kemudian dilanjut dengan buka puasa bersama di Masjid Istiqlal yang diikuti para pemandu wisata anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia.
Acara dimulai sekitar pukul 13.00 siang dan kami semua berkumpul di pintu masuk utama Masjid Istiqlal, yaitu pintu 5 Al-Fattah.  Kemudian bersama mbak Ira Latief kami semua menuju kawasan perkantoran melalui pintu masuk perempuan.  Di sini sudah menyambut Pak Didi, yang merupakan pemandu wisata  Masjid Istiqlal.  Â
Acara kemudian dibuka dengan sambutan singkat oleh Mbak Ira Latief  dan juga Mas Indra Diwangkara, Ketua HPI DPD DKI Jakarta.  Dalam kesempatan ini Mas Indra menjelaskan pentingnya kunjungan seperti ini bagi para pramuwisata sebagai program pengayaan atau enrichment.  Menurut Mas Indra, sebagai suatu profesi, pramuwisata juga harus terus meningkatkan pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman.  Bahkan keikutsertaan dalam acara seperti ini merupakan syarat untuk perpanjangan Lisensi Pramuwisata.
Pak Didi juga kemudian melanjutkan acara dengan kata sambutan yang mengulas secara singkat mengenai perkembangan terakhir Masjid Istiqlal, terutama setelah renovasi besar-besaran atas masjid kebanggaan bangsa Indonesia ini. Dalam sesi tanya jawab dibahas terutama mengenai rumitnya sistem parkir di Masjid Istiqlal, terutama bagi wisatawan yang datang menggunakan bus, karena bus besar sudah tidak bisa masuk ke halaman dan parkir di sekitar bus biasanya dikuasai preman. Â Semoga saja ada jalan keluar untuk masalah parkir sehingga tetap mendukung Masjid Istiqlal sebagai slah satu tempat wisata religi unggulan di Jakarta.
Kemudian bersama Pak Didi, kami semua diajak berkeliling ke Masjid Istiqlal dan melihat sudut-sudut yang menarik sambil menceritakan secara singkat sejarah pembangunan masjid ini. Â Misalnya saja fakta menarik bahwa rancangan masjid ini pernah diadakan sayembara dan kemudian dimenangkan oleh F. Silaban yang ternyata merupakan arsitek yang non muslim.
Kami kemudian menuju ruang di lantai dua masjid dan bisa memandang bagian dalam masjid tempat sholat utama yang dibagi dua yaitu untuk lelaki di sebelah kanan dan untuk perempuan di sebelah kiri. Pembagian ini memang agak berbeda dengan di masjid lain yang umumnya bagian depan untuk lelaki dan bagian belakang atau lantai dua untuk perempuan. Â Juga dijelaskan secara singkat mengenai jumlah tiang atau pinar utama yang ada 12 buah dan melambangkan tanggal lahir Nabi Muhammad, serta jumlah lantai masjid ini yaitu ada 5 yang melambangkan Rukun Islam dan juga Pancasila.
Bagian lain yang tidak kalah menarik adalah sebuah beduk besar yang konon dibuat dalam waktu 60 hari.  Beduk ini ukurannya raksasa dan terbuat dari kulit sapi dengan  struktur pendukung dari kayu berukir yang indah.  Pada sisi depan beduk terdapat ukiran yang kalau dilihat menggambarkan sosok semar yang dalam budaya Jawa dianggap sebagai dewa nya para dewata.Â