Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Inflasi dan Nilai Tukar di Indonesia, Turki, dan Jepang

21 Februari 2023   17:04 Diperbarui: 21 Februari 2023   17:06 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia & Turki: okezone

Sepanjang orde baru yang hampir 32 tahun, itu nilai Rupiah mengalami Devaluasi sebanyak 4 kali dan harga -harga tentunya mengikuti nilai rupiah tersebut. 

Pada saat yang sama yaitu sekitar tahun 1989, nilai tukar Yen terhadap US Dolar adalah sekitar 130  Yen Per USD.  Dan harga sekaleng Koka Kola di vending Machine di Jepang adalah 100 Yen. Uniknya di Jepang ini harga sekaleng Koka Kola relatif tetap bahkan dalam kunjungan beberapa kali ke Jepang hingga harga yang pernah saya catat terakhir adalah 120 Yen pada tahun 2016 dan 2017. Artinya selama hampir 40 tahun harga Coka Cola hanya naik sekitar 20 % saja.

Lalu bagaimana dengan Turki dan nilai Liranya.  Pada tahun 1999, ketika saya pertama kali berkunjung ke Turki, nilai Lira sangat lemah yaitu 1 USD sekitar 500.000 Lira. Akibatnya naik taksi dari bandara Attaturk ke pusat kota bisa sekitar 8 Juta Lira, Dan makan di mal pun sampai berjuta-juta.  

Akibat inflasi yang terus tinggi di Turki dan nilai Lira yang mencapai sekitar 1,5 Juta Lira per USD makan pada 1 Januari 2015 pemerintah Turki melakukan redenominasi yaitu menghilangkan 6 angka nol. Akibatnya 1 USD menjadi sekitar 1,5 Lira dan uang kertas paling besar saat itu yaitu 20 Juta Lira menjadi 20 Lira saja.   Pemerintah pun menerbitkan uang bari 50 Lira an 100 Lira.   Redenominasi di Turki tergolong sukses karena harga harga dan nilai Lira kemudian termasuk stabli selama beberapa tahun berikutnya.   Dan ketika saya mengunjung kembali Turki pada 2009 dan 2010 nilai tukar Lira adalah sekitar 1,5 per USD.    Sementara nilai Rupiah saat itu sekitar 9000 IDR per USD.

Nilai tukar Rupiah memang anjlok banyak ketika terjadi krisis moneter pada 1997/1998 sehingga dari sekitar 2500 per USD sempat anjlok menjadi 17 000 per USD sebelum akhirnya mendapat keseimbangan baru pada sekitar 7000 sampai 9000 an pada 1999 dan 2000. 

Pada tahun 2010 an untuk naik trem atau metro di Istanbul kita hanya perlu uang 1 Lira atau 1,5 Lira.   Namun kemudian nilai Lira terus turun sehingga pada 2018 lalu ketika saya kembali berkunjung ke Turki nilainya sudah menjadi sekitar 4 Lira per US Dollar.   Dalam 8 tahun harga-harga sudah naik lebih dari 4 kali lipat dan yang lebih mengagetkan adalah perkembangan selanjutnya yaitu hingga 2022 dan 2023 saat ini dimana nilai Lira sudah demikian anjloknya terhadap USD sehingga 1 USD menjadi 18.8 Lira. 

Nilai Lira juga anjlok terhadap Rupiah sehingga jika pada 2010 uan sekitar 6000 Rupiah kini tinggal 800 Rupiah per Lira.   Dan tentu saja harga -harga dan inflasi pun sudah mulai di luar kendali.

Untuk mengetahui tingkat inflasi maka kita dapat melihat berapakah nilai uang 100 Rupiah misalnya pada tahun 1969 akan ekuivalen dengan berapa rupiah pada tahun 1998 maka kita dapat melihatnya di website inflation tool dan ternyata uang 100 Rupiah pada 1968 sama nilainya dengan Uang 3428 Rupiah pada 1998. Atau terjadi inflasi sebesar rata-rata 12.96 % per tahun. 

Sebagai perbandingan pada masa setelah Orde Baru misalnya dari tahun 1998 hingga 2014 nilai100 Rupiah pada 1998 ekuivalen dengan 353 Rupiah pada 2014 yang artinya inflasi sekitar 8,2 % per tahun.  Sementara di masa Jokowi yaitu sejak 2014 hingga 2022/3 saat ini nilai 100 rupiah pada2014 ekuivalen dengan 131 Rupiah pada 2012 alias inflasi sekitar 3,44 % per tahun.   Nilai tukar IDR sendiri yaitu sekitar 12.500 pada 2014 menjadi 15.200 pada saat ini.

Kalau dibandingkan dengan Turki, memang angka-angka Indonesia jauh lebih baik karena nilai uang 100 Lira pada 1998 misalnya berubah menjadi 1240 Lira pada 2010 dengan rata-rata inflasi sekitar 23.35% per tahun. Sementara untuk tahun 2010 hingga 2023 ini nilai 100 Lira akan ekuivalen dengan 697 Lira atau tingkat inflasi 16,11% per tahun.

Lalu bagaimana dengan Jepang. Karena Jepang kadang-kadang mengalami deflasi maka dalam waktu lebih 30  tahun sejak 1988 hingga 2023 ini nilai 100 Yen hanya berubah menjadi 119 Yen dengan tingkat inflasi sekitar 0,53 % per tahun. Tidak mengherankan jika harga sekaleng coca cola di vending machine hanya berubah dari 100 Yen menjadi 120 Yen sesuai dengan tingkat inflasi di atas.

Sekian sekilas cerita mengenai nilai tukar, inflasi dan juga harga barang dengan membandingkan situasi di Indonesia, Turki dan Jepang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun