Perjalanan ke tempat-tempat yang jarang dikunjungi alias Off The Beaten Tracks di Yogya terus berlanjut. Kalau beberapa hari sebelumnya saya sempat mampir ke Museum Perjuangan, pagi ini tujuan saya ke rumah Panglima Besar Sudirman yang sekarang bernama Museum Sasmitaloka.
Pagi itu dari Kampung Kauman, saya melanjutkan jalan kaki terus ke arah wetan alias timur. Di Yogya, saya memang biasa merujuk arah dengan nama mata angin seperti lor, kidul, kulon, dan wetan. Â Setelah melewati Titik Nol Kota Yogya dan Kantor Pos yang megah, saya terus berjalan santai menyusuri kaki lima Jalan Senopati. Sendiri dan benar-benar sendiri karena tidak seperti di Malioboro yang ramai orang berjalan kaki. Di sini sama sekali tidak ada yang menemani. Â
Saya terus berjalan hingga menyeberang persimpangan Gondomanan atau Jalan Brigjen Katamso. Sempat mengintip Kelenteng Fuk Ling Miao di pojok jalan, namun terus ke timur melewati kaki lima yang menurun dan kemudian tiba di Jembatan Sayidan. Suda ribuan kali saya melintas di atas jembatan yang ada di atas Kali Code ini. Namun baru kali ini dengan berjalan kaki.
Saya sempat duduk sejenak di kursi warna hijau yang ada di tepi jalan sebelum menikmati pemandangan yang indah dengan latar belakang sungai yang sangat terkenal di Yogya ini. Ingat kali Code, saya ingat dengan Romo Mangun. Â Dan arsitektur Jembatan Sayidan sendiri sangat unik bahkan dengan nama yang unik sebagai penanda di sini merupakan tempat tinggal para sayid yang merupakan etnis keturunan Arab di Yogya.Â
Saya kembali melanjutkan perjalanan di trotoar jalan Sultan Agung ini, kali ini sedikit mendaki dan kemudian tiba di halte Trans Yogya di depan Museum Biologi UGM.  Ah tujuan saya sudah sangat dekat, tinggal beberapa puluh meter lagi saya akan tiba di Jalan Bintaran Wetan.  Belok kanan dan di sebelah kiri tambah sebuah bangunan tua yang terlihat sangat megah dan anggun. Ini lah Museum Sasmita Loka yang dulunya merupakan tempat tinggal sosok yang namanya paling terkenal di seantero Nusantara.  Jalan  Jenderal Sudirman merupakan nama jalan yang ada hampir di seluruh kota di negeri ini.
Sekilas rumah ini berdiri di atas lahan yang lumayan luas. Di sebelah kiri ada sebuah pos jaga dan di sebelah kanan saya dan bangunan paviliun sementara di depan rumah ada patung Panglima Sudirman yang sedang menunggang kuda.Â
Saya masuk mendekati pos jaga, namun sebelumnya ada sebuah prasasti jenderal Sudirman dengan pesan: "Tanggal 19 Desember 1948 karena ulah penjajah ibukota R.I. Saya tinggalkan untuk mengatur siasat gerilya di luar kota," Â Mengingat tanggal ini, saya langsung mengenang peristiwa agresi militer Belanda yang ke II, sebuah peristiwa yang diajarkan dalam buku pelajaran sejarah di sekolah.