Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dinar dan Dirham Bukan Hanya Ada di Negeri Timur Tengah dan Islam

3 Januari 2023   08:53 Diperbarui: 3 Januari 2023   14:47 3246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doktor HC Bung Karno dari Universitet Beograd: Dokpri

Dinar dan Dirham, kita sering sekali mendengar nama mata uang yang umumnya berasal dan digunakan di negara-negara Timur Tengah dan Islam ini sebagai representatif dunia Islam dan bahkan keuangan Islam. Bahkan banyak juga yang menganjurkan agar menggunakan Dinar dan Dirham sebagai mata uang yang bebas riba seperti beberapa waktu lalu pernah beredar di kawasan Depok.

Memang secara umum mata uang Dinar dan Dirham digunakan di kebanyakan negara Timur Tengah dan Islam. Dinar biasanya merupakan mata uang dengan nilai yang dianggap sangat mahal. Ada beberapa negara yang mata uangnya menggunakan Dinar dan memang nilai tukarnya sangat tinggi, sebut saja Dinar Kuwait atau KWD yang nilai tukarnya saat ini sekitar 3.27 US Dolar atau bahkan lebih dari 50 Ribu Rupiah.   Demikian juga dengan BHD atau Dinar Bahrain dan JOD atau Dinar Yordania.   Namun ada juga Dinar yang sudah habis termakan inflasi seperti Dinar Irak yang nilainya hanya sekitar 10 Rupiah saja.

Seemntara mata uang Dirham  digunakan di banyak negara Timur Tengah yaitu Uni Emirat Arab, Maroko. 

Namun ketika saya sempat mengembara ke beberapa  negara yang mungkin sudah tidak termasuk negara Timur Tengah dan Islam, ternyata ada juga yang menggunakan mata uang Dinar dan Dirham, baik dengan nama yang sama atau mirip. 

Ketika saya sempat mampir ke Serbia yang merupakan pecahan negara Yugoslavia, ternyata di negara ini masih menggunakan mata uang yang disebut Dinar.  Mata uang Dinar Serbia ini menggunakan kode RSD dan tampil dengan beberapa denominasi seperti 10, 20 , 50, 100, 200, 500, 1000 dan 2000 Dinar.   Nilai tukarnya saat ini sekitar 140 Rupiah per Dinar.  Dan 1 Dinar ini dibagi menjadi 100 Para. Yang tentu saja nilainya sangat kecil, Sepeti Mata Uang Rupiah yang dibagi menjadi 100 Sen.

Trolley Bus atau Toala di Beograd: Dokpri
Trolley Bus atau Toala di Beograd: Dokpri

Di Beograd sendiri, biaya hidup dan ongkos transportasi masih termasuk terjangkau dibandingkan dengan negara Eropa lainnya terutama yang menggunakan mata uang Euro.  Untuk naik transportasi umum seperti bus dan trem misalnya hanya cukup membayar Rs 89 atau sekitar 12 500 Rupiah sekali jalan. 

Namun asyiknya kita dapat membeli kartu Belgrade Card untuk beberapa hari misalnya untuk 3 hari dengan hanya 700 Dinar  dan bebas naik bus atau trem ke mana saja di  dalam kota. 

 Namun yang perlu diperhatikan adalah bahwa uang Dinar akan sangat sukar ditukarkan di luar negeri.  Jadi sebelum meninggalkan Serbia, diharapkan semua sisa uang ditukarkan kembali ke mata uang yang lebih mudah ditukar baik Euro atau USD.   Tentu saja kecuali Anda ingin mengoleksi Sebagian uang tersebut.  Saya sendiri masih mengoleksi selembar mata uang Dinar senilai 500 Dinar. 

Uang 500 Dinar Serbia: Koleksi Pribadi
Uang 500 Dinar Serbia: Koleksi Pribadi

Uang lembaran 500 Dinar ini bergambar Johan Cvijic, seorang ahli Geografi dan etnologi Serbia yang juga pernah menjabat sebagai presiden Royal Serbian Academy of Sciences dan rektor Universitas Beograd.  Universitas Beograd ini pula yang pernah memberikan salah satu gelar Doktor Honoric Causa buat Bung Karno pada 13 September 1956 untuk Ilmu Hukum seperti yang saya pernah lihat di Perpustakaan Bung Karno di Blitar.

Doktor HC Bung Karno dari Universitet Beograd: Dokpri
Doktor HC Bung Karno dari Universitet Beograd: Dokpri

Selain Serbia, saya juga sempat berkunjung ke Armenia. Di negeri eks Soviet di Kaukasus ini mata uang yang digunakan adalah Dram yang sebenarnya mirip dengan kata Dirham dan berasal dari akar atau asal kata yang sama, yaitu berasal dari Bahasa Yunani yang berarti uang.     Armenia juga merupakan negara di Eropa dengan biaya hidup yang bahkan lebih terjangkau.  Saat ini nilai tukar AMD atau Armenian Dram sekitar 39 Rupiah.   Dan harga-harga di Armenia, atau Yerevan ibukotanya juga tidak terlalu mahal untuk ukuran orang Indonesia.  Secara historis mata uang Dram ini juga dibagi menjadi 100 Luma. 

Koin Dram Armenia: DOkpri
Koin Dram Armenia: DOkpri

Untuk naik taksi di dalam kota misalnya kita bisa naik taksi daring Yandex atau GG dan untuk jarak dekat di dalam kota dengan ongkos sekitar 600 Dram sampai 1000 Dram saja..   Mungkin hampir sama dengan di kawasan Jakarta.   Demikian juga dengan naik bus atau metro yang ongkosnya hanya 100 Dram.  Bahkan lebih murah dari MRT Jakarta. Bahkan kalau naik taksi onine bisa cukup membayar dengan uang koin saja.

Mata uang kertas yang paling banyak beredar adalah lembaran 1000 dan 5000 Dram sementara untuk koin dengan nilai 100, 200, dan 500, Dram.   Mata uang kertas Armenia umumnya bergambar para tokoh terkenal seperti arsitek Alexander Tamanyan, dan juga penyair  Hovhannes Tumanian.   Oh yah jangan kaget kalau hampir semua nama orang Armenia memang berakhir dengan ian. 

Uang Dram Armenia: Dokpri
Uang Dram Armenia: Dokpri

Dan tentu saja kita juga tidak boleh melupakan negeri Yunani, yang walau saat ini sudah menggunakan mata uang Euro, sebelum 2001, mata uang yang digunakan adalah Drachma yang tentu saja berari uang dalam bahasa Yunani dan kemudian digunakan di negara-negara Timur Tengah atau Islam dengan nama Dirham.

Uniknya istilah dirham ini juga digunakan dalam beberapa mata uang negara lain sebagai pecahan dalam mata uang utama mereka.  Misalnya saja Dinar Lybia yang dibagi menjadi 1000 Dirham,  Riyal Qatar yang dibagi menjadi 100 Dirham,  Dinar Yordan yang dibagi menjadi 10 Dirham dan juga Somoni Tajikistan yang dibagi menjadi 100 Diram.   Tajikistan sendiri termasuk negara eks Soviet di Asia Tengah.

Demikian sekedar berkelana di negeri-negeri dengan mata uang yang berbeda dan membuka cakrawala bahwa istilah Dinar dan Dirham sebenarnya tidak identik dengan dunia Islam dan memiliki sejarah yang lebih panjang sebelum munculnya Islam sendiri. Bahkan Kata Dinar sendiri sudah digunakan di zaman Romawi dan konon berasal dari kata Dinarius. 

Terima kasih sudah membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun