Dublin, ibu kota Irlandia yang memiliki nama eksotis dalam bahasa setempat Baile tha Cliath memang penuh dengan tempat yang menarik untuk dikunjungi. Perkenalan pertama saya dengan St. Stephen Green adalah ketika naik Air Coach Bus dari Dublin International Airport menuju ke hotel di kawasan Burlington Road. Setelah itu, setiap kali naik bus baik menuju atau pun dari pusat kota Dublin, hampir dipastikan selalu melalui taman paling cantik di Dublin ini.
Minggu pagi yang lumayan cerah walaupun dalam suhu masih cukup dingin, menjadi saat yang tepat untuk sejenak beranjangsana ke sini. Dari arah timur laut, pemandangan pertama yang menyambut adalah sebuah tugu yang berbentuk pilar-pilar yang membentuk sebuah layar bioskop. Di depannya ada patung seorang lelaki. Tampak sangat mistis berlatar belakang langit berawan kota Dublin dan pepohonan tanpa daun. Sementara di depannya lantai beralaskan bebatuan konblok berpola melingkar-lingkar.
Saya menyeberang jalan mendekati taman. Di sebelah kiri tampak bangunan-bangunan tua berlantai empat atau lima dengan sebuah Dublin Bus yang berwarna biru kuning melintas. Salah satu bangunan ini adalah The Shelbourne , yang merupakan salah satu hotel paling bersejarah di Irlandia. Menurut cerita, hotel ini pertama kali dibangun pada 1824 dan di masa pergerakan kemerdekaan Irlandia, khususnya pada 1916, hotel ini pernah diduduki tentara Inggris . Bahkan di salah satu kamar di hotel ini, yaitu kamar 112, Undang-Undang Dasar Irlandia dirancang.
"Wolfe Tone (1763-1798), demikian terpahat di pedestal patung lelaki yang ada di depan tugu tadi. Siapakah dia? Ternyata salah satu tokoh terhormat dalam sejarah Irlandia. Beliau dianggap sebagai "Bapak Revolusi Irlandia" Beliau juga anggota "United Irishmen" yang pernah mencoba untuk melakukan gerakan kemerdekaan Irlandia dari Inggris pada akhir abad ke 18.
Dengan langkah perlahan, saya memasuki St Stephen Green. Pemandangan hijau rerumputan menyejukkan hati. Air mancur, danau, bangku-bangku taman. Semuanya terlihat menyenangkan jiwa dan memberikan kedamaian di tengah kota Dublin yang ramai.
Namun sebelum sempat menikmati semua itu, sebuah tugu peringatan kembali membuat hati bertanya-tanya. Tugu ini terdiri dari empat makhluk dari perunggu berwarna hijau muram. Tiga orang manusia yang terlihat kurus kering, dua berdiri dan satu terduduk. Serta satu makhluk lagi adalah seekor hewan yang tertelungkup lunglai, mungkin kambing, bisa juga anjing. Di kaki tugu ini ada sebuah pelat logam yang terukir , "Famine, by Edward Delaney R.H.A" . Judulnya mengerikan , "Kelaparan", dan ternyata monumen ini memang dibuat untuk memperingati peristiwa menyedihkan pada 1845-1852 dimana lebih dari satu juta orang Irlandia meninggal dan sekitar 1,2 juta orang mengungsi ke negara-negara lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Masuk ke taman dan menyusuri bagian utara dengan The Shelourne di kejauhan. Keindahan taman sedikit menghibur hati ini. Di atas danau kecil ratusan burung berbulu putih beterbangan dengan riang gembira.
Di tepian jalan juga terdapat papan yang menunjukkan nama resmi taman ini berikut waktu buka dan bahkan hukum yang mengaturnya. Di tulis dalam bahasa Inggris dan Irlandia sehingga kita tahu bahwa taman ini bernama "Faiche Stiabhna".
Ketika melewati jembatan yang menyeberangi danau, ada seorang pengemis terduduk di tepi. Seorang wanita berusia lima puluhan, dengan wajah memelas memegang gelas plastik berisikan uang recehan Euro. Sementara di kejauhan , keindahan taman dan pepohonan menjadi latar belakang yang kontras.
Sebuah taman kecil berbentuk segitiga, dengan bebungaan warna putih di atas rumput dan sebuah pohon yang rantingnya meranggas menarik perhatian. Mari kita lupakan kesedihan akan kelaparan dan pengemis.! Demikian pesan bunga-bunga itu. Di belakangnya deretan kursi taman dari kayu berwarna coklat dan puluhan pengunjung yang sedang duduk dan lalu lalang membuat hati kian ceria.
Pemandangan yang lebih menawan kemudian menanti, bebungaan aneka warna baik yang merah, kuning, dan pepohonan kecil berwarna hijau beralaskan permadani dari rumput hijau tidak dapat disangkal membuat St Stephen Green ini menjadi salah satu tempat favorit warga Dublin untuk bersantai. Sebuah kolam air mancur juga menambah manis suasana.
"In remembrance of Anna Marie 1829---1922 and Thomas Haslam 1825-1917 This seat is erected in honor of their long years ofpublic service chiefly devoted to enfranchisement of women", sebuah prasasati terletak di sebuah kursi yang terbuat dari batu menjadi monumen bersejarah tersendiri yang menarik di antara puluhan kursi kayu yang ada di taman ini.
Tidak berapa jauh dari monumen kursi batu tadi, ada lagi sebuah tugu dengan patung dada seorang wanita di atasnya. Di tugu tertulis nama wanita tersebut "Constance Markievicz". Dan ada sedikit keterangan pada kedua sisi bertuliskan "Major, Irish Citizen Army 1910: dan "A valiant woman who fight for Ireland in 1910". Kisah tentang wanita yang masih keturunan bangsawan dan berjuang dalam Easter Rising 1916 bersama rakyat Irlandia memang sangat menggugah jiwa.
Setelah cukup puas menikmati suasana taman, saya berjalan menuju ke arah tenggara. Di sini, kita kembali bertemu dengan sebuah monumen yang menarik , patung perunggu tiga orang wanita, dua berdiri dan yang satu duduk bagaikan berbaris. Patung ini diletakan di sebuah kolam kecil dengan air yang terus mengalir.
Sebuah prasasti dalam bahasa Jerman, Irlandia dan Inggris menjelaskan makna patung ini. "In Dankbarkeit fur die Hilfe, die das irische Volk deutschen Kindern nach dem Zweiten weltkrieg gewahrte", demikian tertulis yang mengucapkan rasa terima kasih atas pertolongan yang diberikan oleh rakyat Irlandia kepada anak-anak Jerman setelah Perang Dunia II usai. Prasasti juga memuat nama Roman Herzog , yang merupakan Presiden Republik Federal Jerman , tertanggal 23 Maret 1997.
Sebuah papan yang menceritakan ringkasan sejarah Irlandia menjadi bahan terakhir pelajaran di taman ini. Judulnya Eater Rising in St Stephen's Green atau Eiri Amach na Casca 1916: Pairc Fhaiche Stiabhna. Dikisahkan bahwa pameran yang ada di taman ini menggambarkan peran luar biasa yang diperankan oleh para pejuang dan sukarelawan yang bertempur pada Easter Rising 1916. Pertempuran selama minggu paskah dari 24 -30 April 1916 itu merupakan salah satu pertempuran paling sengit dalam sejarah perang kemerdekaan Irlandia dan terjadi di taman yang indah d pusat kota Dublin ini.
Foto-foto: dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H