Hari sudah menjelang sore ketika saya meninggalkan Kebun Raya dan berjalan kaki menuju hotel di kawasan Jalan Surya Kencana di pusat kota Bogor. Â Di jalan ini terdapat sebuah vihara tua, yaitu Vihara Danagun yang merupakan salah satu kelenteng paling tua di Bogor walau masih kalah tua dibandingkan Kelenteng Pan Kho Bio di Kampung Pulo Geulis yang saya kunjungi beberapa hari lalu.
Juga ada sebuah prasasti peresmian revitalisasi Jalan Surya Kencana yang akan ditandatangani oleh Wali Kota Bogor, Bima Arya. Â Tepat di mulut jalan ini, ada sebuah Pintu Gerbang dengan arsitektur Tiongkok. Di kedua kakinya ada sepasang harimau yang lumayan menarik dan cantik.
"Perbedaan adalah kekuatan, keberagaman adalah kebanggaan, persatuan adalah keharusan, Bersatu sebagai bangsa, bergerak maju bersama di kota untuk semua, Dr. Bima Arya," demikian tertulis pada prasasti yang belum ditandatangani itu.
Saya terus berjalan menyusuri jalan yang terkenal dengan wisata kulinernya. Â Selain toko-toko, restoran dan gerai, di sepanjang jalan ini juga banyak pedagang buah termasuk mangga yang kebetulan sedang musim.Â
Kalau di Kampung Pulo Geulis, nuansa keberagaman dan toleransi sangat terasa karena merupakan kampung yang dihuni etnis Sunda dan Tionghoa, kawasan Surya Kencana ini lebih tepat di sebut sebagai China Townnya kota Bogor. Maklum sejak zaman Belanda memang merupakan pusat perdagangan dan karena nya dulu dinamakan Handel Straat atau Jalan Perniagaan.
Di beberapa lorong yang menghubungkan Jalan Surya Kencana dan Jalan Roda yang sejajar dengan jalan ini namun lokasi geografisnya lebih rendah juga ada hiasan dan dinding tembok dengan jendela kayu berwarna merah yang dihias bernuansa Tiongkok.
"Perbedaan adalah keniscayaan, tetapi persatuan harus diperjuangkan," demikian kata-kata bijak bapak Walikota Bogor tertulis pada dinding lantai dua sebuah bangunan lengkap dengan tulisan dalam aksara Hanzhi. Â Uniknya di sini juga saya berjumpa dengan seorang pemuda yang sedang menjajal pakaian ala superhero. Â