Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Empat Alasan Kampung Labirin Sulit Dilupakan, No 4 Bikin Mesem-Mesem

27 Oktober 2022   21:50 Diperbarui: 27 Oktober 2022   22:06 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di perbatasan Kampung Labirin: Dokpri

Setelah selesai beranjangsana ke Pulo Geulis, kami kembali diantar oleh pemandu, teh Dina keluar kampung untuk menuju kampung yang lain yaitu Kampung Labirin.   Kampung ini letaknya tidak jauh dari Kampung Pulo Geulis,.  Kami melalui jalan-jalan yang berliku-liku dan akhirnya sampai di pintu masuk Kampung Labirin. Di sini pemandu setempat yaitu Ade Irma dan Deny sudah menyambut.

"Selamat Datang Bapak Walikota Bogor dan  Rombongan Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Kampung Labirin Kelurahan Babakan Pasar RW 10, demikian sebuah spanduk menyambut kedatangan kami walau spanduk tersebut bukan ditujukan buat rombongan Koteka Trip bersama Dinas Pariwisata Kota Bogor, tetapi tetap saja senang tiba di sebuah kampung dan disambut dengan spanduk.

"Sebelumnya saya mohon maaf, karena nanti atraksi yang menyambut mungkin tidak lengkap, karena ada Sebagian yang sekolah dan bekerja," demikian kata pembuka Ade Irma ketika menjelaskan bahwa akan ada beberapa atraksi yang telah disiapkan untuk menyambut Koteka Trip di Kampung Labirin ini.

Pemain angklung: Dokpri
Pemain angklung: Dokpri

Benar saja, baru beberapa puluh Langkah melewati pintu gerbang dan spanduk penyambutan, ada serombongan anak lelaki yang telah siap dengan alat music berupa angklung di tangan.  Jumlahnya mungkin sekitar sepuluh anak dan rata-rata berusia sekitar 10 tahunan.   Anak ini berseragam kaus hitam dan celana panjang hitam, Sebagian mengenakan udeng atau ikat ke[ala khas Sunda yang disebut tetopong dengan motif batik warna coklat tua kombinasi hitam.

Tidak berapa lama kemudian, alunan alat musik tradisional sudah bergema di Kampung Labirin. Agu-lagunya cukup menghibur dan rombongan koteka trip menikmati suguhan lagu ini dengan santai sambil sejenak beristirahat di dekat tempat parkiran motor.   Yang menarik adalah anak-anak ini mempunyai komando dengan sebutan Keju, yang ternyata merupakan singkatan nama kampung ini dahulu, yaitu Kebon Jukut. 

Selesai menikmati suguhan angklung, kami memulai perjalanan di Kampung Labirin sambil menjelaskan cerita-cerita menarik dari Ade Irma yang cantik..   Salah satunya adalah mengapa dinamakan kampung Labirin yang ternyata memang gang dan Lorong di kampung ini sangat rumit dan karena hampir semua rumah dicat warna hijau, maka non warga yang datang kesini seakan-akan masuk ke labirin dan dijamin tersesat. Demikian yang terjadi dengan pengendara ojol atau pun petugas paket yang kebetulan mengantarkan barang ke sini.   Saya sendiri selalu berusaha berada tidak jauh dari Ade Irma selama di Kampung Labirin ini. Selain asyik mendengarkan ceritanya dari dekat juga selalu terhibur dengan ucapan-ucapannya yang jenaka.

Di perbatasan Kampung Labirin: Dokpri
Di perbatasan Kampung Labirin: Dokpri

Ade Irma juga menjelaskan bahwa di kampung ini cukup banyak program untuk warga termasuk kegiatan hidroponik atau akuaponik yaitu bertanam sayuran serta ikan di dalam wadah khusus seperti akuarium yang besar.  Selain itu dikisahkan juga bahwa warga Kampung Labirin kebanyakan berjodoh dengan sesama warga, sehingga boleh dibilang hampir semua warga kampung ini masih terikat tali persaudaraan akibat perkawinan sekampung tersebut.  

"Bahkan warga kampung yang mencoba pindah dari kampung ini, banyak yang akhirnya kembali lagi ke Kampung Labirin. Salah satunya adalah karena suasana kampung yang bikin betah dan selalu banyak kegiatan selama hampir 24 jam penuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun