Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kebersamaan Disiplin dan Persaudaraan Sepanjang Hayat dari Kampus Curug

8 September 2022   22:07 Diperbarui: 8 September 2022   22:31 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah-sekolah berasrama kembali menjadi sorotan publik karena seringnya terjadi kekerasan baik pisik maupun mental yang dibumbui dengan berbagai macam perundungan dalam berbagai gradasi, dari perundungan verbal sampai pelecehan seksual dan bahkan kekerasan yang meminta korban jiwa.

Ada banyak contoh yang mungkin kurang etis untuk disebutkan satu persatu.  Lalu apa sebenarnya yang terjadi dan dimana letak kesalahan budaya atau tradisi kekerasan yang ada di sekolah berasrama ini? 

Pertayaan ini selalu menggelitik dan membuat penulis sendiri bertanya-tanya, apa yang salah dengan system pendidikan di sekolah berasrama. Bukankah dalam banyak hal sekolah berasrama bahkan memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sekolah konvensional yang tidak berasrama.

Baiklah, untuk tidak lebih banyak berandai-andai dan bercerita kesana kemari. Ada baiknya penulis menceritakan pengalaman pribadi pernah menempuh pendidikan di sekolah berasrama yang bahkan system pendidikannya semi militer dan merupakan salah satu sekolah kedinasan.

Taruna Curug | Dokpri
Taruna Curug | Dokpri

Kampus Curug, demikian kami semua menamakan sekolah tercinta sekaligus menjadi kampus idaman banyak pemuda di zaman itu. Di sana lah sebagaian besar insan di dunia penerbangan Indonesia menemph pendidikan dalam beberapa tahun untuk kemudian setelah lulus berkayra di berbagai tempat di seluruh penjuru tanah air dalam dunia penerbanagn dalam berbagai profesi. Baik sebagai penerbang, teknisi pesawat udara, pengatur lalu lintas udara, teknisi Pelabuhan udara dan juga dalam bidang navigasi dan komunikasi penrbangan. 

Prasasti Pembangunan Kampus 1952 | Dokpri
Prasasti Pembangunan Kampus 1952 | Dokpri

Kampus ini juga sering berganti nama sesuai dengan perkembangan zaman. Bahkan mungin merupakan salag satu institusi pendidikan yang paling sering berganti nama. Dimulai dengan nama Akademi Penerbangan Indonsia sejak didirkan pada 1952 dan kemudian pada sekitar tahun 1969 berganti nama menjadi Lembaga Pendidikan Perhubungan Udara (LPPU), dan lalu berubah lagi menjadi Pendidikan dan Latihan Pernerbangan pada 1978.  

Saat kampus Curug bernama PLP ini lah penulis sempat mendapat pendidikan di sana yang kemudian menentukan jalan dan sejarah hidup  hingga saat ini.   Namun nama kampus kemudian berubah lagi menjadi Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia pada 2000 dan terakhir menjelma menkadi Politkenik Penerbangan Indonesia Curug pada 2021 lalu.  

Namun walau pun sering berganti nama, semua alumni tetap menamainya Kampus Curug, dan Kampus iniliah yang menjadi wadah pemersatu bagi insan-insan yang berserak di penjuru tanah air, bahkan di seluruh pelosok dunia dan berkarya di dunia yang sama, ayitu dunia aviasi atau penerbangan.

Pesawat latih | Dokpri
Pesawat latih | Dokpri

Lalu bagaimana system pendidikan di sekolah berasrama di Kampus Curug.  Nah berbeda dengan sekolah yang biasa menyebut temoat tinggal sebagai asrama, maka di kampus Curug, kami menakaman tempat kami tinggal selama bersekola dengan sebutan barak. 

Maklum sitem pendidikan yang digunakan memang semi militer dan untuk mereka yang tinggal di barak disebut dengan nama yang keren yaitu taruna dan taruni dengan komposisi yang bervariasi. Jumlah taruni sangat bervariasi tetapi sangat sedikit dibandingkan dengan taruna yang menjadi mayoritas. 

Pintu Gerbang Barak | Dokpri
Pintu Gerbang Barak | Dokpri

Nama-nama barak disebut berdasarkan abjad dari Alpha , Bravo Charlie, Delta hingga, Mike, November dan Oskar.   Demikian situasi pada saat itu dan Barak November merupakan barak khusus yang dikelilig pagar seng karena di sinilah para taruni tinggal.

Lalu adakah kekerasan di dalam kampus?  Tentu saja sangat naif bla disebut tidak ada. Namun secara umum tidak pernah terjadi kekerasan yang melampaui batas selama penulis berada di sana. Potensi kekerasan umunya terjadi saat taruna baru masuk kampus yang kalau di kamus lain mungkin saat perpeloncoan sebagai mahasiswa baru.

Suasana kampus | Dokpri
Suasana kampus | Dokpri

 Di kampus Curug, para taruna baru pun datang bukan hanya untuk pulang pada hari yang sama. Tetapi kami datang untuk langsung tinggal di barak selama beberapa tahun.  Dan dalam satu bulan pertama, para taruan diharuskan mengikuti masa konsinyir dimana kami tdak boleh pulang dan juga dijenguk oleh orang tua masing-masing.  Bahkan kedatangan kami di kampus dengan membawa koper pun sudahlangsung menjadi obyek perpeloncoan tidak langsung oleh taruna senior. 

Pesawat latih | Dokpri
Pesawat latih | Dokpri

Kedatangan di kampus, juga bermacam-macam, ada yang di antar orang tua dengan kendaraan pribadi, ada yang datang dengan kendaraan umum dan berjalan kaki dari pintu gerbang kampus menuju Gedung Serba Guna yang lumayan jauh.  Dan sistemperpelponocan sudah dimulai begitu kami menjejaakkan kai di wilayah kampus. 

Salah satunya adalah dengan berjalan jongkok sambil memanggul koper masing-masing.   Taruna yang di antar orang tua juag biasanya akan ditandai dan mungkin akan mendapat perlakuan khusus karena bisa dianggap sebagai anak mami.

Hangar | Dokpri
Hangar | Dokpri

Selama satu minggu pertaa di barak, kami belum mulai pelajaran di kelas, melainkan harus mengikuti semacam pekan orientasi kampus yang kala itu disebut Pekan Jativani  Pada masa ini sejak pagi hingga malam mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan termauk barus berbaris, Latihan pisik, dan berbagai kegiatan yang ditujuakan agar menyesusaikan diri dengan kehiduoandi kampus.  Tidak mudah dan cukup banyak yang tidak bertahan sehingga mengundurkan diri.  Interaksi dengan senior juga sangat intens karena kami tinggal di kampus yang sama dan hanya berbeda barak.

Teknik Penerbangan | Dokpri
Teknik Penerbangan | Dokpri

Namun di sinilah kami membina semangat kebrsamaan, disiplin , dan rasa persaudaraan baik antara sesame taruna satu jurusan, satu Angkatan dan juga dengan sesame senior.  Hal ini juga yang nantinya sangat berguna ketika kami sudah berada di masyarakat dan berkarir di dunia penerbangan.

Pengalaman yang didapat selama pendidikan, khususnya selama minggu pertama di kampus memang sangat berkesan dan tdak dapt dilupakan  dan sangat berkesan sepnajang hayat dikandung badan.  

Namun dengan semangat yang sama kita semua nerasa bahwa system yang ada pada saat itu sudah cukup baik walau tentunya selama kekerasan fisik secara langsung dan yang dapat membahayakan dapat ditiadakan. Sementara system pendidikan yang melibatkan kegiatan pisik yang bertujuan untuk menempa menta dan fisik tentunya harus terus dipartahankan dan bahkan ditingkatkan.

Keselamatan Penerbangan | Dokpri
Keselamatan Penerbangan | Dokpri

Kini, beberapa dekade telah berlalu setelah kami semua menemouh pendidikan di Kampus Curug, namun rasa persaudaraan dan semangat kebersamaan terus berlangsung baik sesame Angkatan, jurusan maupun sesame alumni. Rasa kebersamaan dan persaudaraan yang dibina memang jauh lebih erat dan kental dibandingkan dengan sekolah konvensional. Karena kami sama-sama tinggal di barak yang sama selama bertahun-tahun.

hangar maintenance | Dokpri
hangar maintenance | Dokpri

Walau saat itu terasa sangat berat, namun semuanya berubah menjadi kenangan manis yang kalau boleh dan bisa kami semua sangat ingin menjalaninya sekali lagi. Apa lagi ketika itu semuanya masih taruna muda yang perkasa.

Nah, sekali lagi tidak semua sekolah atau pendidikan berasrama bisa dianggap kurang baik dan memiliki sisi negatifnya. Sisi positif nya pun cukup banyak dan bahkan lebih dominan seperti yang dialami di Kampus Curug ini.  Terbukti dunia penerbangan sendiri menuntut insan penerbangan yang disiplin dan juga kuat mental serta sistem pendidikan berasrama ini pula kemudian yang menimbulkan kebersamaan dan persaudaraan sepanjang hayat.

Foto-foto: Dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun