Pagi itu saya juga sempat melihat pintu masuk menuju ke Sumur Gumuling yang masih ditutup dan sebuah papan informasi mengenai Situs Cagar budaya.Â
Dan kemudian berjalan di antara rumah-rumah penduduk sambil melihat deretan atap berbentuk tajug yang merupakan sisa-sisa kejayaan kompleks Taman Sari.Â
Salah satu tempat lain yang juga pernah dikunjungi baik dari dalam atau luar adalah bangunan bernama Pulo Kenanga yang saat ini tinggal ttersisa reruntuhannya saja.Â
Walau pun begitu reruntuhan ini terasa masih sangat megah dan terlihat berlantai dua walau Sebagian besar sudah tidak beratap.Â
Di sini saya sempat melihat deretan tembok, sebagian atap, dan juga pintu dengan hiasan berbentuk relief dan ukiran dengan motif flora dan bunga yang  memberikan kesan magis serta penuh misteri. Walaupun begitu pesona keindahannya tidak pernah sirna ditelan zaman.
Dari sudut yang lain, masih bisa disaksikan Sebagian atap dengan tembok warna putih dan juga jendela-jendela berjeruji besi yang ironisnya saling tumpeng tindih dengan atap dan tembok rumah-rumah penduduk.Â
Sebagian lagi masih ada sisa-sia tembok kompleks ini lengkap dengan pintu dan lengkungan yang khas.
Bahkan kalau kita lihat  dari Pasar Ngasem, Sebagian besar bangunan Pulo Kenanga atau kadang disebut pula Polo Cemeti masih tambah berdiri gagah dan tinggi walau di sebagian tempat anak tangga.