"Tugu Golong  Gilig," demikian tulisan yang tertera di atas dinding setinggi sekitar 4 meter. Di depan dinding ini ada replika tugu berwarna putih diapit relief dengan latar belakang marmer hitam.
Anehnya bentuk replika tugu Golong Gilig ini berbeda dengan bentuk Tugu yang ada di tengah perempatan jalan dan dikenal dengan nama Tugu Pal Putih.
Di sini juga ada maket Sumbu atau Poros filosofis yang merupakan garis lurus dari tugu, Kraton hingga ke selatan di Panggung Krapyak. Â Kompleks Keraton juga dilengkapi dengan 4 buah pojok Beteng .
Tiga buah prasasti berisi informasi menjelaskan sekilas mengenai monumen yang ada di sini:
Prasasti pertama menjelaskan mengenai  Tugu Pal Putih atau De Witte Pal te Jogjakarta .  Ada denah Penampang tugu lengkap dengan ukuran dan tinggi masing-masing bagian yang terdiri dari selasar, kaki, tubuh, kepada, dan kemuncak. Tinggi tugu secara total sekitar 12.4 meter dengan lebar bagian bawah 8,8 meter.
Dijelaskan bahwa Tugu Golong Gilig yang asli dibangun pada 1755 dengan bentuk Golong (bulat ) di puncak  dan Gilig (Silinder) pada tubuhnya .Â
Tugu ini  runtuh akibat gempa pada 10 Juni 1867 dan baru pada 1889 Sultan HB VII memerintahkan tugu ini untuk dibangun kembali.
Residen Belanda saat itu Y Mullemester dan dibiayai oleh Patih Danurejo V. Â Tetapi bentuk rancangan ny berbeda dengan yang asli. Â Tugu Baru yang diberi nama Tugu Pal Putih ini diresmikan pada 13 Oktober 1889 dan ditandai dengan Candra sengkala "Wiwara Harja Manggala Praja" yang menunjukkan tahun Jawa 1819.
Penjelasan seperti di atas dapat dibaca pada keempat sisi prasasti pada tugu yang ditulis dalam aksara Jawa.