Hari sudah menjelang senja, setelah wisata sejarah dan ziarah berbalut sedikit misteri di Goa Siluman dan Situs Cendonosari, kami memutuskan untuk mengunjungi satu lagi tempat wisata yang ada di sebelah timur kota Yogya walau sudah termasuk Kabupaten Bantul dan Sleman.
Tujuan kami kali ini adalah Lava Bantal dan lokasinya sedikit ke arah utara dari Banguntapan, tepatnya di berada di Jalan Berbah-Kalasan, tepatnya di Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman. Â Dari Situs Cendonosari, kami melalaui jalan-jalan raya yang melewati desa-desa dan juga kawasan Akademi Angkatan Udara di dekat Bandara Adisucipto.Â
Setelah melewati sebuah jembatan di atas sungai Opak, kami tiba di kawasan Lava Bantal yang ada di sebelah kanan jalan. Lokasinya sepintas cukup luas dan tempat wisata alam geo heritage ini ternyata tidak memungut tiket masuk alias gratis. Bahkan untuk parkir motor pun hanya ada sebuah kotak dan diminta untuk memberi uang seikhlasnya.
Sebagaimana trend banyak tempat wisata lainnya, di sini juga ada tulisan besar Lava Bantal tempat pengunjung berfoto, selain itu banyak papan informasi mengenai terbentuknya geo wisata ini secara geologis yang mungkin terlalu akademis untuk diingat. Â Tempat parkir lumayan luas dan rapi. Dan ada sebuah gazebo untuk duduk-duduk sambil santai dan menikmati pemandangan bebatuan Sungai Opak di tepi bawah.
Kebetulan suasana senja itu tidak ramai, hanya ada beberapa sepeda motor yang parkir, dan beberapa orang yang duduk-duku di tepian tebing sungai. Â Sementara di atas bebatuan besar yang ada di tengah sungai, juga ada seorang perempuan yang sedang bersantai. Bisa membaca buku atau bahkan sambil mendengarkan musik.
Kami menuruni tebing yang sudah dilengkapii undakan dan juga teras dengan beton sehingga relatif aman dan nyaman. Namun tentu saja kami harus tetap berhati-hati arena bisa saja jatuh ke sungai di sebelahnya. Â Untuk menikmati pemandangan Sungai Opak dengan lebih baik, ada sebuah jembatan kecil yang menghubungkan kedua sisi sungai. Â Namun terlihat tidak ada orang di jembatan, membuat kami urung menyeberang.
Kebetulan arus sungai Opak sore itu tidak terlalu deras, mungkin bukan musim penghujan. Â Namun kami masih bisa menikmatinya dengan berjalan di tebing tepian sungai sambil menikmati suasana dan pemandangan yang unik. Bebatuan besar yang Sebagian memang berbentuk bantal.
Menurut informasi, di sini pengunjung juga bisa melakukan kegiatan olahraga tubing, yaitu dengan naik ban dan kemudian ikut arus sungai. Namun sore itu kami tidak melihat ada yang sedang melakukan tubing. Mungkin karena air kurang deras atau kami kurang jauh berjalan ke hulu.Â