Sama seperti Borobudur, banyaknya turis di Angkor ternyata juga memberikan ancaman serius bagi kelestarian warisan dunia ini. Namun pada saat yang bersamaan, Kamboja juga sangat memerlukan banyak devisa untuk menggerakkan perekonomiannya. Â Dan ada satu perbedaan yang sangat signifikan lagi antara Borobudur dan Angkor.Â
Kalau Borobudur bisa menerapkan tiket untuk wisatawan lokal, maka hampir tidak mungkin bagi Kamboja untuk menerapkan tiket bagi penduduk karena mereka memang tinggal dan setiap hari keluar masuk kawasan tersebut. Â Dan bahkan warga negara Kamboja dari mana saja dapat berkunjung ke Angkor dengan gratis alias tidak usah membeli tiket.
Angkor dikelola oleh suatu badan yang disebut Apsara Authority. Â Untuk harga tiket masuk ke Angkor, pada 2007 ketika saya pertama kali ke Angkor, harga tiket adalah 40 USD untuk 3 hari dan 20 USD untuk tiket sehari. Â Uniknya tiketnya mirip dengan ID Card dan kita akan langsung difoto ketika membeli tiket.
Harga tiket ini masih sama ketika kunjungan saya yang kedua pada 2015. Â Namun menurut informasi harga tiket mengalami penyesuaian pada 2017, yaitu tiket 1 hari 37 USD, 3 Hari 62 USD dan tiket 7 hari seharga 72 USD. Â Mengapa pengunjung bahkan ada yang membeli tiket 7 hari? Salah satu alasan karena memang sangat banyak sekali tempat menarik di Angkor yang kalau mau dikunjungi semua bisa memakan waktu berhari-hari.
Nah bagaimana dengan kebijakan 100 USD untuk Borobudur, apakah 100 USD hanya untuk naik ke candi Borobudur bagi turis asing  dan 750 Ribu buat wisatawan lokal akan menjadi terlalu mahal? Â
Kalau memang tujuannya untuk membatasi pengunjung, mungkin bisa menggunakan kebijakan lain. Walau tentu saja tidak ada batasan yang pasti untuk menentukan mana yang salah dan benar.
Apa yang terjadi di Angkor juga jauh dari sempurna karena dari uang hasil pemasukan harga tiket itu, konon hanya kurang dari 30 persen yang digunakan untuk proses pelestarian dan restorasi Angkor, selebihnya menguap entah ke mana.
Namun yang jelas baik Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, maupun Angkor Wat, Candi Bayon , dan semua candi di bangunan di Kompleks Angkor sesungguhnya menjadi saksi akan kebesaran kebudayaan di Asia Tenggara di masa lalu yang memiliki nilai-nilai universal yang luar biasa.
Kita semua, harus berusaha untuk melestarikannya, apa pun kebijakan yang diambil semoga menjadi yang terbaik bagi kita semua.
Selain itu juga ada fakta yang jarang diketahui bahwa Borobudur dan Angkor Wat sendiri sebenarnya merupakan dua situs kembar alias Sister Sites sementara provinsi Siem Reap dan Jawa Tengah juga menjadi provinsi kembar.