Film Oscar dan Lilli yang memiliki Judul asli dalam Bahasa Jerman Ein Bisschen Bleiben Wir Noch merupakan film produksi Austria dan menceritakan dua orang anak pengungsi yang berasal dari Chechnya. Bersama ibunya mereka diancam akan dideportasi walau telah lebih 6 tahun tinggal di Austria dan fasih berbahasa Jerman. Untuk mencegah usaha deportasi ini sang ibu mencoba melakukan bunuh diri.Â
Sesuai judulnya film ini menunjukkan harapan dan asa bagi Oskar dan Lilli serta ibunya untuk bisah lebih lama atau kalau mungkin selamanya tinggal di Austria walau mereka juga berharap akan bisa di tinggal di Jepang atau Argentina.
Sang ibu harus dirawat dan anak-anak dititipkan sementara di keluarga Austria. Lili tinggal bersama  Ruth, perempuan berusia 40 tahunan yang hidup bersama pasangannya  George. Sementara adiknya Oskar tinggal bersama sepasang suami istri yang berprofesi sebagai guru dan juga vegetarian.
Di rumah orang tua angkat ini Oskar juga tinggal berama Erika, perempuan tua berusia 85 tahun yang menderita Parkinson dan anak balita bernama Simon. Â Banyak kejadian dan drama menarik dalam kehidupan Oskar. Sementara Lili juga berkenalan dengan seorang gadis preman di sekolah yang menjadi sahabat sekaligus pelindungnya.
Kakak beradik ini saling merindukan dan sesekali bertemu. Mereka berdua sangat kehilangan ibu mereka yang berkat bantuan Georg diketahui berada di rumah sakit jiwa. Rupanya sang ibu berusaha tetap sakit agar deportasi kedua anaknya ditunda. Karena kalau sang ibu dinyatakan sembuh mereka harus dideportasi kembali ke Chechnya.
Oskar kemudian mendapatkan hadiah berupa uang-uang lama dari Erika dan bersama ibunya yang sudah sembuh uang itu ditukarkan. Walau Sebagian besar sudah tidak laku tetapi sebagian masih bisa ditukar dan mendapat lebih dari  800 Euro yang digunakan untuk menginap di Grand Hotel yang mewah. Meraka kemudian mengajak Lili juga untuk menginap dan ternyata ini adalah akhir petualangan mereka.  Polisi mendapatkan ketiganya di Grand Hotel.
Selesai film pertama, rencana awal adalah pulang karena saya sebenarnya sudah nonton film kedua yaitu film Belanda berjudul The Surprise pada gala Premier di akhir 2015 lalu.  Namun karena saya sudah agak lupa ceritanya, saya memutuskan kembali antre untuk mendapatkan tiket  film ini.
Tadinya saya ingin kembali ke kantin untuk makan malam. Namun karena kantin sudah tutup, saya harus ke warung di tepi jalan di depan kedutaan dan mengganjal perut dengan seporsi Indomie. Â Kembali ke Erasmus Huis, masih ada waktu untuk sekilas menyaksikan Pameran Foto tentang Banda.
Pameran fotografer Isabelle Boon asal Belanda ini ternyata sangat menarik dan menyuguhkan banyak hal yang belum atau jarang diketahui masyarakat Indonesia. Selama ini yang saya  ketahui bahwa Banda adalah salah satu pulau di kawasan Maluku nun jauh di timur sana. Saya sendiri belum sempat ke Banda walau pernah amampir ke Ambon beberapa tahun lalu.  Ada satu hal yang juga diungkap dalam pameran ini adalah sejarah kelam pulau Bandar ketika 40 Orang Kaya dibantai oleh Belanda pada 1621.