Dalam artikel ini tentunya tidak akan dibahas secara rinci mengenai rumus dan aplikasi perhitungan teori antrian.
Akan tetapi, sebenarnya teori ini dapat dipakai untuk membantu manajemen lalu lintas baik di persimpangan dengan lampu merah maupun pertemuan dua atau beberapa jalur jalan yang menjadi satu seperti kasus jalan tol Cikampek ini.
Seandainya teori ini dipelajari dengan lebih rinci dalam merancang dan sekaligus meramalkan volume penggunaan jalan tersebut di masa depan, mungkin jalan tol layang MBZ tidak akan dibangun hanya sampai km 47.
Sebagai alternatif bisa saja jalan layang tol ini dibangun lebih panjang hingga menyatu di jalan Tol Cikampek Palimanan dan juga jalan Tol Cipularang. Â Di kedua jalan tol tersebut, baik secara teori maupun kasat mata volume kendaraan biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan jalan tol Cikampek. Â Â
Bahkan  ada kemungkinan jalan layang ini  tidak jadi dibangun di lokasi ini karena lebih baik dibangun jalan di lokasi lain yang sehingga bisa mengembangkan kawasan baru seperti jalan tol Cikampek II di sebelah selatan   L tol yang sekarang.
Selanjutnya untuk mengurangi kepadatan di sekitar km 47, bisa saja jalan tol layang diperpanjang hingga km 70 baik di jalan tol Cipali dan atau sekitar pintu  tol Kalihurip di Cipularang.
Tulisan  ini hanya ingin memberikan opini dari sudut pandang yang lain yang mungkin bisa bermanfaat agar urat nadi pulau Jawa yang bernama jalan tol Jakarta Cikampek ini bisa lebih lancar di kemudian hari.
Lancar bukan hanya sehari-hari, tetapi juga lancar sewaktu akhir pekan dan masa libur seperti lebaran ini.
Salam kompsiana
Mei 2022