Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dum Spiro Spiro dari Sosok Tjiptadina dan Rosalina

5 Januari 2021   08:46 Diperbarui: 5 Januari 2021   13:11 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lahir di Padang, 21 Mei 1943, demikian profil singkat sosok Tjiptadinata Effendi di Kompasiana.  Profil ini pula yang membuat saya kagum dengan sosok Pak Tjip, demikian saya selalu memanggil beliau.

Kata-kata singkat ini melambangkan kesederhanaan, kejujuran, ketegasan dan juga keberanian memberikan informasi diri yang luar biasa. Tidak setiap orang berani dengan jujur mengungkap tahun, tanggal, dan bulan kelahiran kepada siapa saja di ranah umum seperti ini.

Pak Tjip juga sangat senang membantu dan memberikan pertolongan. Beberapa hari yang lalu. Saya minta tolong untuk dibuatkan sepatah kata untuk buku terbaru yang sedang saya tulis tentang perjalanan ke negara-negara eks Soviet yang berjudul Menembus Tirai Besi.  

Tidak berapa lama setelah saya kirimkan draf naskah buku tersebut, seuntai kata nan rancak penuh pujian yang membesarkan hati sudah saya terima dengan hati yang berbunga-bunga.  

Pak Tjip telah membuat saya berbahagia dengan bantuannya membuatkan seuntai kata untuk buku saya tersebut, yang membuat saya makin bangga dan bahagia telah mengenal beliau sekian lama.

Saya mencoba mengingat-ingat kapankah saya pertama kali mengenal Pak Tjip?  Kalau tanggal yang tepat tentu saya tidak ingat, tetapi yang pasti saya pertama kali mengenal nama Tjiptadinata Effendi adalah  melalui tulisan-tulisan yang penuh inspirasi di Kompasiana.  Yang jelas ketika pertama kali bergabung pada 2011, belum ada tulisan-tulisan Pak Tjip yang ternyata mulai bergabung sejak 2012.

Sementara itu, pertemuan secara fisik memang tidak terlalu sering mengingat beliau tinggal jauh di negeri Kangguru. Namun setiap kali Kompasianival, ketika saya hadir dan beliau hadir, biasanya kami selalu saling sapa dan menanyakan kabar masing-masing.

Banyak cara rakyat Kompasiana memanggil Pak Tjip, ada yang memanggil bapak atau pak. Banyak pula yang memanggil opa mengingat usia Pak Tjip yang sudah sangat senior. 

Namun yang membuat saya kagum adalah beliau selalu hangat menyambut dan menyapa siapa saja dengan cara kebapakan yang membuat hati menjadi damai.

Masih ada satu hal lagi yang tidak lupa saya tuliskan. Biasanya setiap Januari Pak Tjip dan Bu Rosa juga sering pulang kampung ke tanah air. Selain ke Jakarta, kadang-kadang juga menyambangi tanah kelahiran di Sumatra Barat.  

Jika Pak Tjip dan Bu Rose ke Jakarta, sering pula kami, teman-teman di Kompasiana yang terdiri dari berbagai kalangan usia, jender, pekerjaan, etnis, agama, dan pandangan politik diundang untuk makan siang di Rumah Makan Padang favorit Pak Tjip dan istri di kawasan Jalan Juanda.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun