Napak tilas kejayaan Kerajaan Tarumanegara berlanjut dengan mampir ke Prasasti Ciaruteun. Letaknya hanya beberapa ratus meter di seberang jalan dari Prasasti Tapak Gajah. Kembali sebuah papan informasi berwarna biru menceritakan sekilas mengenai prasasti ini.
Pada kalimat terakhir tertulis bahwa 'Prasasti atau tulis Ciaruteun ditemukan oleh N.W.Hoverman pada 1683'.Angka ini mirip dengan diketemukannya Prasasti Kebon Kopi pada 1863. Yuk nanti kita bahas lebih lanjut.
Setelah itu dibahas panjang lebar mengenai tulisan empat baris berbahasa Sansekerta dalam aksara Pallawa yang terukir di batu monolit yang beratnya mencapai 8 ton itu.
Ini (bekas) dua kaki, yang seperti kaki dewa wisnu, ialah kaki yang mulia sang Purnawarman,raja di dengri Taruma yang gagah berani di dunia'. Pada papan putih di dekat pagar cungkup, ada salinan inskripsi lengkap dengan transliterasi dan terjemahannya
Kata matahari dalam bahasa Jawa disebut sebagai srengenge yang berasal dari Shang Hyang E, Matahari yang  menjadi penguasa hari. Dalam bahasa jawa e'suk untuk pagi tengah'e untuk siang dan so're untuk sore yang menunjukan kekuasaan sang mentari yang hadir melalui huruf 'e.
Akhirnya pada 1981 dipindahkan ke posisi yang sekarang ini. Konon pada saat posisi terbalik itulah prasasti secara tidak sengaja digarap oleh pemecah batu sehingga menjadi  somplak di salah satu sisinya.
Kalau diperhatikan ada dua angka tahun yang berbeda yang menunjuk kapan prasasti ini ditemukan. Pada papan biru ditulis 1683, sedangkan menurut informasi pak Dwi, 1863. Buat saya tidak penting. Yang penting dua-duanya bisa dicak jadi qiu qiu. he heÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H