Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kartini, Pemberontak Tradisi dalam Diam

13 April 2017   11:30 Diperbarui: 14 April 2017   00:00 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini adalah kedua kalinya saya menyaksikan film tentang Kartini. Yang pertama adalah Surat Cinta Untu Kartini, dimana lebih banyak kisah fiksi dan kembang yang ditayangkan di layar.  Kini film berjudul singkat Kartini yang disutradarai Mas Hanung kembali hadir. Dan kesempatan nonton bareng bersama Prudential di Djakarta Theatre pun tidak saya lewatkan begitu saja.

Film ini memang memukau, bukan saja lewat Dian Sastro yang kali ini tampil prima mengenakan kebaya sebagai Kartini, tapi juga peran kedua adiknya yaitu Acha Septriasa sebagai Roekmini dan Ayushita sebagai Kardinah.  Tetapi setting suasana Kabupaten  Japara di akhir abad ke 19 pun nyaris sempurna.  Belum lagi dialog dalam Bahasa Jawa dalam beberapa tingkat tutur , serta juga dialog Bahasa Belanda yang mengingatkan penonton bahwa Jawa , seperti juga sebagian besar kepulauan Nusantara pada masa itu memang masih dalam masa kolonial Belanda.

Pemberontak dan pendobrak tradisi itu sudah ada sejak film baru saja dimulai. Dengan jelas Kartini kecil yang dipanggil Trinil masih lebih suka tidur dengan Ngasirah, ibu kandungnya yang berubah status menjadi pembantu karena sang ayah Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat kemudian menikahi  Raden Adjeng Moeriam dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menjadi bupati.

Ketika berangkat remaja, kartini dan ketiga adiknya mulai dipingit, dan disini kita juga melihat adanya peperangan dalam diam di dalam keluarga sang bupati.  Kecemerlangan Kartini dan adik-adiknya yang mampu menulis artikel dengan nama samaran “Het Kalverblaad” atau Daun Semanggi menjadi buah bibir dan kadang-kadang cibiran bagi masyarakat Jawa yang masih feodal.  Namun dukungan sang ayah membuat Kartini terus maju.

Lalu bagaimana akhir kisah perjuanagn dan pendobrakan Kartini ? Bagaimana sang sutradara menggambarkan saat-saat Kartini mengajukan keinginannya untuk sekolah ke negri Belanda dan juga detik-detik Kartini mengajukan empat syarat pernikahannya sebagai istri Bupati Rembang?

Semuanya ini dapat anda saksikan mulai 21 April di bisokop-bioskop XXI!

Produksi              Legacy Pictures

Sutradara            Hanung Bramantyo

Produser             Robert Ronny

Dian Sastrowardoyo sebagai Raden Adjeng Kartini

Deddy Sutomo sebagai Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat

Christine Hakim sebagai M.A. Ngasirah

Nova Eliza sebagai M.A. Ngasirah Muda

Djenar Maesa Ayu sebagai Raden Adjeng Moeriam

Acha Septriasa sebagai Roekmini

 Ayushita sebagai Kardinah

Jakarta: 13 April 2017

Foto: dokumentasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun