Perkenalan pertamma dengan Irlandia dan bahasanya yang cukup eksotis terjadi ketika berkunjung ke Kedutaan Besar Irlandia di Jakarta yang berada di kawasan Sudirman. Terpampang di dinding tulisan dalam Bahasa Irlandia “Ambassade na heireann” dan terjemahannya Embassy of Ireland serta Kedutaan Besar Irlandia.
Republik Irlandia juga merupakan satu satunya negara di kawasan Uni Eropa yang memberikan visa gratis untuk pemegang paspor Indonesia , dan ketika sudah selesai visa berwarna hijau khas Uni Eropapun bertengger manis di paspor saya. Tetapi judulnya juga eksotis dalam Bahasa Irlandia yaitu “Viosa”.
Untuk menuju ke pusat kota Dublin, banyak pilihan moda transportasi, selain taksi dan bus ada juga Aircoaach yang merupakan bus khusus ke bandara. Ongkosnya 14 Euro pulang pergi ke kawasaan Burlington Road. Naik bus di Dublin mirip naik busway di Jakarta, karena ada satu lajur yang khusus dan tidak boleh dilewati kendaraan pribadi. Namanya jalur ini dalam bahasa setempat adalah Lana Bus atau Bus Lane.
Di sebelah kiri berdirilah Edmud Burke, yang dianggap sebagai salah satu negarawan paling terkenal dalam sejarah parlemen Britania. Sementara di sebelah kanan, terdapat patung Oliver Goldsmith , tangan kanannya sedang memegang pena dan tangan kirinya memegang buku. Dia merupakan salah satu pujangga terkenal dari Irlandia yang menulis buku “The Vicar of Wakefield”.
Untuk berwisata di kampus ini, kita juga bisa ikut walking tour yang dipandu oleh mahasiswa setempat. Ada beberapa kali tur dalam sehari dengan ongkos 14 Euro. Dimulai di lapangan tengah kampus dan berakhir di perpustakaan paling kondang di Dublin yang bernama “The Book of Kelly”.
Disini juga terdapat patung Geoge Salmon yang merupakan provost pada tahun 1888-1904. Beliau juga merupakan seorang matematikawan terkenal dari Irlandia sekaligus seorang Teologis. Sebagian besar masa hidupnya diabdikan untuk kampus ini sehingga tidak mengherankan patungnya yang sedang duduk sambil memegang buku ada di tengah-tengah kampus.