“Ditunggu di platform 9 JR Station Yokohama “, pesan di gadget muncul memberikan informasi titik awal pertemuan bagi jalan-jalan bersama di Kamakura dan sekitarnya yang termasuk kawasan “Kanagawa Prefecture”. Ketika pesan ini diterima, kereta api Fuktoshin Line yang membawa saya dari Ikebukuro telah menjelma menjadi Tokyu-Toyoko Line di Shibuya baru saja merapat di Yokohama.
Ditemani dengan cucunya yang masih remaja, Prof Sarlito Wirawan memperkenalkan diri dengan menyebut namanya sambil menjabat tangan dengan hangat. Memakai baju biru muda lengan panjang, celana abu-abu, serta menyandang tas kecil yang diselempangkan di pinggang, guru besar psikologi ini terkesan santai dan ramah.
Percakapan pembuka terjadi di kereta yang membawa kami ke Kamakura. Namun baru lebih lengkap ketika sempat beristirahat sebentar di sebuah warung kecil di dekat stasiun Hasse. Prof Sarlito berada di Yokohama dalam rangka menghadiri “31st International Congress of Psychology”. Disini pria yang dilahirkan di Purwokerto pada 1944 in berkisah sekilas mengenai jalan hidup, keluarga dan pendidikannya.
Ketika ditanya apakah secara rutin menghadiri ICP, sudah berapa kali dan dimulai pada tahun berapa jawabnya cukup diplomatis. “Saya tiap tahun minimal sekali hadir di kongres internasional tetapi tidak selalu ICP . Pokoknya di organisasi yang saya pilih dan makalah saya diterima”.
Dalam perjalanan kembali ke Kamakura, obrolan dilanjutkan tentang negara-negara yang pernah dikunjungi dan paling berkesan dalam kehidupan Prof Sarlito. “Belanda, karena saya pernah sekolah dan jadi Prof tamu, dan dua anak saya juga pernah sekolah disana. Kedua Inggris, juga karena saya pernah sekolah disana” itulah dua negara yang banyak berkesan dalam kehidupan beliau yang pernah menempuh pendiidikan di Universitas Leiden serta menjadi Prof tamu di Universitas Nijmegen Belanda. Di Inggris Raya beliau pernah menuntut ilmu di Universitas Edinburgh di Skoltandia.
Obrolan sambil jalan-jalan selama setengah hari pun berakhir di stasun Sakuragicho, di pusat kota Yokohama. Sambil mengucapkan selamat jalan dan bertugas kamipun berpisah dan menapak jalan kembara masing-masing. Terimakasih om Prof.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H