[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"][/caption]Setelah dari pagi sampai menjelang siang mengembara di dunia orang mati di Taipei Muslim Cemetery di kawasan berbukit di Liu Zhang Li, tibalah saatnya untuk menyambangi masjid terbesar di Taiwan, yaitu Masjid Agung Taipeiyang dikenal juga dalam Bahasa Inggris sebagai Taipei Grand Mosque atau dalam Bahasa Mandarin Tai Bei Qing Zhen Shi.
[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"]
[/caption]Dari sekitar Heping East Road, saya naik bus no 72 dan sekitar 10 menit kemudian sampai di halte persis di depan
Daan Forest Park yang merupakan Taman Hutan Kota terbesar di Taipei. Taman yang cukup nyaman dan teduh ini sangat tepat untuk bersantai baik di siang maupun senja hari. Selain pepohonan yang rindang, dilengkapi juga dengan kursi kayu untuk sekedar melepas lelah. Melewati taman ini saya kemudian berjalan menuju
Xinsheng South Road dimana dari kejauhan sudah terlihat bangunan megah Masjid Agung Taipei.
[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"]
[/caption]Dari luar bangunannya terlihat sangat indah dengan kubah besar dan dua kubah kecil di sampingnya yang berlapiskan warna kuning keemasan. Dua buah menara terlihat di kejauhan mengapit pintu masuk dan gerbang utama masjid ini. Di tepi jalan terlihat banyak sepeda motor yang sedang diparkir rapih.Saya mendekat ke pagar dengan pintu yang terbuka lebar. Di pagar ini ada sebuah prasasti dalam Bahasa Mandarin dan Inggris yang menjelaskan sejarah singkat tentang pembanguanan masjid yang alamatnya di nomer 62 jalan ini.
[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"]
[/caption]“
The Taipei Grand Mosque is Taiwan's most important Islamic structure and the center of the Muslim faith in Taiwan. At the time of its construction, Taiwan enjoyed frequent exchanges with a number of Middle Eastern allies. The then Minister of Foreign Affairs Ye Gong-chao proposed the building of the mosque and friendly Muslim countries contributed joint funding for the structure designed by architect Yang Chuo-cheng. A number of Muslim leaders and foreign dignitaries from countries around the world have worshipped here during their visits to Taiwan. A unique cultural landmark of Taipei, the mosque has special cultural features reflecting the spirit of Islam. Its exterior design incorporates such architectural elements as the traditional dome, colonnade and minaret. The building’s layout includes a reception hall, a prayer hall, side arcades, offices, library, ablution hall and gardens. The expansive prayer hall, with an interior height and width of 15 meters, can accommodate a large congregation. As Islamic architecture does not use representational depictions of animals, botanical and geometric patterns constitute the building’s decorative motifs, lending the setting a sense of elegant tranquility” Demikian salinan lengkap prasasti tersebut.
[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"]
[/caption]Di sebelahnya terdapat lagi sebuah papan pengumuman berwarna hijau yang menjelaskan tentang tatacara berkunjung ke masjid ini. Kali ini dalam tiga bahasa yaitu Mandarin, Inggris dan Indonesia dimana dijelaskan waktu buka dan juga larangan seperti dilarang membawa anjing, merokok, dan keharusan memakai pakaian yang sesuai dengan syariat Islam.
[caption caption="masjid agung taipei. dokpri"]
[/caption]Memasuki halaman masjid, keindahannya kian dekat dipandang. Sebuah jalan beraspal menuju ke pintu masuk utama. Sementara rerumputan hijau juga menujutupi sebagian besar halaman. Sisi kiri dan kaman masjid juga berhiaskan relung-relung yang indah dengan pepohonan aneka rupa yang tertata rapih. Di belakang baru terlihat sepasang menara yang menjulang tinggi.
[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"]
[/caption]Saya berjalan menuju pintu masuk utama dan sempat melihat ke jalan raya dari beranda. Terlihat pemandangan kesibukan jalan dengan frame relung masjid yang juga mmeberikan nuansa keindahan tersendiri. Suasana masjid sangat sepi, saya hanya berjumpa sengan seorang lelaki berkulit hitam yang nampaknya baru selesai sholat dan kemudian meninggalkan masjid.
[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"]
[/caption]Beranda masjid berlantaikan marmer dengan pola hiasan geometris yang indah. Paduan warna hijau, kuning, coklat kemerahan dan putih memberika atmosfer kedamaian yang sekaligus seakan-akan mengucapkan selamat datang di Masjid Agung Taipei ini dengan penuh rasa kehangatan. Di dekat dinding dan pintu masuk, ada sebuah kotak amal besar yang bertuliskan empat Bahasa, yaitu mandarin Arab, Inggriss dan Indonesia. “
Taipei Grand Mosque Donation Box” demikian tulisannya dalam Bahasa Inggris. Di sebelahnya sebuah kipas angin kecil menemani kotak amal yang besar ini.
[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"]
[/caption]Saya berjalan ke arah kanan dan menemukan sebuah tangga yang di atasnya bertulisakan “
Female Prayer Hall”. Tangga ini menuju ke lantai atas yang memang dikhususkan bagi kaum perempuan. Masih di sekitar beranda , ada juga semacam majalah dinding dimana ditempelkan berbagai jenis pengumuman. Di antaranya adalah semacam surat penghargaan atau ‘
Certificate of Appreciation” kepada
Ouyang Shanto yang telah bertugas sebagai muadzin sejak 1 Maret 2013 sampai 31 Maet 2016. Surat ini ditandatangani langsung oleh Ketua Yayasan Masjid Agung Taipei
Salahuding Ma Chao-Yen.[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"]
[/caption]Saya terus berjalan menuju ke ruang wudhu. Sebelumnya kita melewati sebuah ruangan yang bertuliskan Reception Room dan juga Imam’s Office. Saya kedua pintu ini tertutup rapat. Setelah melewati toilet perempuan , akhirnya saya sampai di tempat wudhu pria yang cukup luas, bersih dan lucunya banyak bergantungan handuk kecil berwarna kecil dan peci putih yang dijemur sehabis dicuci.
[caption caption="masjid agung taipei. dokpri taufikuieks"]
[/caption]Memasuki ruang sholat utama masjid ini, kita akan terkesan dengan kesederhanaannya. Di dinding temboknya yang putih dengan bagian bawah tertutup kayu berwarna coklat tua, tampak benar-benar kosong melompong tanpa hiasan apa-apa. Juga tidak ada hiasan kaligrafi yang bias menghias masjid-masjid di Indonesia. Yang ada hanya tiga buah relung dimana yang tenga dipakai sebagai mihrab dengan hamparan sajadah kecil di depannya dan sebuah mikrofon terlihat di kejauhan. Di atasnya hanya ada hiasan kecil bertulisakan”
Allah”.
Lihat Travel Story Selengkapnya