Singapura merupakan salah satu negri paling makmur bukan saja di kawasan Asia Tenggara, melainkan juga di kawasan Asia. Negri mungil yang lebih juga terkenal dengan “City State” ini memang memikat banyak sekali wisatawan, terutama dari tanah air terbukti dengan banyaknya penerbangan ke dan dari tanah air ke Bandara Internasional Changi.
Kalau biasanya saya sering sholat Jumat di tempat ini dan saya suka sekali dengan khotbahnya yang dalam Bahasa Melayu serta isinya yang selalu menyejukan jiwa serta membuktikan bahwa Islam memenag merupakan agama yang mengajarkan kedamaian. Dan setiap selesai sholat ktika keluar dari masjid kita akan disuguhi oleh deretan pengemis yang tiba-tiba muncul entah dari mana meminta sedekah dari jemaah dengan wadah berupak gelas plastik kecil di tangan. Tua muda semuanya tumplek di tempat ini.
Setelah berjalan kaki sekitar 5 menit dari stasiun MRT Bugis dan meyusuri North Bridge Road, Deretan rumah toko berlantai tiga dengan arsitektur yang khas ada di kiri kanan jalan meuju Masjid. Tiba-tiba saja, kubah keemasan Masjid Sutan terlihat dari kejauhan. Matahari baru saja tenggelam di langit kota Sngaura dan masih menyisahkan semburan cahaya kebiruan yang sangat indah sekaligus menjadi latar belakang kubah dan menara masjid terbesar di Singapura yang sejak tahun 1975 telah ditetapkan sebagai warisan nasional negri singa ini.
Di keremangan senja, terlihat kubah utama yang megah, menaramenara kecil yang di cat putih dan ukiran-ukiran has dengan cungkup kecil yang mengingatkan kita akan bangunan-bangunan istana dan masjid model negri India. Garis-garis horisontal berwarna kuning keemasan menghiasi tembok sekeliling masjid dan jendela-jendelah besar dengan model segitiga lancip menjadi ciri khas masjid ini. Sekilas , arsitekturnya merupkaan gabungan antara model Arab dan India. Sementara lampu sorot yang memancarkan cahaya kekuningan mulai bertabiran menerangi masjid.
Memasuki ruang sholat utama, saya terpaku dengan keeghan dan keindahannya. Langit-langit berwarna putih dihiasi lapun kristal yang terang benderang menerangi ruangan. Mimbarnya negah dengan dinding bwerwana hijau mudah yang dominan. Hiasan kaligrafi dan juga ukiran berwana keemasan sekan kan memberi kesan bahwa mihrab ini sepadan dengan sebuah singgasana sehingga tidaklah berlebihan kalau masjid ini dinamakan Masjid Sultan.
Di sebelahnya ada sebuah mimbar yang tidak terlalu besar dan terbuat dari kayu berukir berwarna coklat tua. Ketika pandangan dilayangkan ke sekliling tampak lantai dua masjid yang berkapasitas lebih dari 5000 orng ini seakan-akan mengelilingi ruang utama dengan pagar nya indah dan tepat berada didlam relung-relung yang bernuansa magis.
Selepas sholat, saya sempatkan memandang keindahan menara yang disinari lampu warna-warni. Ada yang berwarna ungu ada pula yang berwarna merah. Sementara bangunan utamanya tampak diterangi sinar warna kuning keemasaan. Dengan sinar lampu ini tampak sekali keindahan masjid ini di malam hari.