Tidak jauh dari candi ada sebuah museum kecil yang berbentuk rumah joglo khas Sunda. Di dalam museum kita dapat melihat dokumentasi ketika pemugaran Candi Cangkuang. Selain tu banyak juga naskah kuno peninggalam Embah Dalem Arif Muhammad termasuk sebuah Al-Quran kuno tulisan tangan yang sayang nya sudah dalam kondisi yang cukup memperhatikan.
Namun yang paling menarik di dalam museum ini adalah sebuah prasasti yang dinamakan “Prasasti Guru Piduka Agung Tragedi Bubat” yang ternyata untuk memperingati 720 tahun lahirnya Kerajaan Majapahit sekaligus sebagai rekonsiliasi Sekala Niskala Trah lan Leluhur Majapahit kehadapan Trah Lan Leluhur Pajajaran yang ditandatangani pada Rabu 20 November 2013 bertepatan dengan Budha Pon Wuku Pujut Sasih Kelima Saka Warsa1935 atau bulan kelima Tahun Saka 1935.
Tepat di depan museum ada sebuah pohon yang menjadi asal nama candi yaitu pohon cangkuang. Tanaman ini ternyata termasuk sejenis pandan dengan nama Latin “Pandanus purcatus”. Tumbuhan ini memiliki banyak manfaat karena daunnya bisa dibuat menjadi tudung, tikar, dan juga pembungkus gula aren. Sedangkan buahnya juga cukup manis dan enak dimakan serta memiliki khasiat obat. Informasi ini didapatkan dari petugas museum yang sedang duduk-duduk santai di pendopo.
Perjalanan wisata kali ini ke kawasan Garut ini memang bukan wisata biasa. Selain memperkaya jiwa dan pengetahuan akan sejarah Nusantara , juga bisa melihat peralihan Hindhu ke Islam di Jawa Barat serta menjadi saksi perdamaian antara Pajajaran da Majapahit. Namun yang paling penting adalah mengetahui bahwa Kampung Pulo yang digusur Gubernur Ahok ternyata telah pindah ke Garut!
Garut, September 2015
*Sumber Foto: Dokumen Pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H