Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Jeepney, Angkot Paling Favorit di Filipina

16 September 2015   23:02 Diperbarui: 17 September 2015   00:13 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Siem Reap perjalanan dilanjutkan ke Manila, ibu kota Republik Filipina yang ramai, macet, semrawut , namun tetap saja memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi. Perjalanan kali ini cukup jauh karena harus sejenak transit di Hongkong.
Dengan tuk-tuk Syukri mengantar kami sampai di terminal keberangkatan Bandara Internasional Siem Reap yang saat ini sedang dalam tahap renovasi. Penerbangan ke Hongkong berjalan dengan lancar dan kemudian dilanjutkan dengan pindah pesawat ke Bandara Ninoy Aquino Terminal 3.

“Taxi Sir, Taxi, Sir”, demikian calo airport taksi menawarkan jasanya. Saya iseng menanyakan berapa harganya ke sebuah tempat di kawasan Ortegas. “Twenty two hundred Sir”, jawabnya lagi sambil menyebut sebuat angka yang cukup mahal yairu 2200 Peso alias sekitar 50 USD untuk jarak hanya sekitar 10 kilometer.

Ternyata di Manila ada airport taxi dan ada juga taxi meter berwarna kuning yang menggunakan argo dan ongkos ke kawasan Ortegas hanya sekitar 300 Pesos saja. Namun antriannya cukup panjang juga. Sementara para calo airort taxi terus menawarkan jasa nya dan harga terus turun sampai sekitar 800 Peso saja.

Akhirnya, diputuskan untuk mengantri taksi yang menggunakan argo dan setelah lumayan sabar menanti bisa sampai juga ke Ortegas dengan ongkos kurang dari 300 Peso. Yah ternyata taksi dari airport di Manila termasuk salah satu yang paling murah di dunia, namun kalau kita tidak hati-hati bisa juga termasuk yang mahal. Dan untungnya baik mahal maupun murah ucapan dan artinya sama baik dalam Bahasa Indonesia maupun Tagalog.

“Argo plus fifty Peso”, jawab supir taksi ketika saya menyebut tujuan “Intramuros”, saya segera mengangguk dan berkata “Oo” yang artinya ya atau OK. Taksi segera meluncur dari kawasan Ortigas yang termasuk daerah Pasig City menuju ke Intramuros yang terletak di Manila City. Metro Manila memang merupakan salah satu kota terbesar di Asia Tenggara yang terdiri dari beberapa kawasan yang masing-masing disebut city.


Taksi segera meluncur melalui jalan-jalan kota Manila yang ramai, macet, dan berdebu. Selain taksi dan bus kota, ada sebuah angkutan umum yang khas yang konon merupakan jeep tua peninggalan Perang Dunia ke II. Hiasan dan warna yang ada di Jeepney memang sangat menarik dan menjadi salah satu ikon negri nya Corazon Aquino ini.

Jeepney memang merupakan kendaraan umum alias angkot khas negri Filipina. Jeepney ada dimana-mana baik di Ibukota Manila, maupun di kota-kota lainnya seperti Cebu, dan juga Tagaytay dimana kendaraan umum yang ada hanyalah jeepney. Jeepney menjadi sangat khas karena seperti manusia, tidak ada dua jeepney yang sama persis. Dekorasi dan hiasan pada setiap jeepnye bisa menggambarkan siapa pemiliknya. Hiasan yang paling umum adalah beberapa ekor kuda ternuat dari Krom yang menghias kap mesin. Selain itu, bisa saja, cermin, spanduk plastik atau logam dan juga segerombolan antena dan lukisan menghiasi kendaraan angkot paling favorit di Filipina ini.


Kalau sebelumnya hanya menyaksikan jeepney lalulalang di jalan-jalan kota Manila yang sibuk dan macet, akhirnya tiba juga waktunya untuk mencicipi nikmatnya naik Jeepney. Di halte banyak orang menunggu, dan mirip dengan angkot di Jakarta, ada juga preman yang sibuk berteriak tujuan serta kawasan yang dilewati jeepney. Sang preman ini pun kemudian akan mendapat uang lelah dari si supir.


Naik dari kawasan Luneta menuju ke Quiapo. Duduknya mirip dengan a mikrolet dimana penumpang duduk saling berhadapan. Dengkul ketemu dengkul dan keringat juga mulai menetes. Namun kalau dibandingkan dengan mikrolet, maka jeepney jauh lebih gagah dan besar. Kapasitas penupangnya bisa mencapai hampir 20 orang, alias 9 saling berhadapan di belakang dan dua penumpang duduk di samping supir. Kalau penumpang duduknya terlalu dekat dengan bagian belakang, maka supir akan berteriak “masup masup”.


Ongkos nya tergantung jauh dekat, dan kalau dari Luneta menuju Quiapo hanya 8 peso saja. Karena jaraknya kurang dari 2,5 Km. Sebagian besar jeepney tidak memiliki kondektur sehingga penumpang membayar ongkos dengan menitipkan uangnya ke penumpang sebelah-dan sebelahnya terus sampai ke supir. Demikian juga kembaliannya. Dan penumpang hanya cukup berkata bayar bayar yang sama artinya baik ucapan maupun arti dalam bahasa Tagalog dan Indonesia.


Kalau kita mau berhenti, cukup teriak “para”, yang artinya behenti dalam bahasa Tagalog dan konon berasal dari bahasa Spanyol. Kalau malas teriak bisa juga hanya mengetuk atap jeepney walaupun supir jeepney kurang suka cara ini. Dan kalau mau lebih sopan bisa juga berteriak “Sa ta bilang po” yang artinya mungkin “pinggir”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun