Pagi menjelang di Stone Town. Sebelum sarapan pagi, saya memulai kegiatan dengan berenang di pantai yang tenang dan termasuk sangat dalam karena baru beberapa meter saja kedalamannya sudah lebih dari 2 meter. Setelah itu disempatkan berjalan-jalan di pantai sambil melihat-lihat geliat kehidupan dipulau yang terkenal dengan cengkeh dan rempah-rempahnya ini.
Sarapan pagi di Tembo House Hotel yang dulunya gedung konsulat Amerika juga sangat asyik. Arsitekturnya menarik, duduk di alam terbuka di tepi pantai dan menunya unik termasuk jus kembang sepatu yang warnanya merah muda. “Hibiscus juice”, demikian namayang tertulis , sementara tamu hotel juga sangat beragam dari berbagai bangasa dan wana kulit. Yang menarik adalah seorang ibu Afrika berkulit hitam dengan pakaian khas yang berwarna kuning meriah sedang menggendong anak kecil bule beramput pirang yang lucu menggemaskan.
Tepat pukul 9 pagi, Zeus sudah menelpon saya mengkhabarkan bahwa kita sudah siap untuk berkendara menuju Jozani Forest yang jaraknya sekitar 1 jam di sebelah tenggara Stone Town. “Sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh, tetapi keaadaan jalan di pulau rempah-rempah ini tidak semulus di daratan utama Tanganyika”, tambah Zeus sambil kendaraan melewati perkampungan di luar Stone Town.
Selain itu, sepanjang jalan banyak juga razia polisi lalulintas yang memeriksa kelengkapan surat-surat pengemudi dan kendaraan. Dan kebanyakan polisi lalu lintas, baik di Tanganyika maupun Zanzibar adalah polisi wanita. “It’s all about money”, tukas Zeus lagi sambil tersenyum kecut sembari menampakan deretan gigi yang putih kemilau.
Setelah sekitar 50 menit perjalanan, kendaraan kami sampai di “Jozani Chwaka Bay National Park”, yang merupakan rumah alias suaka bagi hewan khas yang cuma ada di Zanzibar, yaitu Colobus Monkey, sejenis monyet yang memiliki bulu hitam, putih, serta coklat kemerahan dengan nama Latin yang keren yaitu Procolobus kirkii.
Di resepsionis, Zeus mampir sebentar untuk membeli tiket masuk. Waktu menunggu ini dimanfaatkan untuk melihat suasana sekitar. Sebuah prasasti dalam Bahasa Swahili menjelaskan peresmian Taman Nasional ini, sementara bangunan-bangunan di kawasan ini dibuat cantik dengan atap dari rumbia sangat khas pedalaman Afrika.
Seorang guide memperkenalkan diri dan mulai bercerita tetang obyek menarik yang ada di Taman Nasional ini. Pertama adalah hutan jati merah dan juga tumbuhan tropis lainnya dimana kita bisa melihat berbagai jenis pohon dan satwa yang ada di situ, Kami sempatkan berjalan melalui jalan setapak di hutan ini.
Setelah itu, kita pindah ke hutan lain dimana banyak terdapat “Colobus Monkey”. Di pepohonan yang tinggi hewan unik Zanzibar itu terlihat bergantungan dan kadang-kadang sedang tertidur. Kita bebas mengambil fotonya walaupun kadang-kadang tertutuo ranting dan dedaunan. Mereka umumnya sedikit pemalu dan biasanya segera bersembunyi kalau mengetahui kehadiran manusia.
Selain itu. Ada juga “Blue Monkey “ atau monyet biru yang baisanya lebih agresif dan lebih mudah di foto. Mereka juga sering berkelana ke hutan-hutan di seberang jalan menuju ke hutan bakau yang ada di kawasan seluas sekitar 50km persegi ini. Kami kemudian menyebrang jalan dan dengan kendaraan melalui jalan tidak beraspal menuju ke kawasan dekat pantai dimana terdapat hutan bakau. Dengan melewati jembatan berkayu kita dapat melihat berjenis –jenis pohon penjaga pantai yang akarnya muncul di permukaan laut.
Sekitar 15 menit di perjalanan kita tiba di persimpangan dimana kalau kita belok kiri akan menuju ke Stone Town, sedangkan Zeus mengambil jalan lurus sekitar 500 meter saja dan kemudian memarkir mobil di tepi jalan. Dan di tepi jalan ini kita bisa melhat pohon kelapa yang dijanjikan. Batangnya tidak lurus atau membentuk lengkungan seperti umumnya pohon kelapa, melainkan meliuk keatas kemudian ke kiri dan lalu ke atas lagi dan seakan-akan membentuk huruf Z.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!