Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Asyiknya Jadi Selebriti di Tanzania

30 Mei 2015   12:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:27 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sekitar satu jam bekendara dari Kilimanjaro International Airport, akhirnya kendaraan kami pun tiba di hotel yang terletak di pusat kota Arusha.  Ini saatnya untuk beristirahat setelah perjalanan cukup melelahkan dari tanah air via Dubai dan Dar Es Salaam.  Untungnya dalam satu jam ini, perbendaharaan kata saya dalam Bahasa Swahili meningkat dengan pesat. Terimakasih buat Jumanne sang supir yang baik hati.

Keesokan paginya Jummanne sudah menunggu sekitar pukul 8.30 pagi, dan perjalanan dimulai dengan mampir ke kantor biro perjalanan Safari di Arusha Convention Centre. Gedung ini merupakan gedung konverensi  dan perkantoran yang cukup tua, namun masih menyisakan kecantikan dan kejayaannya.  Setelah selesai dengan urusan administrasi maka wisata safari dimulai dengan tujuan pertama Lake Manyara National Park yang  jaraknya sekitar dua setengah jam perjalanan dari Arusha.

Jalan raya di Tanzania ternyata cukup mulus dibandingkan dengan dengan beberapa negara tetangganya seperti Kenya ataupun Rwanda, bahkan dibandingkan dengan sebagian besar jalan di Indonesia.  “Jalan raya ini dibuat oleh Perancis”, demikan keterangan Jummane secara singkat sambil menyebut nama-nama kampung yang kita lewati. Salah satunya memiliki nama yang khas yaitu “Ngaramtoni Ya Chini” dan kebetulan ada juga bajaj berkeliaran di jalan raya antara Arusha dan Lake Manyara ini.  Sesekali, kendaraan harus berhenti karena ada pemerikasaan polisi lalulintas. Yang menarik lagi, di setiap perhentian pasti ada polisi wanita yang memeriksa kelengkapan surat-surat kendaraan dan pengemudi.

Matahari sudah lewat ubun-ubun ketika kendaraan safari kami sudah hampir sampai di dekat pintu gerbang utama Lake Manyara National Park.  Jummane mengajak kami berhenti di sebuah gerai sovenir di tepi jalan raya yang banyak menjual hasil kerajinan tangan khas Tanzania, salah satunya adalah seiimut khas suku Masaai yang umumnya bercorak kotak-kotak beraneka warna mirip sarung di Indonesia. Selimut ini disebut Shuka. Banyak juga lukisan dan pahatan khas Afrika,  Kami juga sejenak istirahat sambil menimati makan siang yang sudah disiapkan dari Arusha,

Perjalanan di lanjutkan menuju Lake Manyara National Park, yang erupakan salah satu tujuan wisata utama di bagian utara Tanzania.  Seampainya di pintu masuk, Jummanne memarkir kendaraan dan kiami disuruh melihat-lihat beberapa tempat yang memberikaninformasi mengenai Lake Manyara ini. Sementara Jummane mendaftar dan sekaligus membeli tiket masuk.

Namun , di tempat ini pula saya bisa mengenal atau sekalihus belajar lebih mendetail tentang sebuah lembah raksasa yang membenatng dari Yordania di Asia Barat sampai ke Mozabik di Bagian Seatan Afrika dan tentunya melewati Tanzania ini. Di tempat ini kita dapat menyasikan keindahan dan kemegahannya. Bagaikan dinding bukit yang baris-berbaris sambung menyambung menjadi satu. 

“Bonde La Ufa – Kuanzia Yorodani Mpaka Msumbiji” demikian tertulis dalam Bahasa Swahili, yang artinya dalam Bahasa Inggris : The Great Rift Valley – From Jordan to Mozamique”.  Di dalam peta dapat diihat kalau bukit dan lembah ini dimulai dari Yordania, kemudian menyebrang ke Mesir, Sudan, Eritria, Somalia, dan kemdian terus ke Kenya, Tanzania, dan kemudian berakhir di Mozambique.   Dalam papan informasi diterangkan bahwa Lake Manyara merukapakan salah satu bagian dinding barat Bonde La Ufa yang menjadi rumah satwa liar dan salah satu taman nasional terbaik di Tanzania.

Kebetulan di tempat itu juga sedang banyak wisatawan domestik yang merupakan kelompok mahasiswa dari Arusha yang datang ke Lake Manyara menggunakan berberapa buah bus. Mereka juga secara sendiri-sendiri atau berkelompok melihat-lihat pondok informasi yang ada dan beberapa kali bertegur sapa dengan kami.

Asyiknya ketika sedang berfoto, banyak juga dari mereka yang berebutan untuk berfoto bersama dengan kami.  Mungkin karena kita berasal dari Asia dan berkulit relatif lebih putih dari kulit orang Tanzania, maka para mahasiswa itu pun antusias sekali untuk berfoto bersama.  Setelah  berfoto mereka pun mengucapkan Asante yang dijawab dengan Asante sana.

Asyik  juga sejenak menjadi selebriti di Tanzania.!

Karatu, Tanzania, Mei 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun