Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menonton Tari Saman versi Jalanan di Singapura

30 Agustus 2013   23:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:35 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singapura, negri kota yang menjadi negara tetangga terdekat tanah air ini memang menyimpan sejuta daya tarik.Namun yang pertama kali terbayang adalah betapa kosmopolitannya negri ini. Selain itu, karena dominanya etnis Cina, kita sering membayangkan Singapura sebagai negri Cina ketiga setelah Cina dan Taiwan. Namun, perjalanan saya kali ini membuktikan bahwa masih ada pernak-pernik budaya Melayu yang ikut meramaikan dan memperkaya budaya Singapura.

13778800961346433503
13778800961346433503

Selepas sholat magrib di Masjid Sultan yang merupakan salah satu masjid terbesar di kota Singa , saya sempatkan berjalan-jalan di kawasan sekitar masjid. Langit sudah mulai menggelap dan sepotong jalan yang bernama Bussorah Street pun sudah berubah menjadi jalan yang hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki dengan banyak tempat makan di ruang terbuka.

13778802291976753160
13778802291976753160

Di ujung jalan yang bersimpangan dengan Beach Road terdapat sebuah panggung terbuka dan juga ada alat-alat musik serta serombongan muda-mudi berpakaian tradisional Melayu yang berwarna-warni. Mereka sedang bersiap-siap untuk mengadakan pertunjukan tarian dan musik. Sekali-kali beberapa lagu berirama Melayu berkumandang di sepanjang jalan ini membuat suasana kota Singapura benar-benar memiliki nuansa Melayu yang santai dan riang.

1377880332289490201
1377880332289490201

Kami segera mampir di salah satu rumah makan dan mengambil tempat duduk di ruang terbuka tidak jauh dari panggung.Salah seorang pemuda kemudian mengumumkan dalam Bahasa Melayu dan Inggris bahwa pertunjukan tarian dan musik akan segera dimulai pada pukul 20 30 atau delapan setengah malam.

1377880374487584460
1377880374487584460

Tidak lama kemudian makanan pesanan kami pun mulai dihidangkan. Kemudian, sambil menikmati makan malam dimulailah pertunjukan seni tari dam musik khas Melayu ini. Deretan lagu dendang joget Melayu yang ceriah dan jenaka pun berkumandang mengiringi  tarian yang dinamis dan menghibur penonton yang mulai ramai.

1377880412799610593
1377880412799610593

Janji mulut sulit dijaga, janji hati dibawa mati”, demikian salah satu baris pantun jenaka yang dibawakan beberapa pasang muda-mudi sambil terus menari,berjoget, dan menandak baik di panggung maupun di permukaan jalan .Suasana malam terasa kian hangat dengan deretan lagu sambil  berbalas pantun penuh keceriaan khas teruna remaja ini.

13778804451419987065
13778804451419987065

Selain itu, berbagai jenis tarian yang dinamis pun terus digelar.Bahkan salah satu tarian memiliki koreagrafi yang mirip dengan tari Saman dari Aceh yang dimodifikasi dengan rancaknya. Penonton pun bertempiksorak mengakhiri setiap tari dan lagu yang dipertunjukan.

Tidak terasa, makanan dan minuman yang kami pesan pun perlahan-lahan mulai tuntas bersih pindah ke lambung.Musik dan tari masih terus berlangsung, dan kami pun mulai melangkah kembali menuju Masjid Sultan.Masjid masih ramai oleh jemaah yang baru selesai sholat Isya. Seorang wanita berumur limapuluhan mendekati kami sambil menengadahkan tangan meminta sedekah.Dari mulutnya  mengalir deretan doa ketika teman saya memberinya beberapa lembar Dollar Singapura.Kamikemudian melangkah meninggalkan kawasan Melayu ini melalui North Bridge Road kembali ke stasiun MRT Bugis.

Siapa bilang Melayusudah hilang dari Singapura!. Dan kalau anda ingin menyaksikan tari Saman ala Singapura, silahkan mampir ke Bussorah Street .

Siapa tahu dengan menonton Tari Saman di Singapura membuat penonton ingin menyaksikannya sendiri di Indonesia dan bisa mendapat info lebih banyak melalaui Indonesia Travel yang mempromosikan wisata di Indonesia.

Singapura, 30 Agustus 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun