“Siapa tahu arti Abu Dhabi?”, tanya Ann sang pemadu wisata yang memulai perjalanan siang itu berkeliling ke beberapa tempat di ibu kota negri Uni Emirat Arab ini.Ketika saya menjawab dengan benar yaitu “father of gazelle”, maka segera dinyatakan bahwa saya akan mendapatkan hadiah khusus di akhir acara nanti.
Tujuan pertama wisata kita kali ini adalah Sheik Zayed Grand Mosque yang merupakan salah satu masjid terbesar di dunia dan mungkin juga terindah .Ketika bus sudah mendekati kawasan masjid terlihat dari kejauhan betapa megahnya masjid yang didominasi warna putih dan memiliki banyak sekali kubah baik besar maupun kecil itu.
Ini adalah kunjungan saya yang kedua di masjid ini. Malam sebelumnya, saya sempat sholat magrib di masjid ini sebagai jamaah. Namun siang ini, saya mengunjungi sebagai wisatawan. Tentunyakeduanya memberikan kesan dan pesan yang sangat berbeda.Yang sama adalah masjid ini tetap sangat megah dan indah baik di malam maupun siang hari.
Pada kunjungan pertama, kendaraan yang dikemudikan teman saya parkir di ruang bawah tanah persis di bawah halaman masjid.Kemudian dengan eskalator kami naik dan muncul tepat di halaman masjid di dekat kolam air yang mengeliling seluruh bangunan yang menjadi ikon kota Abu Dhabi ini.Tidak ada pemandu wisata yang menyambut, hanya ada beberapa orang security yang dengan seksama memperhatikan setiap pengunjung baik wisatawan maupun jamaah.
Kami tiba kira-kira sepuluh menit sebelum azan magrib, sehingga masih sempat berfoto ria baik di halaman, koridor maupun halaman tengahnya yang berlantaikan marmer putih yang mewah. Suasana senja membuat nuansa putih kubah-kubah dan birunya langit menimbulkan keindahan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.Singkatnya ini adalah gambaran surga di dunia, begitu damai, begitu mempesona.
Sementara di kolam air, dapat dilihat bayang-bayang barisan pilar di koridor yang mengelilingi masjid yang berderet rapih tidak ada habisnya.Keindahan yang ditawarkan masjid ini membuat saya terpesona dan terus mengagumi salah satu masjid terindah dan termewah yang pernah saya kunjungi ini.
Ketika azan magrib menggema, jamaah bergegas menuju tepat wudhu yang ada di bagian bawah masjid. Dengan eskalator kami menuju ke toilet dan tempat wudhu yang juga sangat mewah karena seluruhnya berlantaikan marmer putih dan juga dinding yang bergambarkan mosaik dan hiasan yang tidak kalah indahnya.
Ruang sholat juga tidak kalah mewahnya. Hamparan karpet empuk yang berwana merah dan juga lampu-lampu kristal yang menghiasi langit-langit sekali lagi menegaskan betapa mewahnya masjid ini.Dan tentu saja sejuknya pendingin udara membuat jamaah kerasan berlama-lama di dalamnya.
Kembali ke kunjungan kedua sebagai turis. Sebelum turun dari bus, dibagikan penutup kepala bagi turis wanita dan juga diinformasikan sedikit tata tertib berkunjung ke dalam masjid. “Silahkan ambil foto sebanyak-banyaknya, namun jangan mengambil forto orang yang sedang beribadah dan juga jangan melepaskan kerudung di dalam masjid”, demikian pesan sang pemandu.
Kami masuk dari pintu utama dan kemudian melewati halaman tengah yang luas. Udara yang panas tidak menghalangi wisatawan untuk terus mengangumi keindahan eskterior masjid ini. Namun ketika masuk ke dalam , kami semua lebih dibuat terkagum-kagum dengan keindahan dan terutama kemewahannya.“Lihat ke atas langit yang biru tanpa awan”, demikian cetus pemandu sekali lagi.
Di dekat mihrab dan mimbar terdapatSembilan puluh sembilanNama Allah yang terukir dengan indah.Hamparan karpet terluas di dunia yang konon dibuat di Iran dan dibawah khusus oleh pesawat Etihad. Lampu kristal terbesar dengan berat hampir 12 ton tergantung dengan manisnya di ruang utama.
Jam yang menunjukan waktu sholat , kaca pateri yang indah,dinding marmer dengan lukisan flora yang menawan, dinginnya penyejuk ruangan, langit-langit yang berhiasakan ukiran ciamik serta pola karpet yang cantik molekmenjadi deretan pemandangan yang ada di interior masjid yang dibangun atas perintah Sheik Zayed , bapak pendiri UAE yang sangat visioner ini.
Sayangnya, Sheik Zayed sendiri meninggal sebelum pembangunan masjid ini selesai dan akhirnya jasadnya dimakamkan di tempat ini. Ketika kami meninggalkan masjid tertengar suara alunan kitab suci Al-Quran dari sebuah masjid kecil di halaman yang juga merupakan mausoleum Sheik Zayed.
Memang sangat berbeda berkunjung ke masjid sebagai jemaah dan wisatawan. Namun keduanya memberikan kesan yang sama yaitu betapa megah, besar dan mewahnya masjid ini.! Sayangnya sampai tur kami selesai, saya tidak pernah mendapatkan hadiah yang dijanjikan?.
Abu Dhabi, 8 Oktober 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H