Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tuntutlah Ilmu Walau Sampai ke Negeri Rwanda!

27 November 2012   07:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:36 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu hal yang hukumnya wajib kalau kita berwisata atau berkunjung ke suatu kota atau negara adalah berbelanja cendramata atau pun pernak-pernik khas negara atau tempat tersebut. Karena itu, setelah beberapa hari berkeliling dan mengunjungi beberapa tempat menarik di Kigali , dengan diantar Jean-Claude, kami sempatkan juga berbelanja dan berburu souvenir khas Rwanda.

13539834102107913786
13539834102107913786

Dalam perjalanan, kami sempatkan mampir ke pom bensin untuk mengisi BBM dan membeli makanan dan minuman kecil diwarung dekat pom bensin tersebut.Barang belanjaan berupa beberapa minuman dalam kemasan itu ternyata tidak dibungkus dalam plastik seperti umumnya kita belanja di toko atau warung di Indonesia melainkan dibungkus dalam kemasan kertas berwarna coklat. Pada saat itu saya tidak terlalu memperhatikan, barangkali toko itu sedang kehabisan kantung plastik, fikir saya dalam hati.

Sesampainya di Caplaki Handicraft Centre, Jean Claude memarkir kendaraan dan kami segera masuk ke dalam salah satu toko. Seorang gadis penjual berkulit hitam manis menyambut dengan ramah. Seluruh barang dagangan ditawarkan dan secara tidak sengaja kami pun sudah setuju untuk membeli sebuah T-shirt seharga 6000 Franc Rwanda.

1353983661878269348
1353983661878269348

Tiba-tiba saja Jean-Claude berkata bahwa harga tersebut terlalu mahal dan kemudian berbicara dalam bahasa Kinyarwanda kepada gadis tadi. Terlihat mereka agak sedikit ribut dan akhirnya kami pun tidak jadi membeli dan pindah ke toko lainnya. Sang gadis penjual pun terlihat merengut dan bermuka masam karena tidak berhasil menjual barang dagangannya.

“Biarkan saya saja yang menawar harga, karena kalau tidak,pasti dikasih harga tinggi”, demikian pesan Jean Claude.Banyak sekali barang-barang yang dipajang di toko ini, terutama baju Afrika, T shirt, hiasan anting, gelang, dan kalung dari kayu yang meriah warnanya khas Afrika. Hiasan dinding, dan patung-patung hewan dari kayu.

1354001054944659070
1354001054944659070

Akhirnysa saya memilih T-shirt bergambar gajah bertuliskan Rwanda dan sebuah baju khas Afrika yang ramai warna nya. Sebuah hiasan dinding bergambar “mountain gorilla” yang menjadi ikon satwa liar Rwanda juga tidak dilewatkan untuk dibeli . Harganya pun cukup memuaskan karena diserahkan kepada pemandu wisatadadakan dari Kigali yang cukup gesit dan pandai menawar ini.

13540010971087209886
13540010971087209886

Ketika sedang asyik memilih barang-barang belanjaan, tiba-tiba hujan turun dengan cukup lebat dan malangnyaair hujan pun masuk menetes dari langit-langit yang bocor.Penjual dan seorang asistennya sibuk menutupi sebagiandagangan dengan koran dan kain terpal.Akhirnya hujan pun reda dan acara belanja dilanjutkan kembali.

135400123373815432
135400123373815432

Ketika belanja selesai,semua belanjaan ternyata hanya dimasukan ke dalam beberapa kantung kertas berwarna coklat muda.Karena merasa tidak biasa membawa barang dalam kantung kertas, saya sempat meminta kantung plastik kepada wanita penjual yang ramah tadi. Dia hanya tersenyum dan berkata bahwatidak ada kantung plastik di Rwanda.

“Demi kelestarian lingkungan, kantung plastik sudah dilarang di Rwanda sejak 2009.”, Jean Claude menjelaskan ketika kami sudah berada kembali di kendaraan dan melanjutkan perjalanan menuju sebuah restoran Cina yang ada di salah satu bukit terindah di kota Kigali.

1354001350334401859
1354001350334401859

Wah, setelah mengembara kelebih dari limapuluh negara di pelosok jagad ini, baru lah saya bertemu dengan kebijakan pemeritah yang cukup ekstrim dan berani. Untuk menyelamatkan dan medukung kelestarian lingkungan, kantung plastik tiba-tiba menjadi barang haram di negri dengan seribu bukit dan sejuta senyum ini.

Sementara di Indonesia kita biasa berpestapora dengan kantung plastik, ternyata di negri kecil yang terletak nun jauh di pedalaman Afrika TImur ini, pemerintah dan rakyatnya sudah lebih sadar akan kelestarian lingkungan!.

Omong-omong soal pengelolaan kantung plastik, tuntutlah ilmu walau sampai ke negri Rwanda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun