Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Secangkir Kopi untuk Perdamaian dari Rwanda

25 November 2012   03:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:43 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika mengemukakan keinginan untuk berkunjung ke Rwanda, semua kenalan dan teman dekat saya mengernyitkan kening dan langsung berkata: “Apa sudah kehabisan destinasi sehingga ingin ke Rwanda?”Bahkan banyak yang dengan tegas melarang untuk pergi demi keselamatan diri dan khawatir akan terjadi sesuatu di negri yang diidentikan dengan kekerasan ini.

Namun, kisah mengatakan berbeda, negri yang memiliki julukan “The land of thousand hills and millions smiles” ini ternyata sangat memikat hati  Keramahan rakyatnya, keindahan alam dan satwa liarnya , serta cita rasa kulinernya telah membuat saya jatuh cinta dan tidak habis berhentimenggagumi serta  berjanji pada suatu waktu akan kembali lagi.

1353810447342597959
1353810447342597959

Salah satu hal yang membuat perjalanan makin berkesan, adalah secangkir kopi Rwanda yang saya nikmati di Bandara International Kigali yang juga terkenal dengan nama Bandara Gregoire Kayibanda dan terletak di kawasan Kanombe, kira-kira 14 kilometer dari pusat kota Kigali.

13538105151326085040
13538105151326085040

“Murakaza Neza”, demikian tertulis di kaca gerai Borboun Coffee yang terdapat di bandara kecil nan mungil ini.Ketika saya tanyakan artinya kepada sahabat orang Rwanda yang kita sebut saja namanya Jean-Claude, (bukan nama sebenarnya) ,Iya tersenyum dan berkata bahwa arti kata itu dalam bahasa Kinyarwanda adalah“We welcome you with blessings”.

13538105511840860031
13538105511840860031

Kemudian kami memesan dua cangkirkopi susu sejenis “capucino”, yang lengkap datang dengan hiasan khas dan penganan kecil di atas cangkirnya yang putih dan mungil. Bersamaan dengan secangkir kopi ini, meluncurlah kisah tentang kopi Rwanda, dan juga cerita tentang kehidupan suatu bangsa yang sempat mengalami sejarah hitam yang membuat dunia menangis sekaligus marah ketika mendengar nama Rwanda. Persis sepertipara kerabat yang melarang untuk pergi ke negri yang penuh sejuta senyum ini.

Sambil menyeruput kopi yang hangat dengan nikmat, saya mendengarkan kisah mengenai kopi Rwanda. Kopi Rwanda sebagian besar merupakan jenis kopi Arabica. Walaupun kurang terkenal dibandingkan dengan kopi Kenya ataupun Tanzania, tetapi memliki aroma yang khas dan lebih tajam di lidah. Aromanya menyenangkan dan kentaldengan rasacitrus dikombinasikan lemon ataupun jeruk.Ketika menyeruput kopi Rwanda ini, saya merasa tidak terlalu asing karena kopi Rwanda memiliki banyak kesamaan dengan kopi Indonesia terutama pada  kekentalannya itu.

13538105871459582138
13538105871459582138

Menurut kisah, kopi pertama kali diperkenalkan di Rwanda di awal abad ke 20 oleh missionaris bangsa Jerman. Namun produksi secara massal mulai digalakan oleh pemerintah kolonial Belgia di sekitar tahun 1930an. Walaupun di Rwanda sendiri, orang lebih suka minum teh dibandingkan kopi., namun karena keunikannya , kopi Rwanda sangat dicari bahkan oleh gerai kopi international seperti Starbuck dan sekelasnya,

Obrolan kemudian melebar ke sejarah kelam dimana hampir setiap rakyat dan keluaga diRwanda menjadi korban Genocide yang terjadi pada tahun 1994 ketika sekitar 800 ribu penduduk terbunuh hanya dalam waktu sekitar 3 bulan. Jean Claude sendiri bercerita bahwa dari sepuluh bersaudara, dia kehilangan delapan saudara nya.Pandangan matanya menjadi hampa dan kosong ketika bercerita tentang ini.

“Kopi Rwanda telah ikut membantu proses rekonsiliasi dan perdamaian”, demikian tambah Jean-Claude. Karena proses pembuatan kopi yang panjang, maka seluruh rakyat saling bahu membahu dalam proses ini tanpa mengenal perbedaan suku dan latar belakang.Kopi juga telah membantu membangkitkan lagi perekonomian Rwanda dimana hampir setengah juta petani  sekarang menanam tanaman ini di kawasan dengan ketinggian sekitar 1200 sampai 1800 meter dari permukaan laut.

Ternyata gerai Bourboun Coffee saat ini telah memiliki tiga cabang di ibukota Rwanda, dan bahkan telah go international karena telah membuka beberapa cabang di Amerika Serikat.Dengan kopi, Rwanda mencoba bangkit dari masa lalunya yang kelam.  Dengan kopi, Rwanda mencoba bangkit dan membangun kembali citranya.

Kopi Rwanda juga bahkan telah melangkah lebih maju lagi karena telah ikut dalamAnnual Cup of Excellence Award, semacam Oscar untuk dunia minum kopi.Sementara negara lain yang ikut umumunya adalah negara yang terkenal kopinya dari Amerika Latin seperti Brazil, Guatemala, Nicaragua, El Salvador, Honduras, Bolivia, Colombia dan Costa Rica. Namun kopi Rwanda memiliki keunggulan yaitu pada kekentalan yang tidak dimiliki kopi dari negara-negara Amerika Latin di atas,

13538107021678000813
13538107021678000813

Siapa sangka, persamaan kekentalan antara kopi Indonesia dan Rwanda telah memperkental persahabatan saya dengan teman-teman di Rwanda dan secangkir kopi telah membawa saya mengenal lebih dekat secara emosional tentang sejarah Rwanda yang kelam dan proses rekonsiliasi serta perdamaian yang berlangsung setelahnya.

Siapa sangka pula , di sudut Afrika Timur ini, dengan minum secangkir kopi, perdamaian bisa terwujud. Semoga Rwanda tetap aman dan damai seperti sekarang ini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun