Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jakarta Tertinggal 120 tahun dari Budapest?

27 September 2012   01:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:37 1111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budapestmerupakan ibukota negri Hungaria atau Magyar dalam bahasa setempat. Kota ini merupakan salah satu kota paling indah di Eropa dan juga merupakan salah satu ibukota negri di blok timur yang pertama kali membuka diri dan menjadi pemicu runtuhnya tembok Berlin di November 1989.

1348710031187371169
1348710031187371169

Ketika saya berjalan di pusat kota yang di-penuhi bangunan tua yang antik, cantik, dan sangat terawat ini, saya pun sampai ke pintu masuk stasiun kereta bawah tanah yang unik. Stasiun ini bernamaVörösmarty tér dan kebetulan terletak di lapangan yang bernama Vörösmarty tér .Ternyata setelah saya pelajari lebih lanjut, di Budapest banyak sekali terdapattéryang artinya square atau lapangan.Setelah menuruni tangga, di dekat pintu masuk ada sebuah plakat dari logam yang bertuliskan Unesco World Heritage.

13487103211013688081
13487103211013688081

Ternyata warisan dunia Unesco bukan hanya untuk bangunan tua seperti istana, candi, gereja, atau masjid, kuno, melainkan juga untuk sebuah jaringan kereta bawah tanah yang menembus di pusat kota tepat di bawahAndrássy útatau Andrassy Avenue yang merupakan jalanpaling bergengsi yang dipenuhi dengan bangunan-bangunan yang menjadi ikon kota Budapest. Menurut plakat tadi, Jalur 1 metro Budapest menjadi unik karena dibangun pada akhir abad ke 19yaitu pada tahun 1894 dan diresmikan dua tahun kemudian pada Mei 1896.

Sayamemasuki bagian dalam stasiun dan harus membeli tiket dulu sebelum memasuki peron. Sebenarnya kita dapat saja masuk karena sama sekali tidak ada penjaga. Namun sesekali ada petugas pemeriksa yang berseragam biru muda dan seandainya kita naik kereta atau trem tanpa membeli karcis akan didenda sekitar 80 Euro.

Yang menarik dari metro jalur M1 yang disebut juga ini adalah bentuk keretanya yang hanya terdiri dari dua atau tiga gerbong dan ukurannya lebih kecil dibandingkan metro di kota-kota lain atau pun di jalur M2 atau pun jalur M 3 yang lebih modern. Namun asyiknya kita dapat mengunjungi banyak tempat yang menarik di sepanjang rute yang hanya terdiri dari 11 stasiun sampai ke Mexikói út.

1348710071103828643
1348710071103828643

Kereta biasa nya berjalan dalam interval yang sangat cepat atau sekitar dua atau tiga menit sekali.Gerbong kereta hanya berisi saya dan satu orang penumpang lainnya. Stasiun ini memang tidak terlalu ramai di pagi hari minggu itu.Tidak sampai dua menit kereta pun berhenti di stasiun Deák Ferenc tér yang merupakan stasiun transfer untuk ke jalur M2 dan M3.

Di stasiun ini terdapat sebuah museum yang menggambarkan sejarah kereta bawah tanah di ibukota Hungaria ini.Beberapa penumpang lagi ikut naik ke gerbong kereta yang dicat berwarna kuning. Namun tetap saja tidak terlalu ramai.

1348710126112959598
1348710126112959598

Kereta kuning saya terus berjalan melewati beberapa stasiun sampai saya akhirnya turun di stasiun Hősök tere.Tepat di dekat stasiun ini terdapat salah satu lapangan yang paling menarik di kota Budapest yaitu HősökTere atau Hero’s Square.Saya pun mampir ke lapangan ini dan sempat mengagumi keindahan tugu yang yang di atasnya dihiasi oleh patung malaikat Jibril ini.

1348710290286994616
1348710290286994616

Setelah puas menikmati bangunan-bangunan yang menawan di sekitar Hősök tere ini saya pun kembali ke stasiun dan melanjutkan perjalanan lagi menuju stasiun Széchenyi –fürdő. Disini kita bisa mengunjungi salah satu tempat pemandian air panas yang paling besar dan terkenal di kota Budapest yaitu Széchenyi-gyógyfürdő.Kota Budapest memang terkenal dengan tempat pemandiaa air panas yang mengadung zat kimia yang memiliki efek pengobatan. Selain bersantai, kita juga dapat sekaligus menikmati air panas yang menyegarkan.

Akhirnya setelah selesai menikmati mandi air panas dan mampir ke Kebun Binatang Budapest yang shahdan merupakan salah satu kebun binatang tertua di dunia, saya kembali menuju stasiun Metro untuk kembali ke arah Vorosmaty Ter.Namun kali ini saya turun di stasiun Opera yang tepat berada di depan gedung Opera .

1348710153739359053
1348710153739359053

Kebetulan saat itu sedang diadakan pertunjukan opera Aida yang ditulis oleh pengarang opera terkenalVerdi yang berasal dari Italia. Harga tiket sekitar 5000 Florint dan saya duduk di dalam salah satu gedung opera tercantikdi Eropa dan menikmati opera yang dibawakan dalam Bahasa Italia. Canggihnya walaupun tidak mengerti bahasaItalia, kita tetap dapat menikmati cerita karena di atas layar disediakan teks dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Hungaria.

134871020149721337
134871020149721337

Hari pertama saya di Budapest pun di selesaikan dengan kembali naik metro menuju stasiun Vörösmarty tér dan dilanjutkan dengan berjalan kaki ke hotel yang persis terletak di tepi sungai Danube yang cantik. Sungai yang terkenal dalam lagu Mozart ini disebut Donau dalam Bahasa Jerman atauDuna dalam Bahasa Hungaria.

13487102672036577299
13487102672036577299

Sambil memandang lampu-lampu yang menerangi Chain Bridge dan juga Buda Castle di kejauhan , dan seliweran trem yang melaju dengan mantap dari masa lalu ke masa depan, saya pun merenung akan sebuah kota di jantung benua Eropa yang bahkan telah mempunyai visi sangat maju ke depan karena telah membangun sistem transportasi masal bawah tanah bahkan di akhir abd ke 20.

13487102281353933514
13487102281353933514

Sementara fikiran saya melayang ke ibukota Jakarta, dengan penduduknya yang jauh lebih banyak dibandingkan Budapest masih harus bergulat denganpembangunan MRT yang baru menjadi wacana dan terus menjadi wacana pedebatan bahkan dalam pilkada gubernur yang baru saja berlalu. Semoga gubernur terpilih Jokowi dan pasangannya Ahok dapat menyelesaikan pemnbangunan MRT sehingga Jakarta tidak kalah dengan Budapest walaupun tertinggal lebih dari 120 tahun?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun