Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Bersama Duta Besar Berkunjung ke Masjid Terbesar di Amerika Selatan

20 Juni 2012   12:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:44 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_189370" align="alignnone" width="640" caption="Kemegahan Centro Islamico di Av Intedente Bullrich"][/caption] “Ini dia masjidnya!”, demikian tukas sobat saya ketika membulak-balik peta kota Buenos Aires yang diberikan oleh resepsionis hotel.Saya kemudian memperhatikan tempatnya dan merasa sangat beruntung karena begitu mudahnya menemukan lokasi suatu masjid tertera di dalam peta wisata suatu kota di negara non Muslim. Sebagaimana kita semua maklum, Argentina terkenal sebagai negara dengan mayoritas Katolik. Berdasarkan pengalaman saya dalam mencari suatu masjid di negara-negara non muslim, biasanya memerlukan sedikit perjuangan ekstra untuk menemukannya. Bahkan kadang-kadang diketemukan masjid-masjid yang agak sedikit rahasia. Namun tidaklah demikian dengan kotaBuenos Aires ini. [caption id="attachment_189372" align="alignnone" width="640" caption="Masjid dari sebrang jalan"]

1340195531435688105
1340195531435688105
[/caption] Akhirnya, dengan kembali naik Subte Linea D, kami menuju Estacion Palermo, yang merupakan salah satu kawasan cukup elite di ibukota Argentina ini. Dari stasiun ini cukup mengikuti sebuah jalan raya yang lebar yangbernama Avenida Intendente Bullrich dan berjalan kira-kira 500 meter di trotoar yang sangat lebar dan nyaman, Iri rasanya melihat sebuah jalan raya yang lebar, tidak terlalu ramai kendaraan, dengan tempat pejalan kaki yang juga lebar dan bahkan ada jalur khusus sepeda ini. Apalagi pepohonan yang cukup rindang pun menaungi trotoar tempat kami berjalan di dekat sepanjang rel kereta api. Tidak lama kemudian sudah tampak dari kejauhan bangunan megah sebuah masjid dengan dua buah menara yang anggun. Ini adalah salah satu bangunan masjid termegah yang ada di ibukota negri non muslim. Fikir saya dalam hati. [caption id="attachment_189371" align="alignnone" width="640" caption="Rey Fahd"]
1340195482253320430
1340195482253320430
[/caption] Halaman masjid ini sangat luas. Sebuah papan nama besar di dekat temboknya yang berwarna putih sudah menyambut kami dengan ramah. Tertulis dalam bahasa Arab: Markaz Khadimah Alharamain Assyarifiin Al Malik Fahd Attaqafi Islamiya fil Arjentina dan juga dalam Bahasa Spanyol Centro Cultural Islamico Custodio de Las Dos Sagradas Mezquitas Rey Fahd en Argentina. Kalau diterjemahkan kira-kira artinya  Pusat Islam Penjaga Dua Masjid Suci Raja Fahd di Argentina.
13401956011344559360
13401956011344559360
Saya terus berjalan menuju pintu masuk yang jaraknya masih sekitar 100 meter dari papan nama ini. Dari kejauhan, dua buah menara, satu kubah utama dan beberapa kubah kacil Nampak sangat megah dengan warna coklat muda yang dominan. Sesampainya di pintu utama, tampak pagar berwarna hijau yang tertutup dan sebuah bendera Argentina berkibar dengan gagahnya. Di dekat pintu ada sebuah pos jaga dengan seorang sekuriti berada di dalamnya. Saya pun mengucapkan salam pada sekuriti ini sambil bertanya “ Por Favor! puedo entrar en la Mezquita”? Saya pun minta ijin untuk masuk ke dalam masjid. Dia pun tersenyum sambil membukakan pintu dan berkata “Para Shalat?” “Si senor”. Jawab saya , Sebelum masuk dia masih berkata “No fotografia en la mezquita.” Sambil terus menjelaskan bahwa mengambil foto di luar masjid tetap diperbolehkan.
1340195637911335877
1340195637911335877
Kami pun memasuki halaman masjid dan kemudian segera mengambil beberapa foto dari beberapa sudut pandang. Setelah memasuki ruang dalam masjid, saya sangat terkagum-kagum dengan keindahan dan kebersahajaan masjid ini. Ruangan dalam masjid cukup luas dan dapat menampung lebih dari 2000 orang. Hamparan sajadah berwarna merah dan juga beberapa Al-Quran yang terbuka dan tersimpan rapi pada penyangga yang terbuat dari kayu member kesan bahwa tempat ini dipakai sebagai tempat belajar mengaji. Namun saat itu tidak ada seorang pun di dalamnya. Yang menarik adalah bersihnya masjid ini dari hiasan maupuin kaligrafi. Hanya ada sebuahjam di dekat mihrab masjid. Selebihnya hanyalah langit-langit kubah utama yang tampak benderang karena cahaya yang masik melalui jendela-jendela kaca di bawah kubah. [caption id="attachment_189376" align="alignnone" width="357" caption="Kubah dilihat dari dalam"]
13401956611127262798
13401956611127262798
[/caption] Saya sempat melihat-lihat bangunan di sekitar masjid dan melihat bahwa ruang sholat untuk wanita terletak di lantai dua bangunan.Di bagian belakang masjid juga terdapat sebuah biblioteca atau perpustakaan.Tepat bergandengan dengan masjid terdapat sebuah madrasah atau disebut juga Colegio Rey Fahd.Sekolah ini bahkan diengkapi dengan perkantoran dan halaman untuk olah raga. [caption id="attachment_189378" align="alignnone" width="640" caption="Denah"]
1340195697269343047
1340195697269343047
[/caption] “Masjid ini dibangun pada sekitar tahun 1996 atas bantuan Raja Fahd dari Saudi Arabia”., demikian keterangan sang sekuriti ketika saya masuk ke posnya untuk sekedar bercakap-cakap.Menurut keterangannya masjid ini dibangun di atastanah seluas 34 ribu meter persegi yang dulunya merupakan milik perusahaan kereta api Argentina dan disumbangkan untuk Islamic Centre ini pada masa pemerintahan Presiden Carlos Menem.Bahkan , sang Presiden ini konon masih memiliki darah timur tengah.
1340195728277444122
1340195728277444122
“De donde ustedes?”demikiansang sekuriti menanyakan asal kami. Dan ketika kami menjawab Indonesia. Dia pun tersnyum dan berkata: “:Que coincidencia!Betapa kebetulan! baru sekitar satu minggu lalu rombongan La Embajadadora atau duta besar Republik Indonesia pun berkunjung ke tempat ini. Setelah sempat beberapa saat becakap-cakap kami pun mohon pamit dan kemudian berjalan kaki menyusuri Avenida Intendente Bullrich kembali menuju Estacion Palermo dengan rasa yang syukur ke hadirat Nya karena telah begitu dimudahkan berkunjung ke sebuah masjid yang barangkali paling megah dan besar di Amerika Selatan. Buenos Aires 29 Mei 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun