Berkendaraan dalam kemacetan Jakarta atau kota-kota besar lain di Indonesia memang jauh dari nyaman dan menyenangkan. Baik kondisi infrastruktur yang masih kurang baik seperti banyaknya jalan berlubang, kendaraan yang kurang disiplin, maupun menonjolnya sifat mau menang sendiri dan kurangnya kesopanan di jalan raya. Di jalan tol, hal ini diperparah lagi dengan arogansi sebagian aparat atau pejabat yang dengan seenaknya lewat jalur darurat yang sebenarnya hanya diperuntukkan bagi pemadam kebakaran dan ambulance. Sementara polisi tidak berani menindak mereka? Setiap hari dapat diamati betapa ribuan kendaraan saling berebut dan serobot di jalan raya dan juga di antrian pintu tol. Hal ini sangat berbeda kalau kita amati di negara lain yang lebih maju walaupun budayanya sering kita hina sebagai budaya asing yang tidak punya sopan santun. Ternyata mereka jauh lebih sopan dalam berkendara dan menghargai orang lain termasuk pejalan kaki. Dalam bahasa kita cara berlalulintas yang mau menang sendiri ini disebut biadab alias tidak beradab. Yang menarik adalah kata biadab ini berasal dari bahasa Persia. Adab artinya sopan santun, keteraturan, atau ketertiban. Awalan bi dalam bahasa Persia merupakan padanan nir atau a atau tan dalam Bahasa Sansekerta untuk menunjukan ketidakadaan. Sedangkan lawannya adalah awalan bo yang artinya adalah memiliki. Sehingga beradab dalam bahasa Persia adalah boadab yang ekuivalen dengan civilised dalam Bahasa Inggris. Semoga dengan mengetahui asal kata biadab yang dari Bahasa Persia ini kita semua menjadi lebih beradab dan tidak sudi disebut sebagai masyarakat yang biadab atau uncivilised dengan meningkatkan kedisiplinan dalam berlalulintas sebagai pengejawantahan keberadaban kita. Selamat pagi semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H