Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Alunan Musik Klasik dari Liang Lahat

22 September 2011   06:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:44 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_195194" align="alignnone" width="360" caption="Pintu Gerbang Zentralfriedhof"][/caption]

“Batu nisan ini dibangun dengan disain yang sama seperti nisan yang asli di Währinger Ortsfriedhofdan didirikan oleh Asosiasi Penggemar musik dengan bantuan keuangan dari dana Pengembangan Kotaraja Wina dan Asosiasi Filarmonik pada tahun 1888.”Demikian terjemahan bebas inskripsi dalam bahasa Jerman yang tertulis di fondasi sebuah nisan berbentuk piramida langsing. Nisan ini begitu sederhana, hanya tertulis sebuah nama tenar “Beethoven”.

Wina, memang kota yang romantik, baik untuk yang hidup maupun untuk yang telah meninggal. Untuk yang masih hidup tersedia konser musik setiap hari baik di Gedung Opera, Concert hall, istana, taman, maupun di ruang terbuka. Sedangkan untuk yang telah meninggal pun disediakan sebuah pemakaman khusus.

Lokasi nisan Beethoven di atas merupakan salah satu alamat di “Ehrengraben” yang merupakan pojok khusus dari “Zentralfriedhof” . Di sini “Sang Maestro” berkumpullagi bagaikan membentuk sebuah komunitas pemusik kondang. Tentu saja dengan nama-nama lain yang tidak kalah tenar, sebut saja Schubert, Mozart, Strauss, Brahms, dan masih banyak lagi.

Kompleks pemakaman yang namanya berarti “Pemakaman Sentral” ini dibangun pada 1874 dan pada saat ini telah lebih dari 3 juta “penduduk” alias secara total telah lebih dari 3 juta orang yang telah dimakamkan disini. Walaupun disebut sebagai Pemakaman Sentral namun lokasinya sendiri terletak di sebelah selatan pusat kota Wina kira-kira 20 menit perjalanan dengan trem.

[caption id="attachment_195195" align="alignnone" width="640" caption="Tram"]

1342754763856012769
1342754763856012769
[/caption]

Dengan Trem Menuju Zentralfriedhof

Dari stasiun metro Simmering yang berada di line U6, perjalanan dilanjutkan dengan trem no 71 . Konon pemakaman ini merupakan salah satu pemakaman terluas di Eropa, bahkan di dunia. Kalau dibandingkan dengan lapangan monas, kira-kira tiga atau empat kali lebih luas. Karenanya ada beberapa halte trem di dekat pemakaman ini. Halte trem yang paling dekat dengan lokasi pemakaman pemusik kondang adalah Zentralfriedhof Tor 2.

[caption id="attachment_195196" align="alignnone" width="640" caption="Denah Makam"]

13427548101813884414
13427548101813884414
[/caption]

Sesampainya di Tor 2 atau Pintu Gerbang no 2, terlihat sebuah gerbang yang cukup megah . Tidak jauh dari pintu gerbang ada sebuah papan petunjuk yang menggambarkan denah lokasi pemakaman.Kemudian sebuah jalan raya utama yang besar akan mengantar pengunjung ke sebuah Gereja besar yang dinamakan Karl-Borromäus-Kirche (Gereja Karl-Borromaus). Gereja yang dibangun dengan gaya Art Nouveau pada awal abad ke 20 ini yang juga terkenal dengan namaDr Kalr-Lüger Memorial Church. Di gereja ini disemayamkan jenazah salah satu Walikota Wina yang paling terkenal yaitu Dr. Karl-Lüger.

Di dekat Gereja ini juga terdapat bagian makam kompleks pemakaman presiden Austria yang meninggal setelah perang dunia II, termasuk Kurt Waldheim yang pernah menjabat sebagai sekeretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa.

[caption id="attachment_195198" align="alignnone" width="360" caption="Beethoven"]

13427549001114028171
13427549001114028171
[/caption]

Musik Klasik Dari Liang Lahat

Kita kembali ke nisan Beethoven yang ditandai dengan nomer urut 29. Ludwig von Beethoven meninggal pada 1827, hampir setengah abad sebelum Zentralfriedhof dibuka . Tentu saja sang maestro pada awalnya tidak dimakamkan disini , melainkan di pemakaman Währinger Ortsfriedhof di luar kota Wina. Baru pada tahun 1888, komponis besar yang menjadi tuli pada saat meninggal ini dipindahkan jasadnya ke makam yang sekarang ini.

Konon, pada saat beliau mau meninggal, kata-kata yang diucapkan adalah bahwa Ia akan dapat mendengar lagi di surga. “Saya akan mendengar lagi di surga”. Demikian kisah tragis dari komponis yang terkenal dengan Simphony no 9 nya itu.

[caption id="attachment_195199" align="alignnone" width="640" caption="Schubert"]

1342754964901608386
1342754964901608386
[/caption]

Tidak jauh dari nisan Beethoven, di nomer urut 28, terletak pusara Franz Schubert. Schubert meninggal hanya setahun setelah Beethoven , yaitu pada 1828, dan mereka pun dulunya bertetangga di Währinger Ortsfriedhof. Keduanya dipindahkan bersama-sama pada 1888 dengan upacara yang meriah. Bahkan di tempat ini pun mereka menjadi tetangga.

Bentuk nisan Schubert mirip sebuah layar vertikal. Hiasannya merupakan kombinasi patung dan relief. Dua orang dewasa, yang satunya berpakaian bak dewa-dewa Yunani bermahkotakan hiasan daun khas Yunani yang diberikan kepada pemenang medali di Olympade Athena pada 2004. Dewa Yunani ini digambarkan sedang memberikan mahkota yang sama kepada Schubert. Sementara di dekat kaki Schubert, malaikat kecil bersayap menyaksikan dengan takjubnya.

[caption id="attachment_195200" align="alignnone" width="360" caption="Strauss"]

1342755049350620863
1342755049350620863
[/caption]

Strauss Junior dan Istri Ketiganya

Meninggal pada 1899, Johann Strauss Junior, sang raja Walsa yang terkenal dengan lagunya “Blue Danube” lebih beruntung dari pada pendahulunya. Anak emas Kota Wina dan bahkan juga Austria ini langsung dimakamkan disini di antara Brahms dan Schubert. Bersamanya dimakamkan juga istrinya yang ketiga “Adelle” yang meninggal pada 1930.

Bentuk nisan lumayan unik karena lebih mirip hiasan air mancur yang ada di taman. Sebuah relief Strauss menghiasi puncak pusara, sementara di bawahnya kombinasi patung dan relief seorng wanita berambut panjang menjadi fokus nisan ini. Wanita, yang mungkin sang istri ini tangan kirinya memegang sebuah guci, sedangkan tangan kanannya memetik harpa berwarna kuning keemasan.

Yang lebih menarik adalah relief empat orang anak kecil yang ada di antara keduanya.

[caption id="attachment_195202" align="alignnone" width="360" caption="Brahms"]

13427551091820840322
13427551091820840322
[/caption]

Patung Brahms yang Sedang Gundah

Tepat di sebelah nisan Strauss, terdapat sebuah makam yang usianya dua tahun lebih tua. Nisan Brahms yang meninggal pada 1897 ini beralamatkan no 26 , kompleks Ehrengraben. Nisannya terdiri dari tugu setinggi kira-kira satu setengah meter dengan latar belakang layar berbentuk ogive. Hanya tulisan Brahms dengan tahun lahir 1833 dan tahun meninggal 1897 tertulis pada tugu ini. Uniknya sebuah patung si empunya makam dengan tangan kanan memegang kepala menghiasi puncak tugu kecil ini.

[caption id="attachment_195204" align="alignnone" width="360" caption="Mozart Memorial"]

13427555741502470818
13427555741502470818
[/caption]

Memorial untuk Mozart

Di nomer 55, ada sebuah tugu yang merupakan memorial atau cenotaph untuk Wolfgang Amadeus Mozart. Si jenius kelahiran Salzburg yang meninggal dalam usia 36 tahun pada 1791 ini sebenarnya dimakamkan di pemakaman St. Mark. Namun jasadnya sendiri “hilang” karena pemakaman ini mungkin berupa pemakaman massal. Akhirnya untuk meramaikan RT para komponis di Zentralfriedhof, dibuatkan juga sebuah memorial. Bentuknya berupa tugu dari granit berwarna merah coklat dengan patung wanita yang sedang duduk berwarna hijau.

Tentu saja di tempat ini juga dimakamkan banyak lagi orang terkenal dan warga kehormatan Austria. Di antaranya adalah Antonio Salieri yang merupakan pesaing Mozart di dalam film “Amadeus”.

Setelah berkeliling hampir satu setengah jam di pemakaman yang maha luas ini, saya pun kemudian kembali ke halte trem sambil merenung. Kehidupan sebagian besar para komponis tadi umumnya sangat singkat, namun dengan musik, nama mereka abadi. Mereka tidak saja bermain musik sewaktu hidup, dari liang lahat pun irama musik klasik yang abadi itu tetap terdengar.

Foto: Dokumentasi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun