Malam baru saja turun menyelimuti kawasan pemukiman dan juga perbelanjaan Tungchung. Kawasan ini berkembang bersamaan dengan dibangunnya bandara Chep Lap Kok di pulau Lantaui ini. Walaupun jarak ke pusat kota cukup jauh tapi dengan sistem transportasi yang aduhai segala tempat menjadi dekat.
Setelah lelah melihat-lihat factory outlet yang lagi heboh dengan diskon besar-besaran dalam rangka natal dan tahun baru, kaki saya melangkah ke sebuah plaza atau ruang terbuka di depan City Gate oulet ini. Sambil duduk di bangku batu yang besar saya memandang ke seluruh penjuru mata angin. Di depan saya adalah food republic dan kompleks sinema sementara di sebelah kanan tampak kedai Starbuck dan ice cream Haagendaz. Sementara di sebelah belakang pintu masuk menuju stasiun MTR Tungchung yang dapat membawa kita ke pulau Hongkong ataupun semenanjung Kowloon dalam waktu singkat. Dan di sebelah kiri tampak kumpulan apartemen yang tingginya menggapai langit.
Di ruang terbuka ini ada beberapa kursi batu besar yang bisa menampung lebih dari duapuluh orang. Ramai sekali kerumunan orang yang sedang duduk-duduk. Di bangku pertama yang saya duduki, hampir semuanya para wanita perkasa dari Indonesia berumur 20 sampai 30 an. Dengan dandanan yang cantik dan telpon genggam di tangan mereka bercengkerama dengan teman-temannya sambil menikmati makanan cepat saji yang dibeli di City Gate.
Di bangku besar satu lagi lebih di dominasi pekerja dari Filipina, mudah diterka dari canda tawa mereka dalam Bahasa Tagalog yang penuh dinamika.
Hadiah dan Dakwa di Hari Natal
Saya duduk sambil santai dan memperhatikan suasana yang ceria di malam yang sejuk ini, di sebelah kanan saya dua orang wanita bercakap-cakap dalam bahasa Jawa sementara di kiri saya gadis yang lebih muda sedang berhaperia menggunakan bahasa Jawa campur Indonesia. Tiba-tiba muncul dua orang gadis yang menggunakan topi merah putih khas Santa Klaus sambil membawa tas berwarna ungu. Mereka menyapa kami dalam Bahasa Kanton dan mulai membagikan hadiah sambil tersenyum ramah. Sebuah handuk kecil berwarna kuning tua dibungkus plastik dengan kertas bergambar pohon natal dibagikan sambi tersenyum manis. Kami menerima sambil tersenyum lebih manis dan mengucapkan terimakasih dalam bahasa Kanton juga. "Gift of Joy" demikian tertulis pada kertas bergambar pohon natal tadi.
Kemudian dua gadis tadi bercakap-cakap dengan wanita di sebelah kanan saya dalam bahasa Kanton yang saya tidak mengerti namun dapat saya terka maksudnya. Saya perhatikan tas berwarna ungu yang dibawa kedua gadis tadi. Ternyata bergambar salib putih dengan nama sebuah gereja di kawasan sekitar Tungchung. Gadis pembawa hadiah terus bercakap-cakap dan kemudian memberikan hadiah lagi berupa tasbih kecil kepada dua wanita di sebelah kanan saya. Kali ini saya tidak dikasih. Namun saya hanya duduk manis memperhatikan. Kemudian dikeluarkan lagi sebuah untaian yang terdiri dari lima kubus kecil berwarna hijau, hitam, merah, putih,dan kuning. Gadis tadi terus menerangkan sambil menunjuk masing-masing kubus panca warna tadi. Percakapan diteruskan dalam bahasa Kanton sambil menyebut Jesus dan diakhiri dengan amin. Setelah itu mereka pamit sambil mengucapkan selamat natal dan "bye bye" khas Hongkong.
Setelah itu wanita disebelah kanan saya menjelaskan kepada temannya dalam bahasa Jawa tentang percakapan tadi. Rupanya mereka mengajak untuk menjadi anggota gereja dan mendoakan supaya dosa dosa kita diampuni.
Kemudian kedua wanita dan rombongan tadi pamit dan saya duduk sendirian saja di bangku tadi. Di belakang saya masih banyak orang lain yang kali ini berwajah anak benua India dan berbicara bahasa Inggris dengan teman-temannya. Ternyata mereka juga sedang diceramahi oleh kumpulan sinterklas muda bertopi santa.
Arti Kubus Pancawarna
Akhirnya giliran saya pun tiba ketika dua gadis berumur belasan tahun menyapa dalam bahasa Kanton sambil memberikan handuk kuning. Dengan senyum manis saya terima hadiahh dan menggelengkan kepala sebgai isyarat saya tidak mengerti. Akhirnya mereka menjelaskan dalam bahasa Inggris yang terpatah patah. Intinya mengajak saya percaya Jesus sebagai Tuhan yang akan menebus dosa saya. Dari mana yah mereka tahu saya banyak dosa? Kemudian untaian kubus pancawarna pun diberikan kepada saya sambil menjelaskan arti lima warna tadi. Saya hanya tersenyum pura-pura tidak mengerti sampai akhirnya mereka meninggalkan saya sambil mengucapkan "bye bye" khas Hongkong.