Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Terpesona Reruntuhan Angkor (Bagian 2):

3 November 2011   11:05 Diperbarui: 29 Agustus 2015   12:14 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

 

 

Episode 2: Raja Khmer dan Siluman Ular Berkepala Sembilan

 

Pengembaraan di hari pertama ke beberapa tempat menawan seperti Thommanon yang mirip dengan Prambanan dan juga Phnom Bakheng, sang replika Mahameru yang memiliki kesempurnaan simetris bagaikan Borobudur., lalu diakhiri dengan kejutan di Ta Phrom dimana hutan dan candi saling bertaut dan abadi ternyata barulah semacam perkenalan atas keindahan dan misteri yang ada di Angkor. Pada hari kedua ini masih banyak keindahan lain yang akan kita temukan dalam pengembaraan di Angkor.

 

Pagi-pagi sekali, Thiera sudah menanti di lobby hotel Prince’d Angkor yang terletak di jalan utama Kota Siem Reap: Sivutha Boulevard. “Soksabay” ucap saya ramah sambil menanyakan kemana tujuan kita hari ini. Thiera hanya tersenyum dan mengatakan: “just follow me to discover the beauty of Angkor:.

 

 

 

 

Angkor Thom: Kota Raja dengan lebih satu juta penduduk

 

Mobil Toyota Camry kembali menyusuri Sivutha Boulevard menuju kompleks Angkor. Dan tujuan pertama kali ini adalah Angkor Thom. Pada masa jayanya, Angkor Thom, yang artinya Negara atau Kota Besar, merupakan pusat pemerintahan kerajaan Khmer. Dibangun oleh Jayavarman VII pada akhir abad 12, kota ini dikhabarkan memiliki lebih dari satu juta penduduk dan lebih besar dari semua kota di Eropa pada masa itu. Namun, kota ini pun sesungguhnya dibangun di tempat yang sama dengan ibukota kerajaan sebelumnya dan dinamakan Yasodharapura .Konon, raja-raja di Khmer masih memiliki persaudaraan dengan raja-raja di Pulau Jawa,

 

Kota Raja Angkor Thom ini dikelilingi oleh tembok setinggi 8 meter sepanjang sekitar 3 km di setiap sisinya dengan luas sekitar 154 hektar dan hanya dapat di akses melaului 5 gapura setinggi 23 meter. Ia dikelilingi oleh parit selebar lebih dari 100 meter dan dihubungkan dengan jembatan batu yang dihiasi oleh patung batu di kedua sisinya. 54 patung dewa di sebelah kiri dan 54 patung iblis di sebelah kanan.

 

Tidaklah berlebihan , kalau Zhou Daguan, seorang pengelana dari Cina yang sempat berkunjung ke kota ini pada masa kejayaannya menggambarkan kemegahan Angkor Thom sebagai sebuah kota raja dimana ditengah-tengahnya berdiri Menara Emas (Candi Bayon) yang dikelilingi oleh menara lain yang lebih rendah. Di sebelah utara Menara emas terdapat menara perunggu (candi Baphoun) yang bahkan lebih tinggi dibandingkan Bayoun dan memiliki lebih dari sepuluh ruangan di bagian dasarnya. Dan tidak jauh dari Baphoun ini terletaklah Istana Raja yang banyak dihiasi menara dari emas.

 

 

 

 

 

The Smiles of Angkor di Bayon

 

Thiera memarkir kendaraan, dan saya berjalan sendiri mendekati Candi Bayon. Dari kejauhan tampak sekali bangunan besar dari batu andesit ini berdiri dengan angkuhnya.

 

Candi ini terdiri dari tiga tingkat dan konon dibangun pada abad ke 12 atau 13. Candi ini memang dibangun di atas bangunan yang sebelumnya sudah ada sebelumnya. Tujuan Jayavarman VII adalah untuk membawa ibukota Angkor Thom menuju ke puncak kejayaan yang dapat menjadi dasar kejayaan dan kemakmuran buat bangsa Khmer di masa depan.

 

Candi ini terletak tepat di tengah-tengah Angkor Thom dan menurut kepercayaan Khmer merupakan penghubung antara surga dan dunia. Tempat dimana manusia menjelma menjadi dewata. Tempat ini adalah ikon Angkor sehingga menjadi Candi yang paling favorit dikunjungi setelah Angkor Wat.

 

Keindahan dan sekaligus misteri yang terdapat pada Candi Buddha ini terletak pada 54 buah menara yang mengagumkan. Pada ke 54 menara itu dipahat empat buah wajah avilokiteswara . Uniknya seluruh 216 wajah tersebut dipahat dengan bibir yang sedang tersenyum penuh misteri namun dengan raut dan mimik yang berbeda. Dari 216 wajah ini ada satu wajah yang konon milik raja Jayavarman VII dengan senyuman yang paling misterius. Senyuman misterius inilah yang disebut the smiles of Angkor.

 

 

 

 

 

Sambil berkeliling dan menikmati satu persatu wajah, saya melihat serombongan remaja Kamboja berpakain Apsara, Hanuman dan pakaian tradisional yang sedang berfoto dengan wisatawan. Pakaian mereka tampak sangat menarik dengan warna warna yang mencolok seperti merah, hijau, putih dan biru. Aksesori yang dikenakan juga sangat khas bagaikan rombongan penari istana.

 

Rupanya mereka menawarkan untuk foto bersama dengan imbalan uang.Kita dapat mengambil 3 gambar dengan membayar 1 US Dollar. Akhirnya saya pun sempat berfoto bersama rombongan Apsara dan Hanuman ini. Apsara , menurut legenda adalah dewi sang penari surgawi yang sangat dihormati dalam mitologi Khmer.

 

 

 

Baphuon: Menara Perunggu yang Sunyi.

 

Kalau Bayon disebut sebagai menara emas, maka Baphuon disebut sebagai menara perunggu dan bahkan lebih tinggi dari pada Bayon. Candi ini disebut juga sebagai replika maha Meru karena ketinggiannya dan konon dibangun pada abad ke 11.

 

Saya memasuki Baphoun melalui pintu timur dan kemudian menaiki tangganya yang curam sampai ke tingkat pertama. Tidak ada wisatawan lain pada saat saya mengembara di menara Perunggu ini. Suasananya menjadi demikian mistis dan saya dapat merasakan desahan nafas orang-orang yang dulu pernah lalu lalang di sini. Setelah melewati gapura kita dapat menyaksikan banyak ukiran yang menggambarkan epik Ramayana dan Mahabarata.

 

 

 

 

Istana raja dan Legenda Siluman Ular

 

Setelah Puas menikmati keindahan Bayon dan Baphoun, pengembaraan dilanjutkan dengan melihat reruntuhan istana raja. Sayangnya yang tersisa hanyalah struktur dasarnya saja sementara bangunannya sendiri sudah tinggal puing-puing. Di dekat Istana Raja ini terdapat Teras Gajah dimana masih dapat disaksikan relief berupa barisan gajah sepanjang lebih dari 300 meter.

 

Tidak jauh dari teras gajah ini terdapat lagi sebuah teras yang disebut Teras Raja Kusta. Tempat ini dinamakan Teras Raja Kusta karena ditemukan sebuah arca Raja Kusta. Arca yang ada di tempat ini sekarang hanyalah arca duplikat karena arca yang asli sudah dipindahkan ke museum di Phnomphen. Arca ini dipahat dalam posisi duduk dengan satu kaki bersila di atas kaki yang lain, yang konon disebut sebagai ”Gaya Jawa”.

 

Yang menjadi pertanyaan adalah siapakah sesungguhnya Raja Kusta ini? Banyak teori yang mengatakan bahwa mungkin ini adalah Raja Jayawarman VII, namun teori lain mengatakan bahwa arca ini adalah Dewa Yama yang melambangkan dewa kematian dalam mitologi Hindhu?

 

Satu monumen lagi yang terdapat di dalam istana raja adalah Phimeanakas. Yang artinya Menara Emas. Ini adalah candi tempat raja melakukan pemujaan. Kuil ini dulunya dimahkotai dengan pucuk emas sehingga tidak mengherankan kalau Zhou Daguan menyebutkan tentang adanya menara emas di dalam Istana Raja. Menurut legenda di dalam menara emas ini hiduplah siluman ular dengan sembilan kepala. Siluman ini selalu muncul dalam bentuk wanita cantik sehingga raja Khmer harus tidur dengan ular ini setiap malam di menara ini sebelum tidur dengan istri dan para selirnya.

 

(bersambung)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun