Episode 3: Kemegahan dan Keindahan Tanpa Tanding Angkor Wat
“The tale of it is incredible, the wonder which is unmatched in Asia” Helen Churchil Candee .
Dari Angkor Thom, Thiera mengendarai Camry tuanya kira-kita satu kilometer menuju pintu belakang Angkor Wat di sebelah Timur. Dia meninggalkan saya di sini sendirian dan menyuruh saya masuk ke kompleks yang luas ini. “Saya akan menunggu di pintu depan”, demikian ucapnya sambil menancap gas dan tidak memberi saya kesempatan untuk protes.
Memasuki Angkor Wat dari pintu timur , tidak ada seorang pun tampak di sekeliling dan sejauh mata memandang, hanya shilouet Angkor Wat di kejauhan dan pepohonan besar di kanan kiri saya. Langit yang pagi tadi sangat cerah sewaktu di Angkor Thom, mulai berubah sedikit mendung. Sendirian di daerah asing yang sangat luas ini menimbulkan sekelumit perasaan aneh seakan-akan memasuki dunia yang lain. Dunia penuh misteri yang dimiliki Angkor Wat.
Sambil berjalan perlahan, saya menyebrangi sebuah parit yang lebarnya konon lebih dari dua ratus meter dan mengelilingi Angkor Wat ini. Kompleks Istana, yang juga berfungsi sebagai candi dan makam para raja ini berbentuk segi empat seluas lebih dari 210 hektar. Dari kejauhan ,tampak anggun dengan kelima menaranya yang memiliki ketinggian sekitar 65 meter. Kelima menara ini pula yang seakan-akan terus memanggil dari kejauhan.
Relief Dasar Ramayana
Setelah berjalan sekitar 500 meter barulah saya sampai di halaman bagian belakang dan melihat ukiran di dasar Angkor yang menggambarkan cerita Ramayana, Ukiran ini mengelilingi Angkor Wat yang konon karena keindahannya menarik perhatian pada saat pertama kali kita melihatnya dan karena keanehannya relief ini akan tetap menarik perhatian kita. Hujan rintik-rintik mulai turun ketika saya dengan perlahan lahan mengeliling bagian timur Angkor Wat dan memperhatikan satu per satu relief yang indah dan aneh ini.
Hampir 15 menit saya sendirian., ketika tampak serombongan turis dengan seorang pemandu mendekati bangunan dari pintu timur. Karena hujan rintik-rintik tadi maka para turis tadi berteduh di bawah pepohonan yang saya lewati 15 menit sebelumnya.
Setelah puas menikmati relief di dasar Angkor Wat, saya mulai masuk ke halaman dalam dan mengembara ke bagian lain istana yang luas dan megah ini. Saya masuk mendekati platform yang kedua dan melihat galeri yang beratapkan batu, halaman yang juga terbuat dari batu, lorong-lorong dan juga ruang-ruang yang penuh misteri. Di tempat-tempat tertentu masih terdapat biksu Buddha yang sedang berdoa dengan asap dupa yang masih mengepul. Di tempat lain tampak menara-menara yang berdiri angkuh dengan dinginnya.
Kota Lima Menara
Pada tingkat tiga, yang merupakan tingkat paling tinggi terdapat lima buah menara yang tergambar pada bendera kamboja. Empat Menara di setiap sudut dan satu menara di tengah-tengah. Karena itu pada bendera hanya terlihat tiga buah menara. Saya mencoba mendaki menara melalui tangga yang undakannya sangat curam dan hanya menyisakan tempat yang sempit sekali untuk kaki berpijak. Derajat kecuramannya mungkin hampir 70 derajat sehingga, saat menaiki tangga ini kita harus sangat hati-hati. Setelah berhasil menaiki tangga ini , kita pun dapat sampai di dalam menara dan dengan terkagum-kagum dapat menikmati vista yang indah seluruh Angkor Wat dan tempat-tempat di sekitarnya.
Apsara Apsara Apsara
Di pusat bangunan ini terdapat galeri , kolam, dan ruangan-ruangan yang indah. Salah satu daya tarik utama adalah dewi penari surgawi yang disebut “Apsara". Relief Apsara bertebaran di seluruh galeri galeri di Angkor Wat. Apsara ini di pahat berdampingan berdua atau bertiga. Tidak ada yang sendirian. Secara total ada lebih dari 1500 Apsara di Angkor Wat.
Yang paling unik adalah relief buah dada Apsara yang telanjang dan menantang. Ada sepasang Apsara yang buah dadanya tampak bening berkilau karena terlalu sering disentuh oleh setiap wisatawan yang datang. Saya pun tidak mau ketinggalan ikut mengusap buah dada apsara yang cantik dan seksi ini.
Angkor Wat, Simbol Kebanggaan Bangsa Khmer
Angkor Wat, merupakan segala-galanya bagi bangsa Khmer, ia bahkan tertera dengan gagahnya di Bendera Kamboja. Ia merupakan sebuah kota, candi, istana, dan bahkan mausoleum para raja. Kalau bangunan lain di Angkor banyak yang telah menjadi reruntuhan, makan Angkor Wat tetap terjaga keutuhannya. Keindahannya saat ini bahkan tidak kalah seperti ketika baru selesai dibangun lebih delapan abad yang lalu. Boleh dibilang tidak ada bandingnya dan merupakan monumen keagamaan dari batu yang terbesar di dunia. Kebesaran dan kemegahannya pun dapat disejajarkan dengan piramida dan keindahan detail nya pun menyamai Taj Mahal.
Angkor Wat dibangun pada paruh pertama abad ke 12 oleh Raja Suryawarman II dan merupakan candi Hindu yang dipersembahkan bagi Wisnu. Namun dalam perjalanan sejarahnya dia juga menjadi candi Buddha pada sekitar abad 16 dan kemudian nama Wat ditambahkan ke padanya. Ketika ibu kota kerajaan dipindahkan ke Phnom Penh, Angkor Wat diserahkan sepenuhnya kepada para biksu Buddha.
Saya pun meninggalkan Angkor Wat melalui pintu barat. Sambil berjalan mundur, saya mencoba menyaksikan kelima menara dan bangunan utama serta pintu masuknya yang megah dengan jembatannya yang lebar dan dihiasi singa raksasa di kedua sisinya.
Parit yang lebarnya 200 meter ini pun lebih terlihat dengan jelas di pintu barat ini dimana Thiera sudah menunggu dan melambai-lambaikan tangannya memanggil saya. “Sudah waktunya makan siang dan beristirahat sebentar sebelum melihat tempat lain” katanya ketika saya sudah duduk di dalam Camry di samping sang pengemudi yang menjadi “adik angkat” saya itu.
Keindahan Angkor sukar dilukiskan dengan kata-kata dan lebih berkesan dinikmati dengan mata. Karena itu dalam kesempatan ini saya pun mengunjunginya lebih dari satu kali. Kunjungan kedua dilakukan keesokan harinya sebelum saya pergi meninggalkan Angkor sekaligus mohon pamit ke kota kuno yang indah dan megah ini. Supaya memberikan dimensi dan kejutan yang lain, kunjungan kedua dimulai dari pintu utama di sebelah barat dengan arah yang berlawanan dari kunjungan pertama dan kemudian dijemput oleh Thiera di pintu belakang.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H