Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama featured

Ssssst, Ada Palu Arit di Taksim Square, Turki

25 Oktober 2011   07:51 Diperbarui: 17 Juli 2016   09:54 2691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 Istanbul, dulunya bernama Konstantinopel. Kota yang terletak di dua benua ini memungkinkan kita makan pagi di Eropa, makan siang di Asia, dan kemudian makan malam lagi di Eropa . Kota ini memang menawarkan banyak kejutan. Salah satunya terdapat di pusat hiburan,dan wisata, kota Istanbul di bagian Eropa, yaitu Maydan Taksim atau Taksim Square.

 

Sudah sejak lama Istanbul memiliki transportasi umum yang lumayan maju. Bahkan, Taksim Square ini merupakan salah satu pusat transporaasi umum dimana bertemu baik Metro Istanbul, trem furnicular, dan juga trem historikal yang berjalan lambat di Istiqlal Cadessi atau Jalan Kemerdekaan. Bahkan infrastruktur Istanbul Metro di kawasan ini ternyata telah dibangun pada akhir abad ke 19 dan merupakan sistem kereta bawah tanah tertua di dunia setelah sistem Metro di London.

Dari Kabatas, kami naik Trem bawah tanah yang disebut furnicular tramway. Karena derajat kemiringannya yang ekstrim, maka trem ini pun dirancang memiliki tempat duduk yang bertingkat-tingkat, Jadi lebih mirip stadion sepakbola dibandingkan trem atau kereta api. Dengan hanya membeli sejenis tiket yang berbentuk token sehaga 1.5 TL (Turkish Lira), dalam waktu sekitar 110 detik kami pun sudah sampai di stasiun Metro Taksim Square. Dan mulailah pertualangan di kawasan yang paling menarik di Istanbul ini.

 

Payung Plastik 5 Lira dan Cumhuriyet Aniti

Baru saja kami keluar dari tangga bawah tanah , ternyata gerimis bulan Oktober sedang membasahi kota Istanbul. Untungnya di sekitar pintu banyak sekali pedagang yang menawarkan payung plastik yang rupanya yang ditawarkan seharga 5 lira. Lumayan untuk untuk melindungi tubuh dan pakaian dari terpaan gerimis di Taksim Square.

Dengan berbekal payung ini, maka tujuan pertama kali adalah mencari makan siang. Untungnya di daerah ini terdapat banyak sekali pilihan , baik restoran besar, waralaba internasional, maupun warung kecil yang menjual makanan khas turki. Berbekal kamus elektronik yang saya miliki, saya hampir dapt membaca dan menterjemahkan semua menu makanan dan minuman yang tetulis. Menu favorit tentu saja kebab turki. Untuk minuman pilihan utama adalah elma suyu atau jus apel.

Setelah sebentar berteduh sambil menikmati makanan, peralanan di kawasan Taksim Square ini pun dimulai. Tempat pertama yang menarik perhatian tentu saja sebuah monumen yang disebut Cumhuriyet Aniti atau Monumen Republik yang dibangun untuk memperingati terbentuknya Republi Turki pada 1928. Turki sendiri menjadi republic dengan runtuhnya Dinasti Usmaniyah pada 1923.

Monumen setinggi 11 meter ini tepat terletak di dekat stasiun metro Taksim Square. Rancangan monument ini merupakan sebuah terobosan sendiri karena untk pertama kalinya di Turki dibuat patung berbentuk manusia yang “haram” hokum nya ketika Turki masih dibawah Dinasti Usmaniyah. Uniknya lagi, monumen ini memiliki dua wajahKemal Attaturk. Yang menghadap ke utara menggambarkan Attaturk di masa terdahulu, sedangkan yang menghadap ke Istiqlal Caddesi menggambarkan Attaturk dalam pAkaian barat yang dianggap modern.

 Wisata Belanja di Istiqlal Caddesi

Dari Taksim Square, kami mulai menyusuri Istiqlal Caddesi, dimana terdapat pusat pertokoan, restoran dan juga tempat hiburan serta hotel-hotel berbintang. Gerimis, mulai berhenti sehingga kami dapat menikmati tempat ini lebih santai tanpa diganggu air hujan. Sebuah trem kuno sesekali melintas, sementara banyak pedagang dengan gerobak yang tampak ciamik menjual berbagai makanan termasuk jagung bakar ataupun jagung rebus seharga 2 Lira.

Di tempat ini pula banyak terdapat money changer dengan nilai tukar yang lebih baik daripada di Bandara Attaturk.

 

Markas Besar Partai Komunis Turki?

Sekitar dua ratus meter dari Monumen Republik, sebuah gedung menarik perhatian saya. Gedungnya sendiri tampak tidak berbeda dengan bangunan di sekitarnya, berlantai tiga bercat krem kekuningan. Namun sebuah logo palu arit berwarna merah kuning dengan tiga hurup besar TKP memang terasa menggoda. Logo yang di Indonesia saja sangat terlarang karena melambangkan komunisme itu ternyata eksis dengan megah di Istanbul. Negri yang kita kenal hampir 99 persen penduduknya memeluk Islam.

Setelah saya mendekat makin jelas lagi bahwa gedung ini memang merupakan markas besar TKP atauTürkiye Komiinist Partisialias Partai Komunis Turki. Menurut cerita TKP pada awalnya didirikan di masa akhir perang dunia pertama yaitu pada September 1920 dan merupakan bagian dari Komunisme Internasional;.. Partai ini juga memainkan peran dalam proses pembentukan Turki menjadi Republik. Namun pada 1921, banyak pemimipinya yang terbunuh termasuk sang ketua partai yaituMustafa Siibhi. Sejak 1923 partai ini dinyatakan terlarang di Turki. Namun semenjak 2001, seiring dengan perubahan politik di Turiki, TKP pun berdiri kembali dan bermarkas di gedung di dekat Taksim Square ini.

 

Sisi Gelap Taksim Square.

Selain merupakan pusat hiburan malam, wisata, pertokoan, maupun hotel dan restoran. Kawasan Taksim Squaer juga mempunyai sisi lain, karena dalam sejarah pernah menadi saksi beberapa peristiwa yang menjadi tercatat dalam sejarah kelam negri di Asia Kecil ini.

Pada 16 Februari 1969, lebih dari 150 orang terbunuh dalam gerakan demo sayap kiri yang terlibat bentrokan dengan massa sayap kanan. Peristiwa ini disebut Minggu Berdarah di Taksim Square. Lapangan ini juga menjadi saksi kerusuhan sepak bola pada tahun 2000 ketika dua orang pendukung klub Inggris Leed United ditusuk mati pada ssat pertandingan dengan klub kebanggaan Turki Galatasary.

Peristiwa terakhir adalah bom bunuh diri yang terjadi pada Oktober 2010 dan menyebabkan belasan orang terluka.

Setelah puas menikmati suasana yang ramai di Jalan Kemerdekaan, kami pun kembali menuju stasiun metro sambil membayangkan unik dan menariknya kota Istanbul ini. Kota yang pernah menjadi ibu kota kekaisaran Byzantium, menjadi saksi kejayaan dinasti Usmaniyah yang besar. Akhirnya menjadi kota terbesar dan pusat ekonomi Republik Turki . Dan uniknya juga masih menyimpan sebuah partai berideologi komunis yang bahkan di negri asalnya, Uni Soviet, sudah runtuh tidak memiliki pamor lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun