Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kisah-kisah Menarik dari Turki ( 1): Melihat Ikan yang Bisa Merokok di Jembatan Galata

25 Juli 2011   07:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:24 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_121458" align="aligncenter" width="640" caption="Masjid Biru Istanbul"][/caption] Kisah dari Turki ini merupakan kumpulan perjalanan beberapa kali ke Turki baik pada 1997 sampai 2010 yang meliputi Istanbul dan juga Pamukkale. Penuturan berdasarkan ingatan dan sebagian catatan yang pernah dibuat, sehingga tidak perlu ditulis secara berurutan. Semoga pembaca dapat menikmatinya. Untuk kisah pertama , ditulis berdasarkan kunjungan ke Istanbul Oktober 2010 lalu. Kota Istanbul, merupakan salah satu kota yang unik, sebelah barat di Eropa, sebelah timur di Asia, menungkinkan kita makan pagi di Eropa, makan siang di Asia, dan kembali tidur di Eropa. Karenanya, banyak sekali jembatan-jembatan yang ada di Istanbul, termasuk jembatan-jembatan yang ada di atas Istanbul Bogazi atau selat Boshporus yang terkenal. Namun cerita ini akan berputar di sekitar Jembatan Galata yang membentang di atas Halic atau Golden Horn, yaitu semacam selat yang memisahkan bagian kota Istanbul yang terdiri dari Kota tua dimana terdapat mutiara sejarah kota Istanbul di kawasan Suktan Ahmet yaitu Masjid Biru, Aya Sofia, Grand Bazaar dengan Galata atau Karakoy dimana terdapat Galata Tower yang terkenal. [caption id="attachment_121461" align="aligncenter" width="640" caption="Tram di Istanbul"]

1311577933417842716
1311577933417842716
[/caption] Visa on Arrival 25 USD Ini adalah kunjungan saya yang kedua setelah kunjungan pertama lebih dari 12 tahun lalu. Bandara Attaturk memang sudah berubah, Terminal yang saya kunjungi kali ini menjadi terminal internasional adalah Terninal yang dulu belum ada sedangkan terminal yang dulu menjadi Terminal domestik. Namun ada yang sedikit berubah, kalau tahun 1999, pemegang paspor Indonesia dapat melenggang tanpa visa, sekarang kita harus antri sebentar untuk membeli VOA berupa stiker ukuran perangko seharga 25 USD. Yang cukup menarik, sekarang sudah ada stasiun Metro yang sampai di Bandara ini. Untuk menuju pusat kota cukup naik metro dan kemudian pindah dengan tram di Zeytinburnu. Cukup dengan hanya 3 Lira alias 1.50 Lira untuk metro dan 1.50 Lira untuk tram. Namun karena saya kebetulan tinggal di hotel yang tidak jauh dari bandara dan sudah ada semacam bus shuttle gratis, cukup keluar terminal dan menunggu bus yang akan mengantarkan saya dan rombongan ke hotel. [caption id="attachment_121463" align="aligncenter" width="640" caption="Stasiun Yessilyurt "]
13115780781600083660
13115780781600083660
[/caption] [caption id="attachment_121473" align="aligncenter" width="640" caption="Monumen di depan Stasiun"]
1311578941290168883
1311578941290168883
[/caption] Dengan Kereta Suburban menuju Pusat Kota Di dekat Hotel terdapat Stasiun Kereta Api Yesilyurt, yang merupakan salah satu stasiun suburban train atau banliyo trenleri yang dioperasikan oleh TCDD (Turkiye Cumhuriyeti Devlet Demiryollan = PJKAnya Turki). Cukup berjalan kaki sekitar 6 atau 7 menit saja. Di depan Stasiun Yesilyurt ini terdapat patung dada Attaturk dengan pilar dibawahnya bertulisan " Muhtac Oldugun Kudret Damarlarindaki Asil Kanda Mevcutturi" dalam bahasa Turki, yang mungkin berisi wejangan untuk membangkitkan semangat. Saya sempat buka kamus saya dan artinya tentang Muhtac yaitu kemiskinan. Di loket dijual tiket berupa token seharga 1.50 Lira sekali jalan. Token dimasukan ke dalam semacam mesin dan palang berputarnya tinggal didorong. Stasiunnya sendiri cukup sederhana dan mengingatkan saya dengan stasiun kereta Jabotabek. Kereta berangkat setiap 15 menit sekali dan setelah menunggu sekitar 6 atau 7 menit kereta pun datang. Dalam peta untuk menuju pusat kota ada sekitar 10 stasiun yang harus dilewati. [caption id="attachment_121464" align="aligncenter" width="360" caption="Tugu di dalam Stasiun Sirkeci"]
1311578300434895813
1311578300434895813
[/caption] Dalam waktu sekitar 30 menit kereta pun tiba di pusat kota Istanbul. Nama stasiunnya adalah Sirkeci atau Istanbul Gar. Wah, Stasiun Sirkeci ini indah dan kelihatan sangat antik. Arsitekturnya kental dengan nuansa Usmaniyah dan sampai saat ini masih aktif menjadi stasiun utama untuk menuju ke kota-kota lain di Eropa. Kereta Orient Ekspress yang terkenal dalam novel Agatha Christie "Murder in Orient Express" juga berakhir di stasiun ini. Sirkeci sendiri artinya pembuat atau penjual cuka dalam bahasa Turki. Sekarang ini adalah saat-saat terakhir kita masih dapat menikmati Stasiun Sirkeci, karena apabila terowongan kereta api yang menembus Laut Marmara atau Marmara Denizi sudah selesai maka stasiun ini akan dijadikan museum. Dari sini sudah sangat dekat dengan kawasan Yeni Cami dan beberapa tempat wisata lainnya. Tinggal naik tram saja ke Sultan Ahmet, kita dapat mengunjungi Blue Mosque yang terkenal. Namun kami memutuskan berjalan-jalan saja dan akhirnya sampai ke Yeni Cami atau Masjid Baru. Di depan masjid terdapat sebuah lapangan dimana banyak sekali orang lalu lalang. Sebagai mana kota-kota di Eropa, banyaknya burung dara berterbangan dengan bebasnya menambah indahnya senja di Istanbul di pertengahan bulan Oktober lalu. Yang menarik adalah seorang penjual asongan yang menawarkan bendera Turki dengan gambar Attaturk, Kalau tidak dibeli dia pun menolak untuk difoto. Akhirnya saya behasil mencuri-curi foto benderanya saja. He he..Banyak juga penjual jangung rebus yang dijual 1.50 lira. Dan juga toko-toko minuman. Saya sempat mencicipi jagung rebus dan kemudian minum "Elma Suyu" atau apple juice. [caption id="attachment_121467" align="aligncenter" width="640" caption="Penjual Bendera di Lap dekat Yeni Camo"]
1311578409747562341
1311578409747562341
[/caption] Dari sini sudah sangat dekat dengan kawasan Yeni Cami dan beberapa tempat wisata lainnya. Tinggal naik tram saja ke Sultan Ahmet, kita dapat mengunjungi Blue Mosque yang terkenal. Namun kami memutuskan berjalan-jalan saja dan akhirnya sampai ke Yeni Cami atau Masjid Baru. Di depan masjid terdapat sebuah lapangan dimana banyak sekali orang lalu lalang. Sebagai mana kota-kota di Eropa, banyaknya burung dara berterbangan dengan bebasnya menambah indahnya senja di Istanbul di pertengahan bulan Oktober lalu. Yang menarik adalah seorang penjual asongan yang menawarkan bendera Turki dengan gambar Attaturk, Kalau tidak dibeli dia pun menolak untuk difoto. Akhirnya saya behasil mencuri-curi foto benderanya saja. He he..Banyak juga penjual jangung rebus yang dijual 1.50 lira. Dan juga toko-toko minuman. Saya sempat mencicipi jagung rebus dan kemudian minum "Elma Suyu" atau apple juice. [caption id="attachment_121468" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan dari Jembatan Galata"]
13115785561193424974
13115785561193424974
[/caption] [caption id="attachment_121469" align="aligncenter" width="300" caption="Pemandangan dari Jembatan Galata"]
13115786161642150408
13115786161642150408
[/caption] [caption id="attachment_121471" align="aligncenter" width="360" caption="Ibukota Kebudayaa Eropa"]
13115787232117596062
13115787232117596062
[/caption] Berjalan Kaki dan melihat ikan merokok di Galata Köprüsü Jembatan Galata atau Galata Köprüsü membentang di atas Golden Horn, atau semacam selat kecil yang memisahkan Karakoy di sebelah utara dan Eminonu dan kawasan Sultan Ahmet di sebelah selatan. Menurut cerita, jembatan permanen sekarang ini baru selesai dibangun pada 1992. Sebelumnya jembatan yang dipakai adakah sejenis jembatan pontoon yang selalu ikut bergoyang bersama gelobang air laut dibawahnya. Menurut sejarah pula, Sultan Beyazid II pada 1503 pernah meminta Leonardo Da Vinci untuk merancang jembatan yang melintasi Golden Horn ini, Namun sayang jembatannya tidak pernah dibangun. Sebenarnya tidak ada rencana untuk menyebrangi jembatan ini, karena tujuan awalnya adalah Eminonu. Setelah selesai berlayar di Selat Bosphorus, kapal pesiar mendarat di pelabuhan dekat daerah Kabatas. Setelah melihat-lihat sebentar di Kabatas , dengan tram tujuan Zeytinburnu perjalanan dilanjutkan menuju Eminonu, karena tujuan selanjutnya adalah daerah sekitar Yeni Cami. Namun rencana perjalanan berubah karena dari dalam tram terlihat Galata tower di kejauhan sehingga kami pun turun di Karakoy. Ternyata untuk ke Galata Tower dari halte Karakoy masih harus berjalan beberapa ratus meter dan kemudian harus naik ke atas bukit. Akhitnya disepakatkan untuk berjalam santai di atas jembatan sambil menikmati pemandangan kota Istanbul yang spektakuler. Jembatan ini sendiri bertingkat dua, kami berjalan pelan di bagian atas.. dan persis di tengah-tengah jembatan , terdapat banyak sekali orang sedang memancing. Pemandangan di sini sangat indah. Ke selatan kita dapat melihat Masjid Sulaymaniyeh di atas bukit. Agak ke sebelah kiri kita dapat melihat Yeni Cami, yang sempat kami kunjungi satu hari sebelumnya. Berarti sudah dekat dengan Sirkeci Istanbul Gar dimana kami dapat naik kereta kembali ke hotel di Yesikoy melalui stasiun Yesilyurt. Banyak sekali Poster, yang menunjukan bahwa Istanbul, adalah ibukota Eropa untuk kebudayaan pada tahun2010 lalu. IstanbulAvrupa Kultur Baskenti. Di bawahnya ada tulisan European Capital of Culture. Dari atas jembatan juga terlihat banyak kapal berlayar hilir mudik entah kemana. Sekumpulan burung dara, dan burung -burung lain juga berterbangan dengan bebasnya. [caption id="attachment_121472" align="aligncenter" width="640" caption="Ikan yang lagi merokok"]
1311578779875822054
1311578779875822054
[/caption] Di tengah jembatan, banyak wisatawan berhenti sebentar dan mengambil foto di dekat orang-orang yang sedang memancing. Dalam ember-ember yang diletakkan di dekat pagar jembatan dibeberkan ikan-ikan hasil tangkapan mereka. Ada satu ember yang sangat menarik karena salah satu ikan dalam ember tersebut sedang dalam posisi merokok. Untung tidak ada asapnya. Rupanya hanya sebatang rokok yang diselipkan di mulut ikan yang malang itu. Setelah mengucapkan selamat tinggal pada ikan perokok, perjalanan dilanjutkan terus sampai ke ujung jembatan, Tepat di pinggir pantai banyak terdapat semacam resotran terapung yang secara mencolok menempelkan menunya yang dihiasi lampu-lampu. Walau hari baru jam 5 sore, malam Nampak sudah mulai menggayut. Menu yang paling dominan adalah balik ekmek . Selain itu, restoran juga meiliki semacam marketing berupa orang-orang yang berteriak menyerukan balik ekmek. Karena penasaran, akhirnya kami mencoba dan ternyata balik ekmek adalah roti isi ikan. Ah , rupanya ikan-ikan ini adalah yang dipancing orang-orang tadi di atas jembatan dan kemudian dijual di sini.Dengan harga 5 lira saja kami sudah dapat menikmati balik ekmek. Saya tidak tahu apakah yang saya makan adalah ikan yang merokok tadi? Setelah puas menikmati pemandangan dari atas jembatan kami terus berjalan sampai ke Eminonu dan meneruskan perjalanan dengan tram ke Sultan Ahmet untuk untuk menikmati tempat-tempat lain di kota Istanbul.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun