Nagoya, merupakan kota terbesar di kawasan Chubu sekaligus ibukota perfektur Aichi yang terletak di Jepang bagian tengah.Sebagaimana di kota-kotalain di negri matahari terbit ini, kehidupan berjalan dengan tertib, teratur dan selalu penuh dengan dinamika dimana banyak sisi kehidupan modern bersandingmanis dengan kehidupan yang masih bernuansa tradisional.
Dalam kehidupan beragama, kebanyakan orang Jepang lebih bersifat menganggap agama sebagian bagian dari kebudayaan.Walaupun sebagian besar mengaku beragama Shinto atau Buddha, pada umumnya mereka melakukan ritual keagamaan pada saat-saat penting dalam tahap kehidupan manusia seperti kelahiran, perkawinan dan kematian saja. Selain itu, mereka juga biasanya merayakan tahun baru dengan meriah termasuk juga perayaan keagamaan dan kebudayaan impor seperti Natal dan hari Valentine.
Pengembaraan saya kali ini membawa kaki dan diri ini menuju salah satu dari beberapa masjid yang ada di kota Nagoya.Lokasinya di daerah yang bernama NakamuraKu, tidak jauh dari stasiun subway Honjin.Senja itu, langit kota Nagoya dipenuhi awan putih yang berarak-arak ketika saya melangkahkan kaki keluar dari stasiun kereta bawah tanah yang terletak di jalur Higashiyama itu.Saya kemudian menyusuri Honjin Dori, sambil terus melihat dan mencari bangunan masjid yang dicari.
Setelah berjalan sekitar 4 menit , sebuah bangunan berlantaiempat dengan dua buah menara kembar yang bertajukkan bulan bintang berdiri dengan megah. Bangunan yang didominasi warna coklat tua ini sangat kontras dengan gedung di sekitar yang kebanyakan berwarna putih.Tidak salah lagi, inilah masjid Nagoya yang saya cari.“Nagoya Mosque”, demikian tertulis di atas pintu utamanya. Dua orang yang berperawakan Timur Tengah tampak baru saja berjalan santai meninggalkan masjid ini.
“Islamic Association of Nagoya”, demikian juga tertulis pada kaca pintu lengkap dengan jam buka dan juga nomer telpon. Saya mencoba membuka pintu ini, namun tetap terkunci rapat sampai akhirnya seseorang di dalam memberikan isyarat bahwa pintu masuknya bukanlah pintu utama ini melainkan pintu kecil yang ada di samping.
Sebuah rak berisi alas kaki menyambut ketika saya melangkah melewati pntu samping. Sementara di pintu menuju ruang utama tertempel sebuah kertas bertuliskan “Imam of mosque”.Tempat wudhu yang bersih dan nyaman dilengkapi dengan air yang hangat memberikan kedamaian sendiri setelah jalan cukup lama di udara dingin Nagoya di awal Maret.
Di dekat tangga, terlihat jejeran buku-buku Islam dan juga sajadah lengkap dengan harganya yang 1000 Yen.Dinding masjid ini banyak ditempel dengan berbagai pengumuman dalam bahasa Inggris, diantaranya mengenai kedatangan crew TV CNBC Japan yang akan meliput kegiatan umat Islam di Nagoya ini.
Saya naik ke lantai dua yang ternyata merupakan tempat sholat bagi kaum perempuan sedangkan untuk laki-laki, kami harus naik lagi beberapa anak tangga di lantai tiga dan empat. Ruang sholat di lantai tiga tidak terlalu luas. Hamparan karpet bewarna merah tua dan empuk membuat hati merasa nyaman. Sebuah mimbar dari kayu dan mihrab yang sederhana menghiasi ruang sholat ini. Tidak banyak hiasan kecuali sebuah rak berisi Al-Quran dan buku-buku agama dalam Bahasa Arab, Inggris, dan Jepang.
Namun yang menarik adalah adanya sebuah kotak yang diletakkan di kusen jendela kaca. Kotak ini berisi cukup banyak botol yang berisi minyak wangi dengan berbagai macam aroma yang harum semerbak. Saya mencoba mengendus aroma beberapa botol minyak wangi itu dan merasa kian nyaman berada di masjid yang indah ini.“For using in Mosque Only”, demikian tertempel sebuah kertas putih pada kota minyak wangi di jendela itu.
Menurut cerita, Islam sudah ada di Nagoya pada sekitar akhir abad ke 19. Masjid pertama di Nagoya dibangun pada tahun 1937 oleh para imigran dari Turki dan Tatarstan. Masjid ini dinamakan “Nihon Islam Shi” dan terbuat dari kayu, dengan dua lantai dan luasnya hanya sekitar 40 meter persegi saja.Namun dengan pecahnya Perang Dunia ke II, masjid ini hancur karena serangan udara di pertengahan tahun 1945.
Tidak ada lagi masjid di Nagoya, sampai masjid yang sekarang ini dibangun pada 1998.Masjid yang megah dimana kita dapat menjajal berbagaimacam aroma minyak wangi dengan gratis!
Nagoya, Maret 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H