Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Singapura, Profesor Juga Bisa Jadi Pecandu Narkoba

5 Mei 2014   00:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:52 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita di Televisi seringkali mengkhabarkan tentang selibriti yang tertangkap karena menggunakan narkoba.Berita seperti ini sudah bukan lagi berita karena seringnya kisah sejenis. Alasan utama yang sering kita dengar adalah karena kerasnya dan juga sengitnya kehidupan sebagai selebriti yang penuh dengan stress dan persaingan.

Selain itu, kita juga sering mengasosiasikan kehidupan pencandu narkotika dengan orang-orang yang memang memiliki banyak masalah. Anak-anak remaja yang putus sekolah, yang memiliki masalah keluarga seperti “broken home”,anggota geng, penjahat, ataupun juga mereka yang biasa berkelana di dunia malam dan lampu merah.

Baru-baru ini, dalam perjalanan ke Singapura , negri tetangga yang terkenal dengan hukum yang tegas dan juga memiliki tingkat penyalahgunaan narkoba yang sangat rendah ini, saya sempat terkejut karena menemukan sebuah fakta, bahwa narkoba bisa menyerang siapa saja. Narkoba bisa menghancurkan kehidupan orang-orang yang bahkan sudah memiliki posisi yang mantap dan terpandang di masyarakat.Beginilah kisahnya.

13991982471334683780
13991982471334683780

Siang itu, pengembaraan dan perjalananan membawa saya menaiki MRT North East Line sampai ke stasiun Sengkang, yang cukup jauh dari hiruk pikuk pusat perbelanjaan dan hiburan dan teletak hampir di sudut timur laut pulau Singapura.Jika kita muncul ke permukaan, persis di depan stasiun ini terdapat Sengkang Square, yang merupakan lapangan yang lumayan luasnya.

Saya berjalan menyusuri Sengkang Square, kemudian menyebrang jalan, dan sampai di sebuah “food Court” yang cukup bersahaja dan typical dengan food court yang ada di banyak lokasi lain di Singapura.Tidak jauh dari sini ada sebuah lapangan yang cukup luas dimana ada lapangan basket dan beberapa pemuda yang sedang berolah raga.

13991983711904215764
13991983711904215764

Ada beberapa gedung yang berderet rapih persis di hadapan lapangan ini.. Yang pertama adalah “Sengkang Community Square”, sedang di sebelahnya memiliki nama yang tiba-tiba saja menarik minat saya untuk mampir.Gedung ini bernama SANA atau Singapore Anti-Narcotics Association.

13991984031738950896
13991984031738950896

Ternyata kantor SANA terletak di lantai 5 sedangkan di lantai pertama gedung ini terdapat sebuah poliklinik yang siang itu cukup ramai dikunjungi warga. Keluar lift saya segera menuju ke kantor SANA dengan pintu utama yang tertutup. Namun karena dindingnya terbuat dari kaca sehingga saya bisa melihat ke dalam. Sebuah bel terletak di dekat pintu sehingga saya pun memencet bel tersebut dan kemudian pintu terbuka secara otomatis. “Who are you looking for?”, demikian pertanyaan seorang lelaki berusia lebih dari 65 tahunan yang menatap dengan penuh curiga.

13991984301712725094
13991984301712725094

Rupanya kalau kita berkunjung ke kantor ini, tentunya kita harus tahu siapa yang harus dikunjungi dan lebih baik lagi kalau dengan perjanjian. Demikian informasi yang saya dapatkan ketika saya jelaskan tujuan saya ingin mengetahui lebih banyak tentang SANA.Untungnya di ruang tunggu terdapat beberapa brosur dan publikasi tentang SANA yang bisa dimiliki dengan gratis.

Berdasarkan publikasi dan brosur itu saya dapat mengetahui bahwa SANA adalah sebuah organisasi relawan yang bergerak di bidang pendidikan untuk pencegahan , penyuluhan bagi mantan pengguna, dan juga mengelola rehabilitasi pengguna narkoba. Tujuannya adalah “drug-free Singapore”.

13991984551562430583
13991984551562430583

Dalam publikasi ini kita juga bisa mendapatkan banyak informasi mengenai berjenis-jenis narkoba dengan segala dampak dan bahaya yang ditimbulkan dan juga lengkap dengan nama julukan yang biasa digunakan. Namun kali ini saya akan bercerita tentang kisah nyata yang cukup menggugah, yaitu kisah seorang mantan pemakai yang ternyata memiliki latar belakang yang mengagetkan, yaitu seorang profesor di sebuah Universitas ternama di negri Singa ini. Kisah ini disadur dari publikasi yang ada baik cetak maupun elektronik.

Sebut saja namanya Mr X.Dia selalu berfikir bahwa dalam posisinya yang terhormat dia tidak akan terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Karenanya dia tergelincir dan terjerat walau pada awalnya hanya ingin mencoba sekali saja dan berfikir bahwa setelah mencoba sekali dia bisa berhenti. Tetapi kenyataannya adalah dengan mencoba sekali itulah dia terus mencoba lagi dan lagi hingga tidak dapat lari sampai kemudian dia tertangkapoleh Central Bureau of Narcotics (BNN nya Singapore) dengan berbagai jenis narkoba termasuk “ice” atau Meta-amfetamin yang di Indonesia lebih top dengan nama Shabu.

Yang paling menarik adalah kisah bagaimana dia pertama kali tertarik untuk mecoba “fly”.Bukannya di gang sempit yang gelap ataupun juga di bar yang penuh dengan kehidupan malam, Melainkan si suatu pesta dimana para profesional dan kalangan atas berkumpul. Dia ditawarkan obat rekreasi ini dan kemudian tertarik untuk mencobanya sekali saja. Namun Mr. X terbukti salah besar.

Sekali dia mulai, dia tidak dapat berhenti. Dia terjebak kedalam dunia halusinasi yang didapat selama “fly”. Dunia dimana hanya ada rasa suka dan juga suatu tingkat kewaspadaan yang tinggi. Dunia yang menawarkan suatu“realitas alternatif” yang menawarkan citra visual dan suara yang hanya ada di dalam film-film “Science-fiction” ketika orang-orang dapat melayang dan benda-benda di sekitar kita dapat berubah-ubah dalam berbagai bentuk dan warna yang menawan. Suatu dunia yang memberikan suatu kedamaian untuk dikunjungi lagi dan lagi.

Menurutnya, ketika sedang fly, dia dapat merasakan seakan-akan melayang di udara sementara tubuhnya terbaring di sofa. Sedangkan suara musik bagaikan tersembur ke dalam untaian warna dan pola yang ikut melayang bersamanya bagaikan di layar komputer. Dia juga mampu membayangkan apa saja yang diinginkan walaupun sadar bahwa sedang dalam keadaan “setengah bangun”.

Pendek kata, pengalaman , bayangan, dan perasaan yang didapatkan begitu hidup dan indah sehingga sangat sulit baginya untuk membedakan mana yang kenyataan dan mana yang hanya khayalan.Singkatnya sekali kita terjebak, maka kita akan terus hidup dalam dua dunia.

Akhirnya, penggunaan obat dapat digunakan sebagai cara untuk melarikan diri dari kenyataan hidup dan masalah yang dihadapi dalam karir maupun kehidupan pribadi.Dengan fly, kita dapat sementara melupakan pedihnya kehidupan. Namun, ketika sudah selesai “high”, kita akan kembali lagi ke kenyataan hidup yang kejam.

Hebatnya, sebagian besar pengguna bisa dengan sangat pandai bermain dalam dua dunia. Ketika tidak dalam pengaruh obat, mereka dapat berperan normal sehingga semua orang, baik keluarga, teman dekat dan kolega bahan tidak pernah menyangka kalau mereka bisa terlibat narkoba.

Lucunya ketika Mr. X tertangkap, pada saat itu, dia belum sadar kalau dia sudah menjadi pecandu. Dan akhirnya dia pun dikirim ke pusat rehabilitasi yaitu DRC atau Drug Rehabilitation Centre. Dan tempatnya tidak tanggung-tanggung yaitu di Changi Prison atau penjara Changi. Dan ketika para petugas mencatat data pribadinya mereka sangat terkejut karenatidak pernah menangkap seseorang dengan latar belakang pendidikan setinggi itu.

Kehidupannya Mr. X di dalam sel seluas sekitar 40 meter persegi bersama 7 orang tahanan lainnya telah merubah pandangannya tentang orang lain. Bersamapara gangster, pengguna dan pengedar narkoba, dia harus menghabiskan waktunya selama di tahanan. Kalau dulu dia selalu menganggap dirinya lebih baik dari mereka, sekarang Mr. X harus menghadapi kenyataan bahwa dia pun sama dengan orang-orang itu.

Mr X kemudian dibebaskan setelah dipenjara selama 6 bulan karenaberkelakuan baik dan kemudian dilanjutkan dengan 6 bulan lagi dalam tahanan rumah. Disini dia sering mengalami mimpi buruk seakan-akan sedang terjebak di dalam penjara. Dia dinyatakan menderita Post Traumatic Stres Disorder (PTSD).

Namun, penderitaan nya tidak selesai hanya selama di penjara. Sekeluarnya dari penjara, Mr. X juga merasa sangat tertekan, malu, dan sering dihindari oleh teman-teman dan orang-orang yang pernah bekerja sama dengannya dahulu. Dia merasa sangat menyesal, karena rasa sakit bukan hanya dialami sendiri, tetapi juga oleh keluarga disamping keterkejutan yang dialami oleh parakoleganya. Pengalaman selama di penjara membuatnya kehilangan rasa percaya diri, depresi, dan juga adanya perasaan menjadi orang yang hina.

Namun Mr X masih merasa beruntung dibandingkan dengan teman satu sel nya yang sampai menderita kerusakan otak, dan akhirnya paranoia dan mental breakdown. Dia merasa beruntung sudah tertangkap terlebih dahulu sehingga direhabilitasi dalam penjara.Apa yang akan terjadi seandainya dia tidak tertangkap dan terus memainkan peran gandanya?

Sekarang, dia mulai perlahan-lahan mendapatkan kembali rasa percayadirinya. Ikut dalam kelompok penyuluhan seperti narcotics anonymous dan disinilah peran SANA dapat membantunya kembali meniti masa depan untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Walaupun begitu Mr X sadar bahwa pecandu narkoba itu seperti vampir.Sekali pecandu tetap pecandu, demikian salah seorang pemyuluh bernah berucap.Sekali teringat akan narkoba, maka akan timbul keinginan untuk mencicipinya kembali. Permasalahannya hanya tinggal apakah kita bisa mengendalikan diri untuk tidak terjerumus ke lubang yang sama untuk kedua kalinya.

Dan salah satu yang ikut menguatkannya adalah hubungan dengan teman-teman yang tetap mendukungnya untuk memulai kembali hidupnya. Mereka itu adalah teman-temannya yang sejati, sementara banyak juga teman yang bahkan tidak mau mengenalnya lagi, baginya mereka bukanlah teman yang sesungguhnya.

Pengalaman hidup yang sangat berharga ini telah membuat Mr X mejadi lebih rendah hati dan tidak mudah menghakimi orang lain. Kalau dulu dia suka memandang rendah orang yang terkena kasus narkoba, orang yang pendidikannya lebih rendah. Maka sekarang dia menyadari, bahwa mantan pecandu juga manusia yang memiliki hati dan perasaan. Manusia yang memerlukan cinta kasih dan perhatian dari saudara, keluarga dan teman-temannya.

Berdasarkan cerita yang saya dapat dari berkunjung ke SANA itu dapatlah kita simpulkan bahwa pencegahan itu jauh labih baik dari mengobati. Namun kalau seseorang sudah terjerat narkoba, maka tepatnya bukan di penjara, melainkan di tempat rehabilitasi dan mereka memerlukan perhatian dan cinta dari kita semua.

Kisah Mr X juga membuka mata kita bahwa kita semua, tidak perduli apa profesi dan latar belakang serta tingkat pendidikan kita sesungguhnya dapat menjadi pecandu kalau kita tidak hati-hati dengan teman dan tepat kita bergaul.Kita harus sadar bahwa narkoba mengintai dimana-mana dan semua dari kita harus membentengi diri dan keluarga dari serbuannya. Pesan singkatnya adalah janganlah sekali-kali mencoba, karena kita bisa tanpa sadar menjadi pecandu seperti yang dialami Mr.X.

Kalau Singapura denga SANA nya berusaha terus untuk mewujudkan Singapura yang bebas narkoba, maka kita juga yakin kalau Indonesia dengan BNN juga akan mampu mewujudkan impian dan visi yang sama. Indonesia yang bebas narkoba.

Jakarta, Mei 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun