New York...New York
I want to wake up, in a city that never sleeps
And find I'm A number one, top of the list
King of the hill, A number one....
These little town blues, are melting away
I'll make a brand new start of it
In old New York
If I can make it there, I'll make it anywhere
It's up to you, New York..New York New York!!!
Alunan tembang zaman om dan tante yang dibawakan artis gaek Frank Sinatra bergaung lembut menemani langkah kaki saya yang ringan menyusuri kaki lima yang lebar, ramai, dan nyaman di salah satu jalan paling terkenal di New York yaitu 5th Avenue.
Perjalanan ke New York, belumlah lengkap kalau anda tidak mampir ke 5th Avenue. Di jalan yang membentang beberapa kilometer dari Washington Square Park di Lower Manhattan dan terus ke utara melewati Mid Town, bagian timur Central Park dan berakhir di kawasan Harlem ini lah terdapat deretan toko yang pernah dijuluki “The mostexpensive shopping streets in the world”. Terutama di penggalan antara 49th street sampai 60th street dimana terdapat juga “Rockefeller Centre” yang terkenal dan merupakan salah satu Pencakar Langit terkena di New York yang dibangun di tahun 1930 an.
Selain itu. 5th Avenue juga menjadi jalan yang membelah bagian barat dan timur Manhattan.Di sebelah timur nama jalan adalah west dan disebelah timur 5th Avenue, nama jalan menjadi east dan nomer bangunan juga semakin jauh dari 5th avenue akan semakin besar.Singkatnya mencari alamat di New York akan sangat mudah karena akan di atur berdasarkan nama Avenue yang membelah kota dari utara ke selatan dan street yang membujur dari timur ke barat.
Senja itu, sambil duduk bersantai di sebrang Grand Army Plaza yang terletak persis di persimpangan 5th Avenue dengan 59th Street, tampak orang ramai berjalan-dan bersantai di sebuah taman dimana terdapat patung emas JendralW.T. Sherman yang berkilauan dilapisi emas.Tampak sekelompok orang sedang mempertunjukan kepiaiwaiannya bermain akrobat dan kemudian mengedarkan topi untuk memgumpulkan uang receh dari penonton.
Di sekeliling, banyak juga kereta kuda yang parkir dan siap mengantarkan wisatawan berkeliling di sekitar kawasan Central Park atau pun 5th Avenue.Sebagian lagi, orang-orang tampak sibuk berfoto dengan latar belakang air mancur, patung, atau pun kereta kuda tadi.
“I promise not to do this again next time”,suara seorang pengemudi becak terdengar lantang setengah memohon kepada polisi lalu lintas yang menegurnya karena melanggar peraturan lalu lintas seenaknya.Di kawasan ini memang banyak terlihat becak mode New York yang parkir menanti penumpang yang kebanyakan wisatawan baikdari seantero Amerika maupun mancanegara.
Becak yang dilarang di Jakarta, ternyata semakin mendapat tempat di kota terbesar di negri Paman Sam ini.Saya perhatikan kehadirannya bukan hanya ada di sekitar Grand Army Plaza, tetapi bahkan terus merambah ke selatan sepanjang 5th Avenue sampai ke 42nd Street di kawasan Grand Central.
Ketika mendekat,salah seorang tukang becak menawarkan jasanya untuk mencari angin di sepanjang 5th Avenue sambil naik becak. Namun ketika saya tanya ongkosnya , ternyata cukup mahal bahkan untuk ukuran New York sekalipun karena tidak berdasarkan jarak melainkan berdasarkan waktu yang dihitung per menit.“Three dollar per minute Sir!”, jawab salah seorang tukang becak yang tamapaknya berwajah Hispanik keada saya.
Setelah saya perhatikan lebih lanjut, becak di New York memang sedikit berbeda dengan di Jakarta. Abang becaknya mengayuh di depan penumpang dan kapasitasnya cukup besar karena bisa muat tiga penumpang dewasa sekaligus.Yang menarik ternyata tarifnya ditempelkan dengan menggunakan kertas yang sudah dilaminating di sisi becak. Tarifnya tidak seragam karena ada yang 3 US Dollar per menit dan ada juga yang 3.99 Dollar.
Selain itu, kenakalannya ternyata sama saja. Yaitu mereka sering mengendara dengan kecepatan yang cukup tinggi bahkan di jalur khusus bussementara becak lainnya melanggar lampu merah. Ketika semuakendaraan berhenti, sang becak dengan santai meluncur terus ke selatan sepanjang 5th Avenue.
Keunikan lainnya adalah sanga abang becak yang terlihat sangat beragam paras mukanya. Selain yang bertampang bule, banyak juga yang bertampang dari anak benua India, Afrika, Timur Tengah dan juga Asia Timur alias Cina.Bahkan kalau diperhatikan lebih lanjut, abang becak yang berasal dari Cina inilah yang paling banyak jumlahnya dan yang termasuk paling berani melanggar peraturan lalu lintas.
Anda penasaran ingin naik becak di New York? Siap-siap merogoh kocek lebih dalam dan juga sedikit deg-degan karena abangnya sedikit ugal-ugalan!
New York, Akhir May 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H