Dari jendela hotel di kawasan Ciudad de Saber, Panama City, dapat disaksikan kapal-kapal barang raksasa yang berlayar dengan lambat menyelusuri terusan Panama.Baik yang berasal dari Samudra Pasifik ke Samudra Atlantik maupun arah sebaliknya.Namun mengamati gerakan kapal itu dari dekat akan lebih mengasyikan dan rasa ingin tahu itulah yang sesungguhnya membawa pengembaraan saya kali ini ke Republica de Panama yang ada di Amerika Tengah ini.
Untuk mengamati gerakan kapal, terutama ketika berpindah dari satu permukaan air ke permukaan air lainnya hanya dapat disaksikan dari dekat di pintu-pintu air yang ada di sepanjang Terusan Panama yang pada tahun 2014 ini merayakan ulang tahunnya yang ke satu abad alias 100 tahun.Salah satu pintu yang paling dekat dengan Panama City atau Ciudad de Panama adalah Miraflores Lock yang dalam Bahasa Spanyol disebut dengan Esclusa de Miraflores.
Hari masih sekitar pukul 10 pagi ketika saya sampai di Miraflores visitor centre.Wisatawan asing harus membayar tiket masuk 15 Balboa, sedangkan bagi warga Panama cukup dengan 3 Balboa saja.Setelah melewati pintu masuk, saya disarankan untuk melihat museum yang menceritakan tentang sejarah dibangunnya Terusan Panama sejak akhir abad ke 19.
Dikisahkan , setelah sukses dengan Terusan Suez, Ferdinand de Lesseps,kemudian memimpin proyek untuk membangun Terusan Panama menggunakan konsep yang sama, yaitu terusan dengan permukaan air laut pada 1881. Namun ternyata setelah berkutat hampir 20 tahun, usaha Perancis untuk membangun terusan ini ternyata gagal karena kehabisan biaya, kesulitan teknis, dan banyaknya pekerja yang meninggal karena malaria. Akhirnya pada akhir abad ke 19 proyek ini pun ditinggalkan dan kemudian diambil alih oleh Amerika Serikat.
Panama yang pada waktu itu merupakan bagian dari Kolombia, akhirnya dengan dukungan dari Amerika memperoleh kemerdekaan pada 1903.Dan Terusan Panama ini pun akhirnya dapat diselesaikan pada 1914.Yang membedakannya dengan Terusan Suez adalah dibuatnya bendungan dan pintu-pintu air karena permukaan air di terusan lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan air laut.
Di dalam museum ini, kita juga dapat mencoba naik sebuah simulator dan mencicipi secara nyata bagaimana rasanya naik kapal di Panama Canal.Selain itu, sebuah film dengan durasi sekitar 13 menit juga dapat disaksikan baik dalam Bahasa Sepanyol maupun dalam Bahasa Inggris. Film ini juga menceritakan sekilas sejarah terusan ini sampai akhirnya pada 31 Desember 1999 dapat dikuasai oleh Panama sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani oleh Presiden Carter dari AS dan Jendral Omar Torrijos Herrera dari Panama pada September 1977.
Setelah puasmelihat museum, nonton film, dan sekali-kali diselingi nonton TV siaran langsung Piala Dunia di Brazil, serta melihat-lihat toko souvenir, tidak terasa waktu sudah menunjukan hampir pukul 13 siang.Waktunya makan siang, namun saya hanya mampir ke kantin untuk mengganjal perut dengan makanan kecil saja.Namun sejak pagi tadi, belum ada satupun kapal yang lewat di Miraflores Lock ini.
Tiba-tiba saja, seorang gadis mengumumkan dalam Bahasa Spanyol yang kemudian dilanjutkan dalam Bahasa Inggris, menjelaskan bahwa kapal pertama yang akan lewat akan tiba di Miraflores sekitar pukul 14. Kapal-kapal ini berlayar dari Colon di Samdura Atlantik dan kemudian akan melanjutkan perjalanan ke Pasifik melewati Panama City.Ketikawaktu kian mendekati pukul 14 siang, makin banyak wisatawan yang berkumpul di menara untuk menyaksikan gerakan kapal yang lewat di Miraflores ini.
Dari kejauhan sudah terlihat sebuah kapal barang raksasa dengan penjang beberapa ratus meter dan tumpukan peti kemas yang tersusun rapi yang mencapai hampir sepuluh susun. Kapal ini berlayar perlahan memasuki pintu. Kemudian permukaan air perlahan-lahan turun sehingga ketika sudah sama dengan permukaan laut Samudra Pasifik, pintu kemudian terbuka dan kapal kemudian melanjutkan perjalanan. Seluruh prosesnya menggunakan sistem mekanika fluida dan memakan waktu sekitar 30 menit untuk satu kapal.Tidak jauh di belakangnya, sebuah kapal lain juga sudah antri dan di sebelahnya ada juga kapal lain yang melakukan proses yang sama.
Seluruh pengunjung menikmati pemandangan yang langka dan dinanti-nanti ini dengan antusias. Menyaksikan betapa teknologi yang sudah berusia satu abad masih bekerja dengan sempurna dan telah membantu lebih dari satu juta kapal melintasi terusan ini. Dengan lewat terusan ini, perjalanan dapat disingkat puluhan ribuan kilometer jalan dan memperlancar arus perdagangan dunia.
Terusan Panama pada saat ini juga sedang terus ditingkatkan lagi kapasitasnya dengan membangun pintu-pintu baru yang bisa menampung kapal dengan ukuran lebih besar.Bila nanti selesai pada 2016 pintu baru yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Atlantik ini akan bisa membuktikan bahwa Panama memang “Un Pays pequeno con suenos grandes” alias sebuah negri kecil dengan mimpi yang besar.
Jadilah saya terjebak selama hampir enam jam di Terusan Panama, Namun setelah meninggalkan tempat ini, saya bisa memiliki pengertian yang lebih mendalam tentang suatu mimpi, usaha, dan juga cita-cita.
Ciudad de Panama,Akhir Juni 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H