Panama, negri nun jauh di benua Amerika sana. Yang letaknya bahkan terjepit di antara Amerika Utara dan Amerika Selatan, di antara Mar del Norte alias Samudra Atlantik dan Mar del Sur alias Samudra Pasifik.Dan di negri yang penduduknya hanya sekitar 3,8 juta ini saya mengembara, sendiri saja, dan melihat kehidupan sehari-hari masyarakat disana.
Penduduk Panama, seperti juga Indonesia terdiri dari berbagai etnis dan ras. Sebagian besar adalah campuran dari beberapa etnis seperti imigran dari Eropah dan penduduk asli Amerindian.Mereka ini kadang-kadang disebut sebagai Mestizo. Selain itu penduduk yang memiliki ras keturunan African-american dan etnis lain dari Timur Tengah dan Asia juga ikut serta membuat negri ini menjadi negri yang multi-etnis. Hanya sekitar 12 persen merupakan penduduk asli Panama yang terdiri dri berbagai suku Indian.
Pagi itu, perjalanan dimulai dengan taksi dari kawasan Ciudad de Saber menuju kawasan kota tua yang disebut Casco Viejo atau juga Casco Antiguo.Tidak terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit dan saya cukup membayar dengan Cinco Balboa atau 5 Dolar saja.Salah satu keunikan taksi di Panama adalah masih menerima penumpang walaupun sudah ada penumpang sebelumnya. Asalkan masih satu arah tujuan. Supir taksinya seorang pria berumur 50 tahunan yang ramah sedang di samping sudah ada seorang wanita muda.
Setelah melewati jalan raya Omar Torrijos Herrera, taksi kemudian memasuki kawasan Port of Balboa dimana Terusan Panama berakhir dan bertemu dengan Samudra Pasifik. Taksi kemudian memasuki kawasan kumuh yang dinamakan “El Chorrillo” yang terkenal merupakan daerah kumurh yang tidak boleh dimasuki wisatawan karena sering terjadi tindak kriminal.
Akhirnya taksi saya pun tiba di Casco Viejo dan tujuan pertama saya adalah Plaza de Francia yang terletak persis di tepi pantai Samudra Pasifik.Hari masih pagi dan belum terlalu banyak wistawan yang berkunjung ke tempat ini. Sebagai mana namanya, lapangan yang dulunya merupakan pusat kota tua Ciudad de Panama ini memang didedikasikan untuk mengenang usaha Perancis yang gagal dalam membangun Terusan Panama.Sebuah Obelisk dengan hiasan ayam jantan Perancis di atasnya menjadi pusat Plaza ini. Selain itu banyak juga peringatan tentang tokoh dan orang-orang yang gugur dalam membangun Terusan Panama.
“Haga me el Favor de tomar mi foto!”,kata saya kepada seorang gadis yang sedang asyik duduk di sebuah kursi taman.Dan sang gadis dengan ramah kemudian mengambil beberapa foto dengan latar belakang beberapa patung dan obelisk yang ada di Plaza de la Francia ini.Ternyata kemudian saya baru tahu bahwa sang gadis adalah seorang foto model yang sedang mengambil gambar di kawasan kota tua Ciudad de Panama ini.
Perjalanan saya dilanjutkan dengan melihat bangunan dan plaza yang wajib disambangi di Casco Viejo, di antaranyaTeatro Nacional, Iglesia de San Fransisco de Asis yang sedang direnovasi dan terletak tidak jauh dari Plaza Bolivar.Puas berjalan-jalan disini, saya kemudian menyusuri jalan-jalan kecil di kota tua dan kemudian sampai ke Plaza Tomas Hererra, yang merupakan ikon kota tua yang dilengkapi dengan patung berkuda sang empunya nama yang merupakan pahlawan kemerdekaan Panama .
Namun bagian yang paling menarik dari Casco Viejo adalah Plaza de la Independencia yang merupakan tempat dimana kemerdekaan Panama, baik dari Spanyol mauupun dari Kolombia selalu diperingati dengan meriah.Disini, irama musik Latin yang riang selalu bergema di anatara deretan pedagang kaki lima yang menjual bermacam-macam souvenir.Penjualnya pun bermacam-macam, dari gadis berkulit hitam manis sampai nenek tua Indian Kuna dengan pakaian tradisionalnya yang berwarna-warni.
Setelah cukup lelah berjalan, saya akhirnya mampir ke sebuah Mini Super semacam toko serba ada kecil yang menjual makanan kecil dan juga minuman dingin.Mini Super de San Martin namanya dan terletak tidak jauh dari Plaza ini di dalam sebuah bangunan rumah toko.Sang penjaga toko, ternyata seorang etnis Cina yang dengan dengan antusias melayani walaupun belanjaan saya hanya se kaleng minuman dingin seharga 75 sen saja.
Setelah puas berkelana di Casco Viejo, saya pun berjalan kaki menyusuri pantai , menyebrangi jalan yang menuju ke Puentes del Americas atau Jembatan Amerika dan kemudian samapai di Cinco Contera untuk kemudian naik Metrobus menuju ke kawasan yang lebih tua lagi dari Casco Viejo, yaitu Panama Viejo atau Panama Tua.
Ternyata, bukan hanya di Casco Viejo ini kita dapat menjumpai, toko-toko makanan dan kelontongan yang dimiliki oleh etnis Cina di Panama. Di berbagi tempat dapat dilihat dengan nyata karena hiasan dan ornamen yang ada di toko tersebut. Selain warna merah yang dominan, ada juga hiasan dengan tulisan kanji yang menerangkan siapa yang tinggal di toko tersebut. Salah satunya adalah di kawasan Panam Viejo dan kebetulan bernama Mini Super La Fuente Dorada atau Toko Airmancur Emas.
Ciudad de Panama, Junio de 2014
foto-foto: dokumentasi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H